Jumat, Mei 22, 2009

Ulasan Pasar edisi 22 Mei 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis BIsnis Indonesia Intelligence Unit


Setelah sergerak mixed pada perdagangan Rabu kemarin, indeks BISNIS-27 akhirnya ditutup dengan koreksi tipis sebesar 0,56% di level 170,19 Koreksi tersebut sangat wajar dan merupakan aksi profit taking indeks untuk jangka pendek setelah dalam dua hari perdagangan di awal pekan ini melejit naik 8,4% dari penutupan akhir pekan lalu yang berada di level 157,88. Tekanan pada indeks berasal dari koreksi saham-saham perbankan.

Pergerakan rebound indeks sejak awal pekan tersebut disebabkan koreksi indeks yang cukup besar sepanjang pekan lalu sebesar 7,72%, membawa indeks ke teritori jenuh jual (oversold) berdasarkan indeks RSI (Relative Strenght Index) yang turun ke level 56 atau terendah dalam dua pekan terakhir. Oleh karena itu, secara teknis, indeks memang memiliki potensi rebound.

Faktor ekspektasi pasar terhadap level inflasi Mei yang diperkirakan masih melambat atau bahkan berpeluang kembali terjadi deflasi serta potensi penurunan BI rate yang masih terbuka lebar dari saat ini 7,25% memicu aliran dana asing kembali masuk ke Indonesia. Hal tersebut dapat diindikasikan dari penguatan rupiah terhadap dolar AS sebesar 1,12% sejak awal pekan hingga Selasa.

Melambatnya laju inflasi tahunan ke level terendah sejak Januari 2008, yaitu 7,31% pada April kemarin serta tren penurunan BI rate ke level terendah sejak Juli 2005 yaitu 7,25% pada awal Mei lalu, menjadikan risiko investasi dan risiko pasar dinilai semakin rendah atau lebih rendah dibandingkan dengan kondisi akhir tahun lalu ketika inflasi berada di level 11,06% dan BI rate di level 9,25%. Valuasi saham pun menjadi semakin murah apabila dibandingkan dengan periode saat krisis likuiditas 2008 atau semester II-2008.

Koreksi indeks pada perdagangan Rabu kemarin tidak merubah tren bullish indeks hingga akhir Mei ini menjelang pengumuman inflasi Mei dan juga hasil keputusan RDG Bank Indonesia untuk level BI rate awal Juni.

Saham batu bara, PT Tambang Batu bara Bukit Asam (PTBA) membukukan gain cukup besar yaitu 3,35% diikuti oleh saham CPO London Sumatera (LSIP) sebesar 2,46%. Harga minyak dunia di bursa New York berhasil menembus level psikologis dua pekan terakhir yaitu US$60 per barel. Kekhawatiran akan naiknya harga BBM dalam negeri karena tren kenaikan harga minyak dunia, nampaknya belum menjadi bahan pertimbangan serius investor dan memang cukup kecil kemungkinan kenaikan BBM tersebut menjelang pemilihan presiden awal Juli mendatang. Pada perdagangan Rabu kemarin, kondisi tersebut dapat dilihat dari masih naiknya harga saham beberapa bank seperti Bank Mandiri (BMRI) sebesar 1,8% dan Bank Central Asia (BBCA) sebesar 0,71%.

Koreksi beberapa saham perbankan pada Rabu kemarin lebih disebabkan karena kenaikan harga yang terlalu tinggi pada Selasa sebelumnya. Seperti saham Bank BNI (BBNI) yang naik sebesar 12,75%, saham saham Bank Danamon (BDMN) sebesar 12,16%, dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) sebesar 11,76%. Pada penutupan Rabu kemarin, saham BDMN terkoreksi 10,24%, BBRI 5,26%, dan BBNI sebesar 2,38%.

Tidak ada komentar: