Selasa, Maret 04, 2008

Ulasan Pasar pekan terakhir Februari

Indeks harga saham gabungan selama sepekan terakhir terkoreksi 0,7% ke posisi 2.721,94. Koreksi ini lebih disebabkan transaksi jangka pendek investor seiring perkembangan ekonomi global yang melemah.

Kenaikan harga minyak dunia menembus level $102 per barel karena dolar AS yang melemah terutama oleh euro hingga ke level 1,5 US$/Euro mendorong pelaku pasar global memburu minyak sebagai altenatif investasi. Di sisi lain, kenaikan harga minyak ini memperburuk ancaman inflasi global termasuk Indonesia.

Semakin besarnya potensi resesi AS akibat kasus kredit macet di sektor perumahan mendorong The Fed untuk memangkas suku bunganya dari level saat ini 3% pada FOMC pertengahan bulan Maret ini. Kondisi tersebut membuat dolar AS semakin tidak menarik dan dana investor cenderung beralih ke bursa komoditas khsusunya minyak untuk tujuan spekulasi dan berjaga-jaga terhadap ancaman inflasi global. Kondisi ini mengakibatkan harga minyak terus bergerak naik.

Kenaikan harga minyak ini meningkatkan ancaman inflasi dalam negeri dan memaksa pelaku pasar untuk bertransaksi jangka pendek serta mengejar gain sedikit demi sedikit. Akibatnya selama sepekan ini pasar bergerak variatif.

Laporan keuangan beberapa emiten-emiten unggulan untuk tahun 2007 yang telah dipublikasikan menjelang akhir pekan kemarin cukup mempengaruhi harga saham meskipun tidak berlangsung lama. Seperti yang dialami oleh saham Astra Internasional yang justru bergerak turun ke posisi Rp27.850 di penutupan akhir pekan. Saham ASII bergerak naik mencapai level tertinggi di Rp28.250 pada kamis kemarin setelah laporan keuangan beberapa anak usahanya mencatat kenaikan profit yang signifikan selama 2007 terutama dari Astra Agro Lestari. Namun, setelah menembus level tertinggi selama sebulan tersebut pelaku pasar kemudian segera merealisasikan gain di akhir pekan sebesar Rp400 per lembar saham. Pergerakan harga saham lebih disebabkan oleh trading jangka pendek berdasarkan pergerakan harga historis

Saham unggulan lainnya seperti TLKM dan BUMI ikut terkena profit taking jangka pendek. Saham TLKM turun Rp450 setelah mencapai level tertinggi dalam sebulan yaitu di level Rp10.250 pada 28 Februari. Begitu juga dengan saham BUMI yang terkoreksi Rp250 setelah menembus level tertinggi sebulan di Rp7.950 pada 28 Februari. Koreksi ini justru terjadi di tengah rupiah yang menguat terhadap dolar AS di bawah level Rp9.100/US$ dan harga minyak yang sempat menyentuh level $103 per barel di akhir pekan kemarin.

Saham pertambangan lainnya seperti INCO dan TINS menahan laju koreksi IHSG di akhir pekan dengan mencatat kenaikan 1,6% ke posisi Rp9.450 dan 9,1% ke posisi Rp32.550 dari sentimen positif naiknya harga nikel 6,5% dan TINS 5% di bursa London.

Dari sektor perbankan, pelaku pasar mengkoreksi saham BMRI sebesar 1,5% dan BBRI sebesar 2,7% seiring ancaman inflasi kebutuhan pokok dan kenaikan harga minyak yang berpotensi menaikkan harga BBM yang dapat melemahkan daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut juga diperkuat dari pemangkasan anggaran departemen sebesar 15% di APBN yang sudah tentu ikut melemahkan daya beli masyarakat sepanjang tahun 2008.

Tidak ada komentar: