Senin, Maret 01, 2010

Ulasan Sepekan Indeks BISNIS-27 edisi 1 Maret 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Selama sepekan terakhir Februari kemarin, indeks BISNIS-27 bergerak melemah 0,42% ditutup di level 234,76 pada Kamis (25/2).

Di awal pekan, indeks bergerak menguat dalam dua hari berturut-turut disebabkan faktor laporan perkembangan laju inflasi AS selama Januari 2010 yang cukup terkendali dan berpotensi tidak akan memicu kenaikan suku bunga The Fed dalam waktu dekat. Menanggapi perkembangan positif dari laju inflasi AS, harga minyak dunia bergerak menguat menembus level US$80 per barel. Pada penutupan Senin (22/2), indeks menguat 0,45% ditutup di level 236,82.

Pelaku pasar mengekspektasikan perbaikan daya beli AS yang juga berarti akan meningkatkan aktivitas perekonomian di negara adidaya tersebut. Lebih lanjut, perkembangan tersebut akan meningkatkan permintaan minyak sebagai bahan bakar untuk konsumsi industri maupun rumah tangga. Posisi harga minyak dunia di level US$80 per barel kemudian memicu aksi beli investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) terhadap saham emiten pertambangan batu bara.

Hingga hari kedua perdagangan, Selasa (23/2), indeks BISNIS-27 masih membukukan kenaikan sebesar 0,58% ditutup di level 238,19. Faktor harga minyak dunia yang terus bergerak positif di atas level US$80 per barel menjadi sentimen positif bagi kenaikan harga saham pertambangan. Harga minyak dunia bergerak ke level US$80,30 per barel setelah sehari sebelumnya berada di level US$80,24 per barel.

Koreksi indeks dimulai pada Rabu (24/2), sentimen negatif justru juga datang dari perkembangan data perekonomian Amerika Serikat (AS). Indeks kepercayaan konsumen AS berdasarkan Conference Board melemah menjadi 46,0 pada Februari, sekaligus merupakan level terendah sejak April 2009. Sedangkan, pada Januari kemarin, indeks kepercayaan konsumen AS berdasarkan conference board berada di level 56,5. Turunnya indeks kepercayaan konsumen AS tersebut disebabkan semakin pesimisnya warga AS dalam mencari pekerjaan. Pelaku pasar segera mengasumsikan bahwa laju inflasi yang cukup terkendali sebelumnya pada Januari diartikan sebagai lemahnya permintaan atau daya beli masyarakat AS dan belum mengindikasikan perbaikan kegiatan perekonomian di negara tersebut.

Asumsi tersebut segera menekan kembali harga minyak dunia ke level US$78 per barel. Indeks BISNIS-27 pada Rabu terkoreksi 0,17% oleh turunnya harga saham pertambangan dalam negeri seperti Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), Aneka Tambang Tbk (ANTM), International Nickel Indonesia Tbk (INCO).

Koreksi berlanjut pada perdagangan Kamis (25/2), selain bereaksi negatif dengan hasil Pansus Century dan hubungannya dengan politik di dalam negeri yang sedikit memanas dalam tubuh koalisi Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, investor juga memilih posisi wait and see mengantisipasi perkembangan negatif dari bursa regional Asia dan AS menyusul data perekonomian AS yang buruk sebelumnya.

Tidak ada komentar: