Selasa, Juli 21, 2009

Ulasan Pasar Sepekan edisi 21 Juli 2009

Ulasan Pasar Sepekan edisi 21 Juli 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Selama sepekan terakhir, indeks BISNIS-27 berhasil menguat sebesar 2,5% meskipun didera koreksi di awal dan di akhir pekan. Indeks BISNIS-27 pada Jumat lalu berhasil ditutup di level 189,86.

Kenaikan indeks ditopang oleh sentimen positif perkembangan perekonomian Asia dan laporan keuangan perusahaan AS seperti Goldman Sachs dan Intel Corp yang berhasil membukukan pendapatan bersih yang positif pada kuartal II tahun ini, meruntuhkan kekhawatiran pelaku pasar akan gagalnya perbaikan ekonomi global yang sempat direfleksikan oleh koreksi harga minyak dunia sebesar 19% dalam 1 bulan terakhir sejak 11 Juni lalu ke level US$59 per barel pada 10 Juli. Harga minyak dunia di akhir pekan lalu berada di level US$61,52 per barel.

Perdagangan di awal pekan masih melanjutkan koreksi pekan sebelumnya sebesar 1,94% ke level 180,88 sekaligus level terendah sepanjang Juli ini. Namun, indeks berhasil berbalik arah ke level 184,14 atau naik 1,8% pada perdagangan hari kedua pekan kemarin setelah ditopang sentimen positif pertumbuhan ekonomi Singapura sebesar 20,4% dalam kuartal II tahun ini, mendongkrak optimisme pelaku pasar terhadap perbaikan ekonomi Asia.

Kenaikan indeks berlanjut pada Rabu ke level 190,71 atau naik 3,57% oleh sentimen positif laporan keuangan Intel Corp dan Goldman Sachs yang diikuti kenaikan harga minyak dunia melewati level US$60 per barel. Perekonomian China yang berhasil tumbuh 7,9% pada kuartal II-2009 (yoy) setelah pada kuartal I sebelumnya tumbuh 6,1% (yoy), turut menopang penguatan indeks BISNIS-27. Pembelian bersih investor asing di Bursa Efek Indonesia pada Rabu tercatat Rp355,5 miliar atau berbalik arah dari posisi sehari sebelumnya yang membukukan penjualan bersih Rp141,5 miliar.

Pada Kamis, indeks mengalami profit taking jangka pendek dengan koreksi tipis 0,29% ke level 190,16. Pada akhir pekan, indeks pun kembali terkoreksi tipis sebesar 0,58% ditutup di level 189,06. Pergerakan indeks tidak terlalu terpengaruh oleh insiden bom di kawasan Mega Kuningan. Namun, indeks memang mengalami koreksi pada sesi I perdagangan Jumat kemarin sebesar 1,52%.

Memasuki perdagangan sesi II hingga penutupan akhir pekan, terlihat penguatan di beberapa saham komoditas, perbankan, dan telekomunikasi. Saham TLKM bahkan stabil berada di zona hijau sejak sesi I. Ini menandakan dampak insiden bom tidak terlalu mempengaruhi persepsi investor baik asing maupun lokal terhadap kinerja fundamental emiten dan juga iklim investasi di Indonesia. Saham TLKM bahkan naik 1,91% ke level Rp8.000 per saham.

Koreksi indeks lebih didominasi oleh profit taking saham-saham yang memang telah mencatat kenaikan signifikan sejak awal pekan, seperti saham Indocement Tungal Perkasa (INTP) dan Semen Gresik (SMGR), dan Indo Tambangraya Megah (ITMG). Momentum libur panjang akhir pekan turut menjadi pemicu koreksi harga saham.

Rupiah memang mengalami tekanan cukup besar terhadap dolar AS sebesar 0,67% pada Jumat ke level Rp10.163/US$. Namun, rupiah terhitung menguat dalam sepekan sebesar 0,75%. Posisi rupiah sebelum insiden bom bahkan sempat menyentuh level Rp10.095/US$ pada Kamis (16/7).

Selama sepekan kemarin, beberapa saham indeks BISNIS-27 membukukan gain cukup tinggi dan masih berpeluang naik seiring indikator indeks RSI (Relative Strenght Index) yang masih membuka peluang beli. Indeks RSI untuk saham Indo Tambangraya Megah (ITMG) di level 50,17, saham Bank CIMB-Niaga (BNGA) di level 51,57, saham London Sumatera (LSIP) di level 52,93, saham Bank Central Asia (BBCA) di level 54,09.

Saham LSIP membukukan gain 10,09%, saham BBCA membukukan gain sebesar 4,96%, saham ITMG membukukan gain sebesar 4,84%, dan saham BNGA membukukan gain sebesar 3,17% dalam sepekan kemarin. Saham Astra Internasional (ASII) membukukan gain 8,78%, tetapi indeks RSI untuk ASII telah mencapai level 70,98 atau jenuh beli (overbought) di akhir pekan, sehingga ASII telah memasuki area jual.

Tidak ada komentar: