Senin, Mei 18, 2009

Ulasan Pasar sepekan edisi 18 Mei 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pekan kemarin merupakan pekan konsolidasi yang cukup baik bagi pergerakan indeks BISNIS-27 sejak diluncurkan akhir Januari lalu. Koreksi sebesar -7,72% menjadi momentum indeks untuk dapat melanjutkan tren bullish hingga akhir semester I tahun ini. Sejak 8 April lalu atau dalam satu bulan terakhir indeks berhasil mencetak gain sebesar 26,67% dengan penopang utama adalah deflasi April dan penurunan BI rate ke level 7,25%. Secara teknis indeks BISNIS-27 juga telah berada di areal jenuh beli (overbought) pada penutupan 8 Mei sepekan sebelumnya, ketika indeks RSI (relative Strenght Index) untuk BISNIS-27 berada di level 77,60.

Di awal pekan, koreksi indeks sebesar -2,75% digerakkan oleh saham Astra Internasional Indonesia (ASII) karena kondisi ASII yang telah overbought dan saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM) yang mendapat sentimen negatif dari kinerja 2008 yang membukukan pertumbuhan negatif laba bersih sebesar -17,4% atau menjadi sebesar Rp10,6 triliun dari posisi 2007 yang sebesar Rp12,9 triliun. Indeks RSI saham ASII telah mencapai level 82,53 atau tertinggi dalam tahun ini.

Pada perdagangan Selasa, koreksi indeks masih berlanjut sebesar -0,14% karena faktor penguatan harga minyak dunia yang menyentuh US$59 per barel atau hampir menembus US$60 per barel memberikan tekanan pada saham-saham yang sensitif dengan inflasi dan daya beli seperti Astra Internasional dan saham-saham perbankan. Selain itu, subsidi APBN untuk BBM dikhawatirkan akan meningkat yang berujung naiknya permintaan terhadap dolar AS dan menghentikan sentimen penguatan rupiah.

Di sisi lain, tren bullish harga minyak memberikan sentimen positif bagi saham-saham pertambangan dan komoditas dalam portofolio BISNIS-27. Saham Medco Energy International (MEDC) naik 0,88%, saham Perusahaan Gas Negara (PGAS) naik 1,9%, saham Aneka Tambang (ANTM) naik 1,05%, dan saham Timah (TINS) naik 1,04%.

Namun, saham-saham pertambangan dan komoditas yang bergerak naik pada Selasa tersebut langsung mengalami profit taking jangka pendek dan menjadi penekan Indeks BISNIS-27 pada Rabu yang ditutup turun tipis sebesar –0,17% ke level 165,85.

Koreksi indeks yang cukup signifikan terjadi pada perdagangan Kamis yang dipengaruhi data penjualan ritel AS sepanjang April kemarin yang ternyata turun hingga ke level 0,4%. Lemahnya penjualan ritel selama sebulan terakhir tersebut menimbulkan pesimisme di kalangan pelaku pasar terhadap perbaikan daya beli masyarakat AS, indeks BISNIS-27 ditutup melemah –4,01% di level 159,2 dengan sebanyak 24 saham portofolio BISNIS-27 terkoreksi dan tiga saham lainnya tidak berubah harga yaitu saham Bank Central Asia (BBCA), Bank Niaga (BNGA), dan Lippo Karawaci (LPKR).

Aliran dolar AS yang membanjiri bursa Asia Pasifik dalam dua pekan terakhir bergerak berbalik arah keluar dari bursa (capital outflow) terimbas kekhawatiran melemahnya kinerja produsen ritel Asia Pasifik. Nilai rupiah terdepresiasi tipis sebesar 0,36% dalam sepekan ke level Rp10.413/US$

Di akhir pekan, indeks BISNIS-27 masih melanjutkan koreksi sebesar -0,83%. Koreksi Kamis dan Jumat sekaligus menjadikan Indeks RSI (Relative Strenght Index) BISNIS-27 bergerak menjauhi areal jenuh beli (overbought) dan sebaliknya mendekati areal jenuh jual (oversold) di level 56. Dengan kondisi tersebut, Indeks diperkirakan akan bergerak rebound pada awal pekan depan atau Senin ini dengan mempertimbangkan valuasi saham yang masih tergolong murah dibandingkan dengan periode akhir semester I tahun lalu serta peluang BI rate yang masih terbuka lebar untuk diturunkan lagi dari level saat ini yaitu 7,25%.

Tidak ada komentar: