Selasa, Oktober 14, 2008

Ulasan Pasar 13 Oktober 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks harga saham gabungan pada awal pekan ini berhasil ditutup menguat tipis sebesar 10,20 poin (0,7%) ke level 1.461,9 meskipun pada sesi I perdagangan sempat anjlok 49,77 poin (-3,43%) ke level 1.401,9 oleh aksi jual investor yang tertahan pada sesi I rabu pekan lalu.

Faktor sentimen ke bursa menjadi topangan pelaku pasar dalam mendongkrak IHSG di sesi II perdagangan kemarin. Pelaku pasar mulai percaya diri untuk melakukan pembelian meskipun dengan kondisi selective buying terhadap saham-saham blue chips terutama saham-saham BUMN. Selain disebabkan faktor teknis harga yang telah oversold, rencana buyback saham-saham BUMN dengan penyediaan dana total dari emiten-emiten BUMN sebesar Rp6 triliun berhasil mendongkrak harga saham Aneka Tambang (ANTM) sebesar Rp100 menjadi Rp1.150, saham Perusahaan Gas Negara (PGAS) sebesar Rp150 menjadi Rp1.740, saham PT Tambang batu bara bukit asam (PTBA) sebesar Rp500 menjadi Rp5.750 dan saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM) sebesar Rp150 menjadi Rp6.600, dan saham Semen Gresik (SMGR) sebesar Rp180 menjadi Rp2.030.

Kepercayaan pelaku pasar bertambah setelah muncul kepastian Qatar Telecom untuk menggelar tender offer saham Indosat (ISAT) untuk menaikkan kepemilikannya terhadap perusahaan telekomunikasi tersebut menjadi 65%. Saham ISAT kemarin ditutup menguat Rp375 menjadi Rp4.325.

Aturan baru bursa efek Indonesia mengenai auto rejection terhadap fluktuasi harga saham dari 30% menjadi 10% membuat investor merasa lebih aman dalam bertransaksi di bursa. Selain itu, kondisi nyaman investor ditambah dengan keputusan pemerintah yang menaikkan jaminan dana bank hingga Rp2 miliar dari semula Rp100 juta yang akan mengurangi aksi spekulasi di bursa saham.

Pelaku pasar juga mengikuti pergerakan rebound indeks saham regional Asia pasifik seperti Hang Seng yang naik 10,24%, KOSPI naik 3,62%, STI Singapura naik 7,18%, dan Shanghai naik 3,65%.

Namun, IHSG juga mendapat tekanan dari saham-saham perbankan seperti saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang turun Rp50 menjadi Rp4.225 dan saham Bank Mandiri (BMRI) yang turun Rp125 menjadi Rp2.175. Kenaikan BI rate menjadi 9,5% pekan lalu dan nilai rupiah yang masih melemah di Rp9.800/US$ atau di atas level aman Bank Indonesia Rp9.500/US$ berpotensi masih menguatkan laju inflasi karena naiknya biaya impor (imported inflation) dan menyulitkan perbankan untuk meningkatkan pendapatan bunga bersih dari penyaluran kredit, di samping harus menghadapi risiko naiknya NPL. Permintaan kredit konsumsi masyarakat diprediksi akan menurun seiring biaya kredit yang meningkat.

Tidak ada komentar: