Senin, Maret 31, 2008

Ulasan Pasar 24 - 28 Maret 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Indeks harga saham gabungan bergerak naik sebesar 6,6% dalam sepekan kemarin ditutup pada level 2.477,59. Pergerakan IHSG ke teritori positif selama sepekan dipengaruhi oleh harga minyak yang bergerak turun di perdagangan awal pekan kemarin karena pesimisme permintaan minyak oleh AS dan juga aksi selective buying pelaku pasar atas saham-saham unggulan yang telah oversold di pekan sebelumnya.

Pelaku pasar masih melihat secara negatif pertumbuhan ekonomi AS yang dikuatkan oleh proyeksi OECD mengenai pertumbuhan ekonomi AS di kuartal I sebesar 0,1% menyusut dari proyeksi pada bulan Desember sebesar 0,3% dan untuk kuartal II bahkan diproyeksikan sebesar 0%. Selain itu, laporan Departemen Tenaga Kerja AS yang melaporkan adanya tambahan pengangguran sebesar 22,000 orang minggu lalu ikut menambah pesimisme terhadap daya beli publik dan pertumbuhan ekonomi AS. Kondisi itu tentunya akan berimbas pada menurunnya permintaan minyak. Setelah harga minyak menyentuh level $111 per barel pada 17 Maret, investor di bursa minyak segera profit taking dan menekan harga komoditas tersebut menuju ke level $100 per barel.

Di perdagangan hari kedua, IHSG melanjutkan rebound ditutup naik 80,32 poin atau 3,4% ke level 2.419,62 mengikuti pergerakan bursa regional yang bergerak positif seperti Nikkei225 yang naik 2,12%, Hangseng 6,43%, STI 2,47%, dan KLCI naik 2,41%. Bursa saham kembali bergerak positif seiring penguatan dolar AS terhadap mata uang euro dan yen. Dolar AS menguat terhadap euro ke level US$1,5547/euro dan menguat terhadap yen ke level 100,15Yen/US$. Kondisi ini semakin mendorong profit taking di bursa komoditas seperti minyak dan emas. Harga minyak telah bergerak turun ke posisi $100 per barel dan harga emas ke posisi $914 per ons. Harga minyak dan emas yang bergerak turun memberikan sentimen positif bagi pergerakan IHSG dengan harapan kondisi profit taking di bursa komoditas itu akan mendorong pengalihan kembali hedge fund ke bursa saham emerging market termasuk Indonesia

Selain karena motif profit taking di bursa komoditas, pemodal juga mendapatkan sentimen positif dari data penjualan rumah di AS untuk bulan Februari yang naik 2,9%, merupakan kenaikan pertama sejak Juli tahun lalu, dan tawaran ulang dari JP Morgan yang menaikkan harga beli saham Bear Stearns ke level $10 per dolar AS.

Akuisisi saham Bank Internasional Indonesia oleh Maybank dengan nilai penawaran lebih tinggi 23% dari harga penutupan saham BNII pada hari selasa sebelumnya dengan nilai total $2,7miliar makin mengokohkan rebound IHSG ke level 2.440,64. Penawaran Maybank yang berlipat tersebut memberikan ekspektasi tinggi pada pelaku pasar terhadap sektor perbankan Indonesia dan mendongkrak harga saham BBRI, BNII, dan BMRI yang akhirnya menopang IHSG di level 2.440,64 pada hari rabu.

Perekonomian yang menguat di eropa yang diindikasikan oleh laporan indeks kepercayaan bisnis di Jerman yang dilaporkan meningkat pada bulan maret ini mendorong bank sentral eropa untuk menahan tingkat suku bunga di level 4%. Kondisi tersebut berlawanan arah dengan AS yang telah memangkas suku bunganya sebanyak 6 kali sejak Agustus tahun lalu dan pada bulan ini sebesar 75bps ke level 2,25%. Selisih 175bps dengan tingkat suku bunga eropa tersebut menjadikan dolar AS kembali melemah terhadap euro. Nilai euro terhadap dolar AS meningkat ke level US$1,57/euro dari sebelumnya US$1,55/euro.

Pelemahan dolar AS atas euro tersebut mempengaruhi pemodal untuk kembali masuk ke bursa komoditas seperti minyak dan emas. Harga minyak pun kembali naik 6% ke level $106 per barel dari posisi $100 per barel di awal pekan. Harga emas juga naik 2,7% ke posisi $951 per ons. Pergerakan rebound bursa komoditas ini kembali mengalihkan dana yang berada di bursa saham sejak awal pekan ke bursa komoditas.

Akibatnya bursa saham Asia Pasifik dan juga Dow Jones mengalami aksi jual dan profit taking atas gain selama 3 hari perdagangan. Dolar AS yang melemah mendorong pelaku pasar di Wall Street untuk melepas portofolio saham mereka untuk mengejar aset berdenominasi euro. Bursa saham Jerman, Belanda, dan Spanyol rata-rata naik 1%.

Indeks harga saham gabungan hanya ditutup naik tipis pada penutupan perdagangan hari kamis di level 2. 451,35 naik 10,71 poin atau 0,4% dari level penutupan sebelumnya.

Di perdagangan akhir pekan, IHSG tetap menguat dan mencatat kenaikan 1,1% atau 26,24 poin ke level 2.477,59 ditopang selective buying atas saham-saham unggulan seperti BUMI, INCO, TLKM, dan ISAT. BUMI ditutup naik 5,7% ke level Rp6.450, INCO naik 1,4% ke level Rp7.150, TLKM naik 1,6% level Rp9.750, dan ISAT naik 2,9% ke level Rp7.150. Harga minyak yang kembali naik memberikan pengaruh positif bagi permintaan bahan bakar altenatif seperti batubara dan juga penjualan batubara Bumi Resources. Harga nikel yang bergerak naik 5,4% ke level $31.400 di bursa London ikut memberikan sentimen positif bagi pendapatan INCO dalam tahun ini. Harga saham TLKM dan ISAT mendapatkan sentimen positif dari semakin dekatnya waktu pemberlakuan tarif interkoneksi yang telah diperbaharui oleh pemerintah yaitu 1 April 2008 yang berpotensi meningkatkan jumlah pelanggan kedua operator telekomunikasi tersebut.

Senin, Maret 24, 2008

Bergerak fluktuatif, indeks terkoreksi tipis

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks harga saham gabungan dalam perdagangan selama tiga hari pekan kemarin bergerak fluktuatif dan terkoreksi 2,5% dibandingkan dengan penutupan pekan sebelumnya berada di posisi 2.323,57. Selama sepekan kemarin IHSG tertekan oleh sentimen negatif perkembangan indikator ekonomi global seperti dolar AS yang melemah terhadap beberapa mata uang kuat seperti euro dan yen. Selain itu, ancaman krisis likuiditas AS yang semakin mengkhawatirkan pelaku pasar seiring munculnya kerugian Bear Stern yang pada akhirnya dibeli oleh JP. Morgan seharga $2 per saham dari harga $30 per saham per 14 Maret lalu serta memaksa The Fed menurunkan tingkat bunga diskonto 25bps ke level 3,25% memberikan gambaran bahwa potensi kerugian subprime mortgage masih mengancam industri keuangan AS. Kondisi ini memaksa pemodal untuk menjauhi investasi di pasar uang negara tersebut dan memperlemah dolar AS terutama terhadap euro dan yen yang masing-masing menguat terhadap US$ ke posisi US$1,5903/euro dan Yen95,76/US$.

Aliran dana pemodal tersebut masuk ke bursa komoditas seiring tren harga komoditas yang bergerak naik seperti minyak dan emas. Harga minyak di perdagangan awal pekan kemarin telah menyentuh level $111 per barel dan emas telah mencapai harga $995 per ons. Beralihnya dana para hedge fund tersebut ke bursa komoditas memberikan dampak negatif pada bursa saham, khususnya regional Asia pasifik yang terkoreksi cukup dalam pada perdagangan awal pekan kemarin hingga terkoreksi rata-rata 3% termasuk bursa efek Indonesia. Pelaku pasar di BEI semakin panik dengan bursa regional yang terus terkoreksi dan margin call yang menghantui para investor seiring harga-harga saham yang berguguran karena dilepas oleh pemodal besar khususnya asing untuk masuk ke bursa komoditas. IHSG di awal pekan terkoreksi 2,98% atau turun sebesar 71,10 poin.

Di hari kedua perdagangan, IHSG rebound tertopang oleh aksi beli pelaku pasar yang memburu saham-saham unggulan yang telah murah seperti BUMI yang naik 5,4% ke posisi Rp5.850, saham AALI naik 5,2% ke posisi Rp24.300, saham PGAS naik 3,8% ke posisi Rp13.000, dan saham TLKM naik 1,6% ke posisi Rp9.400 per lembar saham.

Pada penutupan sesi pertama hari rabu IHSG telah menguat 40 poin seiring keputusan The Fed yang memangkas suku bunganya sebesar 75 bps ke level 2,25% dan sempat menguatkan rupiah ke posisi Rp9.180/US$. Namun, pelaku pasar di Bursa Efek Indonesia mendapatkan perkembangan negatif dari Bank Indonesia mengenai komposisi kepemilikan asing di SBI yang menyusut 3% dari Rp48triliun menjadi Rp39triliun sejak awal maret 2008 hingga 14 maret 2008. Dana asing yang keluar dari SBI ini bergerak seiring tren harga bursa komoditas yang bergerak naik seperti minyak dan emas.

IHSG ditutup terkoreksi 0,7% pada penutupan rabu pekan kemarin karena pelaku pasar dalam negeri pada akhirnya mengambil posisi wait and see terhadap posisi asing di BEI setelah libur panjang dan menunggu perkembangan bursa global selama bursa BEI libur. Posisi tersebut sekaligus digunakan oleh pelaku pasar domestik untuk mencairkan dana mereka untuk keperluan liburan. Saham BUMI terkoreksi 5,13% ke level Rp5.550, INCO 3,42% ke level Rp7.050, ANTM 5,76% ke level Rp3.275, BBRI 2,68% ke level Rp5.450, SMGR 4,17% ke level Rp9.450, dan UNVR 1,44% terkoreksi ke level Rp6.850 per lembar saham.

Selasa, Maret 18, 2008

pemodal alihkan portofolio saham

Ulasan Pasar 10-14 Maret 2008
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks harga saham gabungan selama sepekan kemarin ditutup melemah 2,4% dibandingkan pada penutupan pekan sebelumnya berada pada level 2.656,46. Selama sepekan pasar bergolak cukup kuat terutama pada awal pekan.

Pergerakan bursa selama sepekan sangat dipengaruhi oleh bursa-bursa regional yang terkoreksi 2% hingga 4,5% akibat sentimen negatif dari dampak krisis subprime mortgage yang masih terus berlanjut seiring pengumuman kerugian oleh UBS AG. Pelaku pasar dilanda kepanikan setelah dua minggu tidak ada sentimen yang berhasil menggerakkan pasar dengan signifikan. Sinyal The Fed yang akan memangkas suku bunga hingga 50 basis poin untuk memperkuat likuiditas AS, menambah kekhawatiran mereka terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut dan kinerja ekspor regional Asia Pasifik ke AS. Seiring suku bunga The Fed yang semakin menurun membuat investasi di pasar uang AS menjadi semakin tidak menarik. Tidak menariknya pasar uang AS ikut memperlemah dolar AS atas beberapa mata uang kuat dunia salah satunya euro hingga ke posisi 1,5US$/euro. Dolar AS yang melemah pada akhirnya mendorong pengalihan hedge fund ke bursa komoditas lainnya seperti emas yang naik hingga $995 per ounce dan juga minyak.

Kenaikan harga minyak yang bergerak signifikan hingga menembus level $103 per barel ikut menambah kepanikan pelaku pasar. Namun, harga minyak yang terus bergerak naik membuat pelaku pasar cenderung semakin memilih komoditas ini bagi penempatan dana mereka untuk tujuan berjaga-jaga dan spekulatif. Kondisi tersebut berimbas tersedotnya dana di bursa saham dan mengakibatkan koreksi yang cukup dalam termasuk pada bursa Indonesia.

Sentimen negatif juga datang dari dalam negeri terutama kenaikan harga sejumlah bahan pokok seperti kedelai, minyak goreng, dan tepung terigu yang berpotensi melemahkan daya beli masyarakat. Saham perbankan seperti BBRI, BMRI, dan BBNI ikut terkena imbas koreksi seiring potensi melemahnya permintaan kredit konsumsi masyarakat. Saham BBRI turun hingga menyentuh level Rp6.800, BMRI ke level Rp3.125, dan BBNI ke level Rp1.580. Daya beli yang melemah juga akan berdampak negatif bagi penjualan otomotif. Saham ASII ikut melemah hingga ke level Rp26.200.

IHSG kembali naik atau rebound di hari rabu dan kamis ditopang oleh pergerakan harga saham pertambangan mengikuti sentimen positif kenaikan harga komoditas pertambangan di pasaran dunia. Komoditas batubara akan terus bergerak naik seiring kenaikan harga minyak yang terus berlanjut. Kondisi ini membuat pelaku pasar mengambil posisi beli terhadap saham BUMI hingga ditutup naik 2,9% ke posisi Rp7.000 per lembar saham. Saham ANTM naik seiring sentimen positif naiknya harga emas di bursa London ke posisi tertinggi yaitu $995,20 per ons.

Selain dari sektor pertambangan, kenaikan IHSG juga ditopang oleh saham Telkom yang juga menjadi penggerak utama indeks di penutupan akhir pekan kemarin. Saham TLKM telah jatuh 8,3% sejak akhir bulan lalu dan secara teknikal Relative Strenght Indeks menuju ke level 41,21 yang merupakan level terendah dalam sebulan terakhir. Posisi ini memperkuat status oversold bagi saham TLKM dan mendorong pelaku pasar untuk kembali memburu saham TLKM hingga penutupan kamis kemarin. Saham TLKM ditutup pada level Rp9.700 per lembar saham.

Kamis, Maret 13, 2008

hedge fund GILA!!!!

bursa saham kemarin ambruk lagi oleh ulah spekulan, para pemodal gila yang mudahnya keluar masuk emerging market karena mereka mengincar gain di komoditas yang harganya lagi trend NAIK. yup... harga minyak naik tembus $110 per barel, emas tinggal berapa poin lagi mencapai $1000 per ons, CPO, batubara, logam timah, nikel, hampir semua komoditas pokok termasuk pangan seperti kedelai, gandum ikut bergerak naik.... sangat menggiurkan untuk mendapatkan gain di bursa komoditas dengan kondisi ini dan entah kapan ini akan berakhir.. tapi pasti, bubble ini pasti akan pecah.

bursa Asia pasifik hancur dengan penurunan hampir rata-rata 4%, termasuk danBEI ikut terdesak.. 4,5% down di perdagangan kemarin hanya selang dua hari dari down di awal pekan sebesar 128 poin


penyebabnya cuma satu... krisis subprime mortgage, kredit rumah berisiko tinggi yang tidak terbayar oleh publik AS membuat para perusahaan keuangan pemegang surat hutang itu mengalami krisis likuiditas... kondisi itu membuat perusahaan keuangan terutama bank di AS kesulitan melakukan perannya sebagai pihak penyalur kredit, sudah pasti karena kekurangan likuiditas itu tadi. dampaknya, dunia usaha kekurangan modal, banyak orang joblost, dolar melemah terhadap mata uang kuat seperti euro karena pertumbuhan ekonominya melambat.

bursa asia hancur karena sentimen negatif dari potensi melemahnya ekspor kawasan ini ke AS.
apa yang dilakukan The fed? cut suku buku bunga!125 bps dalam kurang waktu dari dua minggu di akhir januari kemarin. namun, itu hanya sementara meredam gejolak pasar.

pemodal sudah menyadari bahwa kondisi dunia saat ini sudah penuh ketidak pastian, langkah trading shortterm akhirnya dipilih dan jangan heran bursa Asia pada akhirnya akan cepat naik dan cepat pula turun hingga saat ini. dolar AS yang makin tidak menarik bagi investor global membuat nilai dolar AS terhadap euro melemah hingga ke level US$1,55/euro. bursa saham yang melemah pertumbuhannya menjadi penyebab para pemodal dengan hedge fund-nya itu mencari bursa lain untuk mengais keuntungan, minyak dipilih karena ini adalah komoditas terpenting di muka bumi ini. harga minyak melonjak naik hampir 20% dalam satu bulan ke posisi terakhir US$110 per barel begitu juga komoditas lainnya yang saya sebutkan di atas. dampaknya, sekali lagi, ancaman inflasi dalam negeri meningkat, daya beli melemah... bursa saham semakin terpuruk... bagi Indonesia, nilai rupiah tertekan terhadap mata uang minyak yaitu dolar AS, alasannya? Indonesia melalui pertamina akan memerlukan dolar AS lebih banyak ketimbang dua atau tiga bulan lalu untuk bayar minyak siap pakai.. oleh karena itu jangan heran kalau saat ini pemerintah sudah berencana untuk menaikkan harga BBM sekitar 15% dalam waktu dekat.dengan nilai rupiah yang melemah, biaya impor tinggi, inflasi yang tentunya akan naik akibat biaya impor yang naik dan bursa saham yang lemah pertumbuhannya.. lantas apalagi yang akan dihadapi dunia?

well, kita pada akhirnya akan kembali ke nurani,berharap pada pertolongan Tuhan yang penuh keajaiban dan tidak disangka-sangka arah datangnya dan lantas kita menyadari bahwa Tuhan itu memang ada. mungkin ini adalah cara Allah SWT yang maha Penyayang kepada makhlukNya agar cipataanNya itu kembali ke jalanNya, mencintaiNya, dan bersama-sama menegakkan syariatNya. AMIN...

Selasa, Maret 11, 2008

Sentimen negatif regional tekan indeks

Ulasan Pasar 10 Maret 2008
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Di awal pekan ini, indeks harga saham gabungan ditutup terkoreksi cukup dalam sebesar 4,84% atau 128,59 poin ke level 2.527,87 tertekan oleh koreksi indeks bursa regional akibat kepanikan pelaku pasar atas potensi resesi AS yang semakin kuat dengan data pengangguran yang meningkat pada bulan Februari kemarin sebesar 63,000 orang.

Selain data pengangguran bulan Februari tersebut, harga minyak yang terus naik hingga menyentuh level $105 per barel semakin membuat pelaku pasar khawatir atas ancaman resesi karena inflasi biaya produksi. Data pengeluaran konsumen AS yang melambat di bulan Februari seiring naiknya harga minyak ikut memperlemah daya beli publik AS. Hal tersebut ditunjukkan dengan data consumer spending di bulan Februari sebesar 0,2% dibandingkan dengan January sebesar 0,3%. Kondisi ini menambah kekhawatiran pelaku pasar atas pertumbuhan nilai portofolio saham mereka di bursa regional Asia Pasifik. Indeks Nikkei-225 turun 1,96%, STI turun 1,04%, KLCI turun 9,5%, dan KOSPI turun 2,33%

Nilai dolar AS yang semakin melemah atas beberapa mata uang kuat lainnya seperti Euro ikut memperparah kondisi bursa Dow Jones yang merembet ke bursa regional Asia Pasifik. Pemodal cenderung mengalihkan dana mereka ke bursa komoditas dengan motif berjaga-jaga atas ancaman inflasi dan juga spekulasi dengan pergerakan harga komoditas yang terus meningkat tajam.

Di tengah kondisi pasar yang fluktuatif dengan perkembangan ekonomi AS yang melemah, pelaku pasar tetap pada posisi short-term dan beberapa faktor di atas dijadikan basic reasons para pelaku pasar dalam bertransaksi pada perdagangan kemarin. Oleh karena itu, mereka segera merealisasikan gain atas saham-saham unggulan yang telah dibentuk sejak koreksi tanggal 22 Januari lalu.

Saham BUMI terkoreksi 7,86% ke posisi Rp6.450, saham TLKM 4,86% ke posisi Rp9.250, saham BBRI 8,03% ke posisi Rp6.300, saham ASII 5,77% ke posisi Rp24.500, dan saham AALI 8,68% ke posisi Rp29.450 per lembar saham.

Senin, Maret 10, 2008

Indeks sepekan terkoreksi 2,4%

Indeks harga saham gabungan selama sepekan kemarin ditutup melemah 2,4% dibandingkan pada penutupan pekan sebelumnya berada pada level 2.656,46. Selama sepekan pasar bergolak cukup kuat terutama pada awal pekan.

Pergerakan bursa selama sepekan sangat dipengaruhi oleh bursa-bursa regional yang terkoreksi 2% hingga 4,5% akibat sentimen negatif dari dampak krisis subprime mortgage yang masih terus berlanjut seiring pengumuman kerugian oleh UBS AG. Pelaku pasar dilanda kepanikan setelah dua minggu tidak ada sentimen yang berhasil menggerakkan pasar dengan signifikan. Sinyal The Fed yang akan memangkas suku bunga hingga 50 basis poin untuk memperkuat likuiditas AS, menambah kekhawatiran mereka terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut dan kinerja ekspor regional Asia Pasifik ke AS. Seiring suku bunga The Fed yang semakin menurun membuat investasi di pasar uang AS menjadi semakin tidak menarik. Tidak menariknya pasar uang AS ikut memperlemah dolar AS atas beberapa mata uang kuat dunia salah satunya euro hingga ke posisi 1,5US$/euro. Dolar AS yang melemah pada akhirnya mendorong pengalihan hedge fund ke bursa komoditas lainnya seperti emas yang naik hingga $995 per ounce dan juga minyak.

Kenaikan harga minyak yang bergerak signifikan hingga menembus level $103 per barel ikut menambah kepanikan pelaku pasar. Namun, harga minyak yang terus bergerak naik membuat pelaku pasar cenderung semakin memilih komoditas ini bagi penempatan dana mereka untuk tujuan berjaga-jaga dan spekulatif. Kondisi tersebut berimbas tersedotnya dana di bursa saham dan mengakibatkan koreksi yang cukup dalam termasuk pada bursa Indonesia.

Sentimen negatif juga datang dari dalam negeri terutama kenaikan harga sejumlah bahan pokok seperti kedelai, minyak goreng, dan tepung terigu yang berpotensi melemahkan daya beli masyarakat. Saham perbankan seperti BBRI, BMRI, dan BBNI ikut terkena imbas koreksi seiring potensi melemahnya permintaan kredit konsumsi masyarakat. Saham BBRI turun hingga menyentuh level Rp6.800, BMRI ke level Rp3.125, dan BBNI ke level Rp1.580. Daya beli yang melemah juga akan berdampak negatif bagi penjualan otomotif. Saham ASII ikut melemah hingga ke level Rp26.200.

IHSG kembali naik atau rebound di hari rabu dan kamis ditopang oleh pergerakan harga saham pertambangan mengikuti sentimen positif kenaikan harga komoditas pertambangan di pasaran dunia. Komoditas batubara akan terus bergerak naik seiring kenaikan harga minyak yang terus berlanjut. Kondisi ini membuat pelaku pasar mengambil posisi beli terhadap saham BUMI hingga ditutup naik 2,9% ke posisi Rp7.000 per lembar saham. Saham ANTM naik seiring sentimen positif naiknya harga emas di bursa London ke posisi tertinggi yaitu $995,20 per ons.

Selain dari sektor pertambangan, kenaikan IHSG juga ditopang oleh saham Telkom yang juga menjadi penggerak utama indeks di penutupan akhir pekan kemarin. Saham TLKM telah jatuh 8,3% sejak akhir bulan lalu dan secara teknikal Relative Strenght Indeks menuju ke level 41,21 yang merupakan level terendah dalam sebulan terakhir. Posisi ini memperkuat status oversold bagi saham TLKM dan mendorong pelaku pasar untuk kembali memburu saham TLKM hingga penutupan kamis kemarin. Saham TLKM ditutup pada level Rp9.700 per lembar saham.

Selasa, Maret 04, 2008

Ulasan Pasar pekan terakhir Februari

Indeks harga saham gabungan selama sepekan terakhir terkoreksi 0,7% ke posisi 2.721,94. Koreksi ini lebih disebabkan transaksi jangka pendek investor seiring perkembangan ekonomi global yang melemah.

Kenaikan harga minyak dunia menembus level $102 per barel karena dolar AS yang melemah terutama oleh euro hingga ke level 1,5 US$/Euro mendorong pelaku pasar global memburu minyak sebagai altenatif investasi. Di sisi lain, kenaikan harga minyak ini memperburuk ancaman inflasi global termasuk Indonesia.

Semakin besarnya potensi resesi AS akibat kasus kredit macet di sektor perumahan mendorong The Fed untuk memangkas suku bunganya dari level saat ini 3% pada FOMC pertengahan bulan Maret ini. Kondisi tersebut membuat dolar AS semakin tidak menarik dan dana investor cenderung beralih ke bursa komoditas khsusunya minyak untuk tujuan spekulasi dan berjaga-jaga terhadap ancaman inflasi global. Kondisi ini mengakibatkan harga minyak terus bergerak naik.

Kenaikan harga minyak ini meningkatkan ancaman inflasi dalam negeri dan memaksa pelaku pasar untuk bertransaksi jangka pendek serta mengejar gain sedikit demi sedikit. Akibatnya selama sepekan ini pasar bergerak variatif.

Laporan keuangan beberapa emiten-emiten unggulan untuk tahun 2007 yang telah dipublikasikan menjelang akhir pekan kemarin cukup mempengaruhi harga saham meskipun tidak berlangsung lama. Seperti yang dialami oleh saham Astra Internasional yang justru bergerak turun ke posisi Rp27.850 di penutupan akhir pekan. Saham ASII bergerak naik mencapai level tertinggi di Rp28.250 pada kamis kemarin setelah laporan keuangan beberapa anak usahanya mencatat kenaikan profit yang signifikan selama 2007 terutama dari Astra Agro Lestari. Namun, setelah menembus level tertinggi selama sebulan tersebut pelaku pasar kemudian segera merealisasikan gain di akhir pekan sebesar Rp400 per lembar saham. Pergerakan harga saham lebih disebabkan oleh trading jangka pendek berdasarkan pergerakan harga historis

Saham unggulan lainnya seperti TLKM dan BUMI ikut terkena profit taking jangka pendek. Saham TLKM turun Rp450 setelah mencapai level tertinggi dalam sebulan yaitu di level Rp10.250 pada 28 Februari. Begitu juga dengan saham BUMI yang terkoreksi Rp250 setelah menembus level tertinggi sebulan di Rp7.950 pada 28 Februari. Koreksi ini justru terjadi di tengah rupiah yang menguat terhadap dolar AS di bawah level Rp9.100/US$ dan harga minyak yang sempat menyentuh level $103 per barel di akhir pekan kemarin.

Saham pertambangan lainnya seperti INCO dan TINS menahan laju koreksi IHSG di akhir pekan dengan mencatat kenaikan 1,6% ke posisi Rp9.450 dan 9,1% ke posisi Rp32.550 dari sentimen positif naiknya harga nikel 6,5% dan TINS 5% di bursa London.

Dari sektor perbankan, pelaku pasar mengkoreksi saham BMRI sebesar 1,5% dan BBRI sebesar 2,7% seiring ancaman inflasi kebutuhan pokok dan kenaikan harga minyak yang berpotensi menaikkan harga BBM yang dapat melemahkan daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut juga diperkuat dari pemangkasan anggaran departemen sebesar 15% di APBN yang sudah tentu ikut melemahkan daya beli masyarakat sepanjang tahun 2008.