Rabu, Februari 18, 2009

Ulasan Pasar edisi 18 Februari 2009

Ulasan Indeks Bisnis-27

Di hari kedua pekan ini indeks Bisnis-27 terkoreksi signifikan mengikuti pelemahan bursa regional. Indeks bursa regional bergerak melemah setelah perekonomian Jepang melemah 3,3% dalam 35 tahun terakhir. Indeks Nikkei turun 104,66 poin (-1,35%), %), indeks STI Singapura turun 42,78 poin (-2,55%), indeks Shanghai turun 69,95 poin (-2,93), indeks Hang Seng turun 510,48 poin (-3,79%), dan indeks Kospi turun 48,28 poin (-4,11%).

Pergerakan rupiah terhadap dolar AS ikut terimbas oleh gejolak bursa regional dan memicu aksi jual khususnya investor asing di Bursa Efek Indonesia. Investor asing membukukan nilai jual sebesar Rp40 miliar. Rupiah terdepresiasi ke level Rp12.040/US$, melemah 2,03% atau terbesar sejak awal Februari ini. Indeks Bisnis-27 ditutup melemah 2,72 poin (-2,26%) ke level 117,89.

Pemerintah Indonesia kembali mengoreksi target pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dari 4,7% menjadi 4,5% seiring potensi penurunan penerimaan negara yang cukup dalam imbas krisis ekonomi global.

Dari 27 saham indeks Bisnis-27, hanya saham Indosat (ISAT) dan Astra Agro Lestari (AALI) yang mencatat gain hingga penutupan Selasa kemarin. Saham ISAT ditutup naik 0,88% dan AALI naik 0,41%. Sedangkan 3 saham tercatat tidak berubah dari level sehari sebelumnya yaitu Lippo Karawaci (LPKR) di level Rp830, Jasa Marga (JSMR) di level Rp940, dan Bank CIMB-Niaga (BNGA) di level Rp415.

Aksi profit taking jangka pendek terjadi untuk mengantisipasi koreksi bursa lebih lanjut. Saham Indah Kiat Pulp & Papers (INKP) terkoreksi -6,25% sekaligus menjadi pencetak loss terbesar Selasa kemarin. Saham INKP telah menyentuh level overbought di level 69 dalam indikator RSI (Relative Strenght Index) pada awal pekan ini. Investor melepas saham INKP oleh faktor jenuh beli tersebut dan merealisasikan gain INKP untuk mengamankan likuiditas serta mengambil posisi wait and see terhadap gejolak pasar.

Selain INKP, saham Bank BCA (BBCA) terkoreksi -5,61%, saham Bank Internasional Indonesia (BNII) terkoreksi -4,84%, saham Adaro Energy (ADRO) turun -3,61%, Indocement Tunggal Perkasa (INTP) turun -3,39%, PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) turun -3,23%, Medco Energi Internasional (MEDC) turun -2,92%, Astra Internasional (ASII) turun -2,7%, Bank BNI (BBNI) turun -2,7%, dan United Tractors (UNTR) turun -2,54%.

Faktor depresiasi rupiah sebesar 2,03% dalam sehari kemarin terhadap dolar AS menjadi faktor utama penekan saham-saham perbankan. Aksi profit taking untuk gain sejak akhir pekan kemarin ikut mewarnai koreksi saham-saham perbankan dengan mempertimbangkan faktor CAR (Capital Adequacy Ratio) bank umum untuk tahun 2008 yang terendah sejak 2003 yaitu 16,76% dan CAR bank BUMN untuk tahun 2008 yaitu 14,31%. Selain CAR, kenaikan biaya operasional perbankan per Desember 2008 sebesar 25,7% oleh meningkatnya biaya pencadangan untuk mengendalikan potensi NPL (non performing loan) menjadi faktor penekan tambahan bagi saham-saham perbankan.


Ulasan IHSG

Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa kemarin terkoreksi sebesar 23,96 poin (-1,79%) terimbas oleh pelemahan indeks regional. Indeks Nikkei turun 104,66 poin (-1,35%), %), indeks STI Singapura turun 42,78 poin (-2,55%), indeks Shanghai turun 69,95 poin (-2,93), indeks Hang Seng turun 510,48 poin (-3,79%), dan indeks Kospi turun 48,28 poin (-4,11%).

Seluruh sektor mengalami pelemahan. Sektor industri dasar mengalami koreksi tertinggi sebesar -2,92%, sektor keuangan -2,42%, sektor pertambangan -2,28%, sektor aneka industri -1,99%, sektor infrastruktur -1,79%, sektor manufaktur -1,56%, sektor perdagangan dan jasa -0,92%, sektor property -0,48%, dan sektor barang konsumsi -0,31%.

Pergerakan rupiah terhadap dolar AS ikut terimbas oleh gejolak bursa regional dan memicu aksi jual pada Bursa Efek Indonesia. Rupiah terdepresiasi ke level Rp12.040/US$, melemah 2,03%. Selain itu, pemerintah kembali mengoreksi target pertumbuhan ekonomi di 2009 dari 4,7% menjadi 4,5% seiring potensi penurunan penerimaan negara yang cukup dalam akibat imbas krisis ekonomi global yang terjadi

Tidak ada komentar: