Selasa, Februari 24, 2009

Ulasan Pasar sepekan edisi 23 Februari 2009

Ulasan Indeks Bisnis-27

Pada pekan ketiga Februari, indeks Bisnis-27 mengalami tekanan jual cukup signifikan sebesar 5,44 poin (-4,51%) ditutup pada Jumat kemarin di level 115,08. Depresiasi rupiah terhadap dolar AS sebesar 2% dalam sepekan, koreksi harga CPO di pasaran internasional, dan proses tender offer saham Indosat (ISAT) yang selesai pada 18 Februari 2009 menjadi faktor penekan indeks Bisnis-27.

Selama sepekan, saham Bank Danamon (BDMN) membukukan gain tertinggi sebesar 19,1% diikuti oleh saham Bank Mandiri (BMRI) sebesar 1,72%. Rencana right issue Rp4 triliun saham Bank Danamon untuk memperkuat permodalannya memberikan sentimen positif bagi pergerakan saham BDMN. Selain rencana right issue, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF), dengan pemegang saham mayoritas yaitu PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) sebesar 75%, membukukan laba bersih sebesar Rp1,02 triliun pada tahun 2008 atau tumbuh sebesar 82,3% dari laba bersih 2007 yang sebesar Rp559 miliar.

Saham Indosat (ISAT) membukukan loss terbesar yaitu 25% dipicu oleh sulitnya investor menjual saham ISAT setelah tender offer dari Qatar Telecom selesai pada 18 Februari. Investor menjual murah sisa saham ISAT untuk mendapatkan likuiditas.

Selain saham ISAT, saham Indocement Tunggal Perkasa (INTP) membukukan loss sebesar -10% dalam sepekan terakhir diikuti oleh saham Internasional Nickel Indonesia (INCO) sebesar -9,68%, United Tractors (UNTR) sebesar -8,7%, London Sumatera Plantations (LSIP) sebesar -7,75%, Bank Central Asia (BBCA) turun sebesar -7,55%, Bank Pan Indonesia (PNBN) -6,25%, Adaro Energy (ADRO) -5,95%, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) -5,08%, Indo Tambangraya Megah (ITMG) -4,5%, Semen Gresik (SMGR) -2,08%, dan Astra Agro Lestari (AALI) -1,63%. Depresiasi rupiah terhadap dolar AS ke level Rp12.100/US$ menjadi faktor koreksi jangka pendek saham-saham perbankan.

Faktor pelemahan harga minyak yang berada di bawah level US$40 per barel memberikan sentimen negatif bagi saham-saham komoditas alternatif minyak seperti batubara dan CPO. Harga minyak dalam dua pekan terakhir telah tertekan 15,4% ke level terendahnya US$33,98 per barel pada 12 Februari. Meski sempat melonjak tajam ke level US$39,48 per barel Kamis kemarin, tetapi kenaikan tersebut tidak bertahan lama karena kembali terkoreksi ke level US$38,75 per barel pada akhir pekan kemarin.

Harga CPO di bursa Malaysia bergerak bearish dan membukukan koreksi sebesar -8% dalam sepekan terakhir ke level US$497,42 per ton.

Melemahnya harga minyak yang menjadi indikasi belum adanya signal perbaikan dalam krisis ekonomi global, membuat investor cenderung merealisasikan gain jangka pendek dan berposisi wait and see terhadap gejolak bursa baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu, Pemerintah Indonesia kembali mengoreksi target pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dari 4,7% menjadi 4,5% seiring potensi penurunan penerimaan negara yang cukup dalam sebagai imbas krisis ekonomi global.

Aksi beli diperkirakan akan kembali mewarnai bursa pada pekan terakhir Februari ini terhadap saham-saham indeks Bisnis-27 yang telah terkoreksi signifikan pada pekan kemarin.

Ulasan IHSG

Selama sepekan terakhir, indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak melemah sebesar -3,1% ditutup di level 1.296,94 pada Jumat kemarin. Depresiasi rupiah terhadap dolar AS ke level Rp12.100/US$ akhir pekan kemarin, harga minyak dunia yang masih melemah dan aksi jual murah sisa saham Indosat di bursa menjadi faktor penekan IHSG. Saham Indosat turun -25% dalam sepekan ditutup di level Rp4.350.

Sektor infrastruktur turun -6,2%, agrikultur turun -4,43%, pertambangan turun -3,01%, industri dasar dan kimia turun -2,87%, perdagangan dan jasa turun -2,73%, keuangan turun -2,39%, manufaktur turun -1,26%, aneka industri turun -0,57%, konsumsi turun -0,51%, dan sektor properti turun -0,2%.

Harga minyak yang berada di bawah level US$40 per barel memberikan sentimen negatif bagi saham-saham komoditas alternatif minyak seperti batubara dan CPO. Dalam dua pekan terakhir harga minyak telah tertekan 15,4% ke level terendahnya US$33,98 per barel pada 12 Februari. Meski sempat melonjak tajam ke level US$39,48 per barel Kamis kemarin, tetapi kenaikan tersebut tidak bertahan lama karena akhir pekan kemarin kembali terkoreksi ke level US$38,75 per barel

Harga CPO di bursa Malaysia bergerak bearish dan membukukan koreksi sebesar -8% dalam sepekan terakhir ke level US$497,42 per ton.

Melemahnya harga minyak yang menjadi indikasi belum adanya signal perbaikan dalam krisis ekonomi global dan depresiasi rupiah terhadap dolar AS membuat investor cenderung merealisasikan gain jangka pendek dan mengambil posisi wait and see terhadap gejolak bursa.

Tidak ada komentar: