Jumat, Oktober 07, 2011

kemandirian dan keikhlasan

ada sesuatu yang menggelayuti pikiran saya di akhir pekan ini. bagaimana seorang steve jobs yang hanya kuliah satu semester bisa jadi orang kaya dan banyak di antara kita yang sudah kuliah sampai S2 atau bahkan S3, bekerja hanya untuk orang lain dan segala waktu dan kehidupannya sampai juga kehidupan pribadi dipersembahkan untuk kehidupan orang lain. apa perlu pendidikan tinggi untuk menjadi kaya? jujur, saya ingin kaya karenanya saya bekerja setiap hari dan sekolah sebaik-baiknya sampai jadi master, semuanya itu ya agar saya menjadi kaya.

semua orang ingin menjadi kaya, tapi kita harus tahu kaya seperti apa yang kita inginkan? kita harus buat target karena kalau tidak, kekayaan yang ada rasanya tidak akan pernah cukup. bahkan menurut hemat saya, orang yang saat ini menjadi kaya, mereka tidak pernah menghitung ingin punya uang seberapa banyak. mereka hanya ingin bertahan hidup dan memproduksi sesuatu atau berbuat sesuatu untuk melengkapi dan memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya, tentunya dengan keikhlasan hati, berbuat sesuatu untuk menjadikan masyarakat ini lebih baik. ada sebuah pelajaran penting yang bisa kita dapatkan dari perjalanan seorang steve jobs, bill gates, aburizal bakrie, jusuf kalla, dsb.. keikhlasaan menjalani hidup dan berbuat sesuatu bagi masyarakat sekitarnya dengan apapun yang bisa mereka produksi tanpa takut dan khawatir produknya itu laku atau tidak di pasar, mereka hanya berharap semoga produknya itu bisa bermanfaat bagi masyarakat.

Tidak ada rasa tamak dan culas serta egois ingin menjadi kaya dan memperkaya diri sendiri, namun keikhlasan dan berbuat sesuatu bagi masyarakatlah yang menjadikan kita kaya raya. Tuhan pun mengerti, kepada siapa sebaiknya Dia menitipkan kekayaan itu.

Senin, September 26, 2011

yuukk..menulis, temukan bakatmu

hhh... akhirnya menulis juga.. setelah sekian lama hampir satu tahun setengah atau 18 bulan saya tidak mencoret-coret blog ini. sudah 18 bulan juga saya tidak menulis atau lebih tepatnya mereview kondisi pasar saham sehari-hari atau mingguan yang karena tuntutan kerjaan saya terdahulu, bisa menulis ulasan pasar itu. bukan karena malas, tp mungkin karena aktivitas di tempat aktualisasi yang baru ini, saya jadi tidak punya waktu khusus untuk mengikuti perkembangan pasar saham.

baru sekarang ini saya juga mendapat sedikit pencerahan lagi tentang bagaimana kondisi pasar saham sepekan terakhir. selama 18 bulan sebelumnya saya hanya mendengar selentingan dari berita tv, koran, atau headline2 di twitter ttg IHSG yang saya kira baru sepekan terakhir ini gonjang-gonjang IHSG cukup lumayan getarannya. entah karena, faktor global dari krisis yunani, pengangguran di AS, wall street yang anjlok, membuat kepanikan atau shock sesaat investor asing di bursa kita. saya yang hanya orang awam ini sedikit mengkritisi kondisi wall street yang anjlok menarik dolar AS keluar Indonesia karena temporary shock investor asing, pengaruhnya cukup kuat kepada rupiah yang lemah terus seminggu terakhir ke Rp 9000an, padahal sebelumnya masih dibawah itu. alangkah mudahnya ya kurs kita berubah hanya karena faktor beli dolar sesaat, padahal efeknya kan ke masyarakat juga yang merasakan barang-barang menjadi mahal. gak cuma elektronik tapi ancaman kenaikan harga di komoditas pangan yang sedang mengalami kekeringan panjang ini. Inflasi tentu akan meningkat atau setidaknya merangkak naik. emas yang selalu digunakan oleh masyarakat sebagai alat lindung nilai pun pastinya bergerak naik. lalu dari mana masyarakat kecil memupuk kekuatan untuk melindungi nilai hidupnya di masa depan?

Di sisi lain, kenaikan gaji masyarakat tidak bisa mengimbangi naiknya harga kebutuhan. bahkan belum tentu dalam setahun seluruh masyarakat serentak mengalami kenaikan gaji. Ongkos perjalanan pun semakin meningkat karena makin banyaknya bbm yang terbuang percuma karena infrastruktur jakarta yang sudah tidak mampu lagi menampung kendaraan.

Tentu, kita mungkin sudah lelah berbicara daya beli saat ini yang entah karena masyarakat kita tipenya bertahan jadi penyusutan daya beli disiasati dgn ketahanan menerima keadaan, mengurangi konsumsi, dsb. padahal kalau kita melihat dampaknya ke depan, perilaku masyarakat yang seperti itu tidak berbeda dgn bom waktu bagi bangsa ini. pendidikan yang semakin mahal dan perilaku konsumsi pangan masyarakat yang menghemat akan mengurangi kesempatan mengenyam pendidikan dan kemampuan berpikir anak-anak yang dilahirkan jaman sekarang. lantas bagaimana jadinya bangsa ini kalau calon pemimpinnya sudah lemah sejak kecil? bagaimana bangsa ini bisa bersaing dengan bangsa lain?

kita pun sudah bosan mengkritisi berbagai macam kebijakan pemerintah dan pemerintah pun sudah bosan mendengarkan kritisi dari kita. andaikan pemerintah bisa berbicara mungkin mereka memilih untuk jadi rakyat saja dan tidak perlu pusing memikirkan bangsa, atau jadi pemimpin yang makmur tanpa harus merasa bersalah mengorbankan negara. siapa sih yag ingin hidup sengsara?

Dalam titik ini, ada benarnya jika kita merujuk ke pepatah lama yang bilang gini.. "menang jadi arang, kalah jadi abu" jadi tidak ada yang menguntungkan mengejar siapa yang menang dan siapa yang salah. jika sama-sama mengedepankan keberlangsungan dan keberadaan Indonesia di masa depan, mari kita semua dari berbagai pihak duduk bersama minum kopi bareng sambil menikmati pisang goreng hangat, berbicara dan mengajukan solusi bersama bukan kepentingan tertentu, untuk bangsa ini di masa sekarang dan masa depan. Tidak perlu menjadi menang, mengalahlah untuk kemenangan bersama.

hmmm... entah menulis apa sih ini sayah? pagi-pagi sudah ngalor ngidul menulis gak karuan.. klo ada yang salah mohon jgn disalahkan, karena memang sudah salah... apalagi diikuti dan dijadikan perdebatan, percuma kan ya mendebat sesuatu yang salah.. klo ada yang benar ya gak usah dibenarkan.. lha wong yang nulis ini aja orangnya belum tentu benar...