Senin, Mei 25, 2009

Ulasan Pasar Sepekan edisi 25 Mei 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pergerakan indeks BISNIS-27 pada pekan lalu berbalik arah dari pergerakan sepekan sebelumnya yang terkoreksi sebesar 7,72%. Indeks BISNIS-27 dalam sepekan kemarin mencatat kenaikan sebesar 7,59% ditutup di level 169,86 pada Jumat akhir pekan lalu.

Dalam dua hari pertama sejak awal pekan, indeks langung bergerak rebound setelah mengalami koreksi yang cukup besar pada sepekan sebelumnya yang telah membawa indeks ke teritori jenuh jual (oversold) dengan indeks RSI (Relative Strenght Index) turun ke level 56 pada Jumat (15/5).

Faktor melambatnya laju inflasi tahunan ke level terendah sejak Januari 2008 yaitu 7,31% pada April serta tren penurunan BI rate ke level terendah sejak Juli 2005 yaitu 7,25% pada awal Mei menjadikan risiko investasi dan risiko pasar dinilai semakin rendah dan bahkan lebih rendah apabila dibandingkan dengan kondisi akhir tahun lalu ketika inflasi berada di level 11,06% dan BI rate di level 9,25%. Oleh karena itu, valuasi saham pun menjadi semakin murah bila dibandingkan dengan kondisi harga pada periode awal krisis likuiditas 2008. Kondisi tersebut memicu aliran dana asing kembali masuk ke Indonesia yang diindikasikan dengan penguatan rupiah terhadap dolar AS sebesar 1,12% dalam dua hari perdagangan di awal pekan.

Pergerakan mixed dialami indeks pada perdagangan Rabu hingga ditutup terkoreksi tipis sebesar 0,56% di level 170,19 oleh aksi profit taking jangka pendek setelah dua hari sebelumnya melejit naik 8,4%. Tekanan pada indeks berasal dari koreksi saham-saham perbankan yang telah menjadi penggerak indeks sejak awal pekan. Tren kenaikan harga minyak dunia yang saat ini telah mencapai US$61 per barel, dikhawatirkan akan meningkatkan harga komoditas di pasaran internasional dan mempengaruhi harga di dalam negeri serta meningkatkan laju inflasi.

Indeks masih mengalami koreksi di akhir pekan, namun dapat tertahan oleh pergerakan harga saham komoditas seiring tren kenaikan harga minyak. Pada Jumat kemarin, saham batu bara seperti Adaro Energy (ADRO) dan PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) naik masing-masing 13,27% dan 1,85% dan saham emiten minyak Medco Energy Internasional (MEDC) naik 1,75%. Sementara itu, saham-saham perbankan masih bergerak melemah, saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun 3,97%, saham Bank Internasional Indonesia (BNII) turun 2,47%, saham Bank Central Asia (BBCA) turun 1,42%, dan saham Bank Mandiri (BMRI) turun 0,88%. Indeks terkoreksi tipis 0,19% atau lebih rendah dari koreksi Rabu sebelumnya yang sebesar 0,56%.

Memasuki pekan terakhir Mei, indeks diperkirakan akan kembali menguat oleh rebound saham-saham perbankan yang telah terkoreksi sejak Rabu. Sentimen jelang pengumuman inflasi akan menjadi katalis penguatan saham-saham perbankan dengan ekspektasi level inflasi yang masih melambat selama Mei yang sekaligus memperbesar peluang penurunan BI rate di awal Juni mendatang dari level saat ini 7,25%. Saham-saham komoditas khususnya batu bara juga berpeluang memperkuat kenaikan indeks dengan mengacu pada pergerakan harga minyak dunia.

Dari bursa regional, peluang rebound indeks BISNIS-27 semakin bertambah setelah indeks STI Singapura berhasil ditutup menguat sebesar 1,53% pada akhir pekan kemarin.

Jumat, Mei 22, 2009

My stuff


Books,id,phone,notes,pen,pc...

Ulasan Pasar edisi 22 Mei 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis BIsnis Indonesia Intelligence Unit


Setelah sergerak mixed pada perdagangan Rabu kemarin, indeks BISNIS-27 akhirnya ditutup dengan koreksi tipis sebesar 0,56% di level 170,19 Koreksi tersebut sangat wajar dan merupakan aksi profit taking indeks untuk jangka pendek setelah dalam dua hari perdagangan di awal pekan ini melejit naik 8,4% dari penutupan akhir pekan lalu yang berada di level 157,88. Tekanan pada indeks berasal dari koreksi saham-saham perbankan.

Pergerakan rebound indeks sejak awal pekan tersebut disebabkan koreksi indeks yang cukup besar sepanjang pekan lalu sebesar 7,72%, membawa indeks ke teritori jenuh jual (oversold) berdasarkan indeks RSI (Relative Strenght Index) yang turun ke level 56 atau terendah dalam dua pekan terakhir. Oleh karena itu, secara teknis, indeks memang memiliki potensi rebound.

Faktor ekspektasi pasar terhadap level inflasi Mei yang diperkirakan masih melambat atau bahkan berpeluang kembali terjadi deflasi serta potensi penurunan BI rate yang masih terbuka lebar dari saat ini 7,25% memicu aliran dana asing kembali masuk ke Indonesia. Hal tersebut dapat diindikasikan dari penguatan rupiah terhadap dolar AS sebesar 1,12% sejak awal pekan hingga Selasa.

Melambatnya laju inflasi tahunan ke level terendah sejak Januari 2008, yaitu 7,31% pada April kemarin serta tren penurunan BI rate ke level terendah sejak Juli 2005 yaitu 7,25% pada awal Mei lalu, menjadikan risiko investasi dan risiko pasar dinilai semakin rendah atau lebih rendah dibandingkan dengan kondisi akhir tahun lalu ketika inflasi berada di level 11,06% dan BI rate di level 9,25%. Valuasi saham pun menjadi semakin murah apabila dibandingkan dengan periode saat krisis likuiditas 2008 atau semester II-2008.

Koreksi indeks pada perdagangan Rabu kemarin tidak merubah tren bullish indeks hingga akhir Mei ini menjelang pengumuman inflasi Mei dan juga hasil keputusan RDG Bank Indonesia untuk level BI rate awal Juni.

Saham batu bara, PT Tambang Batu bara Bukit Asam (PTBA) membukukan gain cukup besar yaitu 3,35% diikuti oleh saham CPO London Sumatera (LSIP) sebesar 2,46%. Harga minyak dunia di bursa New York berhasil menembus level psikologis dua pekan terakhir yaitu US$60 per barel. Kekhawatiran akan naiknya harga BBM dalam negeri karena tren kenaikan harga minyak dunia, nampaknya belum menjadi bahan pertimbangan serius investor dan memang cukup kecil kemungkinan kenaikan BBM tersebut menjelang pemilihan presiden awal Juli mendatang. Pada perdagangan Rabu kemarin, kondisi tersebut dapat dilihat dari masih naiknya harga saham beberapa bank seperti Bank Mandiri (BMRI) sebesar 1,8% dan Bank Central Asia (BBCA) sebesar 0,71%.

Koreksi beberapa saham perbankan pada Rabu kemarin lebih disebabkan karena kenaikan harga yang terlalu tinggi pada Selasa sebelumnya. Seperti saham Bank BNI (BBNI) yang naik sebesar 12,75%, saham saham Bank Danamon (BDMN) sebesar 12,16%, dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) sebesar 11,76%. Pada penutupan Rabu kemarin, saham BDMN terkoreksi 10,24%, BBRI 5,26%, dan BBNI sebesar 2,38%.

Rabu, Mei 20, 2009

Ulasan Pasar edisi 20 Mei 2009

Ulasan Pasar edisi 20 Mei 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Indeks BISNIS-27 mencapai level tertingginya yaitu di level 171,14 naik 5,67% dari penutupan awal pekan ini. Indeks BISNIS-27 telah mencetak gain sebesar 43,48% sejak diluncurkan pada 27 Januari lalu hingga perdagangan Selasa kemarin.

Pergerakan BISNIS-27 terus diwarnai oleh aksi beli pada perdagangan kedua pekan ini melanjutkan rebound di awal pekan setelah terkoreksi cukup signifikan sebesar 7,72% sepanjang pekan lalu. Kondisi tersebut membawa indeks ke level yang cukup oversold dengan indeks RSI (Relative Strenght Index) di level 56 atau terendah dalam dua pekan terakhir.

Ekspektasi inflasi Mei yang masih melambat atau bahkan berpeluang deflasi serta potensi penurunan BI rate yang masih terbuka lebar dari saat ini 7,25% menjadi pemicu aliran dana asing kembali masuk ke Indonesia. Risiko investasi dan risiko pasar dinilai lebih rendah dibandingkan dengan akhir tahun lalu ketika inflasi masih di level 11,06% dan BI rate di level 9,25%.

Nilai rupiah menguat signifikan pada perdagangan kemarin sebesar 1,05% ke level Rp10.296/US$ dari level Rp10.405/US4 awal pekan ini. Bahkan dalam dua hari perdagangan pekan ini, rupiah telah menguat sebesar 1,12% dari level penutupan akhir pekan lalu Rp10.413/US$.

Saham penggerak Indeks BISNIS-27 di antaranya saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Astra Internasional (ASII), Bank Mandiri (BMRI), Telekomunikasi Indonesia (TLKM), Bank Danamon (BDMN), dan Bank Central Asia (BBCA).

Sedangkan saham-saham pencetak gain terbesar indeks BISNIS-27 yaitu BBNI sebesar 12,75%, saham BDMN sebesar 12,16%, BBRI sebesar 11,76%, London Sumatera (LSIP) sebesar 9,91%, ASII sebesar 9,12%, Aneka Tambang (ANTM) sebesar 8,62%, dan BMRI sebesar 7,77%.

Menghijaunya indeks regional Asia Pasifik turut memperkuat arah rebound indeks BISNIS-27 kemarin. Indeks STI Singapura naik 3,83%, indeks Hang Seng naik 3,06%, dan indeks Nikkei-225 naik 2,78%. Indeks DJIA di bursa New York sebelumnya ditutup naik 2,78%. Beberapa mata uang regional Asia Pasifik bergerak menguat terhadap dolar AS. Dolar Singapura menguat 0,18%, dolar Hong Kong menguat 0,4%, yen Jepang menguat 0,01%, won Korea menguat 1%, peso Filipina menguat 0,4%, bath Thailand menguat 0,29%, dan dolar Taiwan menguat 0,41%.

Harga minyak dunia yang naik 5,87% sejak awal pekan ini ke level US$59,68 per barel, menjadi sentimen positif pasar terhadap perkembangan ekonomi dan daya beli global.

Ulasan Pasar edisi 19 Mei 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Seperti yang telah diprediksi sebelumnya, indeks BISNIS-27 di awal pekan ini bergerak rebound setelah koreksi signifikan sebesar 7,72% ke level 157,88 di sepanjang pekan lalu. Kondisi tersebut menjadikan indeks BISNIS-27 secara teknis berada dalam kondisi jenuh jual atau oversold dengan indeks RSI (Relative Strenght Index) di level 56.

Ekspektasi pemangkasan lanjutan BI rate dari level saat ini 7,25% memberikan sentimen penggerak indeks untuk rebound pada perdagangan kemarin. Indeks BISNIS-27 ditutup naik 2,58% ke level 161,96. Faktor valuasi saham yang masih tergolong murah dibandingkan dengan periode akhir semester I tahun lalu menjadi stimulus investor untuk kembali ke bursa saham.

Saham-saham penggerak indeks BISNIS-27 kemarin di antaranya Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dengan gain sebesar 6,25% diikuti oleh saham Perusahaan Gas Negara (PGAS) dengan gain sebesar 7,14%, Bank Danamon (BDMN) dengan gain sebesar 11,28%, dan Telekomunikasi Indonesia (TLKM) dengan gain sebesar 2,13%.

Sedangkan saham-saham yang membukukan gain tertinggi di antaranya adalah saham Indocement Tunggal Prakasa (INTP) sebesar 11,82%, kemudian saham BDMN sebesar 11,28%, saham PGAS sebesar 7,14%, dan saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) sebesar 6,25%. Nilai rupiah menguat terhadap dolar AS sebesar 0,76% ke level Rp10.333/US$.

Pergerakan rebound indeks regional Asia Pasifik turut mempengaruhi arah indeks BISNIS-27 kemarin. Indeks STI Singapura naik 1,74% dan indeks Hang Seng naik Hang Seng naik 1,38%.

Senin, Mei 18, 2009

Ulasan Pasar sepekan edisi 18 Mei 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pekan kemarin merupakan pekan konsolidasi yang cukup baik bagi pergerakan indeks BISNIS-27 sejak diluncurkan akhir Januari lalu. Koreksi sebesar -7,72% menjadi momentum indeks untuk dapat melanjutkan tren bullish hingga akhir semester I tahun ini. Sejak 8 April lalu atau dalam satu bulan terakhir indeks berhasil mencetak gain sebesar 26,67% dengan penopang utama adalah deflasi April dan penurunan BI rate ke level 7,25%. Secara teknis indeks BISNIS-27 juga telah berada di areal jenuh beli (overbought) pada penutupan 8 Mei sepekan sebelumnya, ketika indeks RSI (relative Strenght Index) untuk BISNIS-27 berada di level 77,60.

Di awal pekan, koreksi indeks sebesar -2,75% digerakkan oleh saham Astra Internasional Indonesia (ASII) karena kondisi ASII yang telah overbought dan saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM) yang mendapat sentimen negatif dari kinerja 2008 yang membukukan pertumbuhan negatif laba bersih sebesar -17,4% atau menjadi sebesar Rp10,6 triliun dari posisi 2007 yang sebesar Rp12,9 triliun. Indeks RSI saham ASII telah mencapai level 82,53 atau tertinggi dalam tahun ini.

Pada perdagangan Selasa, koreksi indeks masih berlanjut sebesar -0,14% karena faktor penguatan harga minyak dunia yang menyentuh US$59 per barel atau hampir menembus US$60 per barel memberikan tekanan pada saham-saham yang sensitif dengan inflasi dan daya beli seperti Astra Internasional dan saham-saham perbankan. Selain itu, subsidi APBN untuk BBM dikhawatirkan akan meningkat yang berujung naiknya permintaan terhadap dolar AS dan menghentikan sentimen penguatan rupiah.

Di sisi lain, tren bullish harga minyak memberikan sentimen positif bagi saham-saham pertambangan dan komoditas dalam portofolio BISNIS-27. Saham Medco Energy International (MEDC) naik 0,88%, saham Perusahaan Gas Negara (PGAS) naik 1,9%, saham Aneka Tambang (ANTM) naik 1,05%, dan saham Timah (TINS) naik 1,04%.

Namun, saham-saham pertambangan dan komoditas yang bergerak naik pada Selasa tersebut langsung mengalami profit taking jangka pendek dan menjadi penekan Indeks BISNIS-27 pada Rabu yang ditutup turun tipis sebesar –0,17% ke level 165,85.

Koreksi indeks yang cukup signifikan terjadi pada perdagangan Kamis yang dipengaruhi data penjualan ritel AS sepanjang April kemarin yang ternyata turun hingga ke level 0,4%. Lemahnya penjualan ritel selama sebulan terakhir tersebut menimbulkan pesimisme di kalangan pelaku pasar terhadap perbaikan daya beli masyarakat AS, indeks BISNIS-27 ditutup melemah –4,01% di level 159,2 dengan sebanyak 24 saham portofolio BISNIS-27 terkoreksi dan tiga saham lainnya tidak berubah harga yaitu saham Bank Central Asia (BBCA), Bank Niaga (BNGA), dan Lippo Karawaci (LPKR).

Aliran dolar AS yang membanjiri bursa Asia Pasifik dalam dua pekan terakhir bergerak berbalik arah keluar dari bursa (capital outflow) terimbas kekhawatiran melemahnya kinerja produsen ritel Asia Pasifik. Nilai rupiah terdepresiasi tipis sebesar 0,36% dalam sepekan ke level Rp10.413/US$

Di akhir pekan, indeks BISNIS-27 masih melanjutkan koreksi sebesar -0,83%. Koreksi Kamis dan Jumat sekaligus menjadikan Indeks RSI (Relative Strenght Index) BISNIS-27 bergerak menjauhi areal jenuh beli (overbought) dan sebaliknya mendekati areal jenuh jual (oversold) di level 56. Dengan kondisi tersebut, Indeks diperkirakan akan bergerak rebound pada awal pekan depan atau Senin ini dengan mempertimbangkan valuasi saham yang masih tergolong murah dibandingkan dengan periode akhir semester I tahun lalu serta peluang BI rate yang masih terbuka lebar untuk diturunkan lagi dari level saat ini yaitu 7,25%.

Jumat, Mei 15, 2009

Pernak


Pernik

Things of the desk


Pernak pernik meja kerja: gelas,jam,usb hub,tempat pensil

Less sugar


Nu Green Tea

Nu Green Tea


Less sugar, fresh morning hehe..

Kamis, Mei 14, 2009

My nokia 6280


Hp lawas tp masih oke loh...

My little mouse hehe..


So funny... :-P

Smart investing


Be smart in investing yawww..

Sepia


Watch in sepia

Ulasan Pasar edisi 14 Mei 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27
Di hari ketiga pekan ini, indeks BISNIS-27 ditutup turun tipis sebesar –0,17% ke level 165,85. Beberapa aksi profit taking saham-saham pertambangan dan komoditas menahan laju penguatan indeks pada perdagangan kemarin.

Saham International Nickel Indonesia (INCO) turun –3,27%, saham Aneka Tambang (ANTM) turun –2,93%, dan saham Timah (TINS) turun –0,51%.

Kekhawatiran pelaku pasar terhadap gejolak inflasi dan kenaikan harga BBM seiring harga minyak dunia yang berada dalam tren bullish kemarin serta sempat menyentuh level US$60 per barel, dapat diredam setelah pemerintah mengatakan target inflasi 2009 bisa berada di level 5% atau lebih rendah dari asumsi APBN 2009 yang di level 6%. Level BI rate pun memiliki potensi besar untuk diturunkan lagi dari level saat ini yang sebesar 7,25%.

Ekspektasi tersebut mendongkrak harga saham perbankan pada portofolio BISNIS-27 kemarin. Saham Bank Negara Indonesia (BBNI) naik 3,42%, saham Bank Pan Indonesia (PNBN) naik 3,39%, saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) naik 2,56%, saham Bank Mandiri (BMRI) naik 1,87%, dan saham Bank Central Asia (BBCA) naik 0,78%.

Rupiah berada di level Rp10.348/US$ dan harga minyak dunia di level US$59,55 per barel. Secara teknis, indeks berada di zona overbought dengan indeks RSI (Relative Strength Index) di level 67, namun faktor valuasi saham yang lebih murah dibandingkan semester I tahun lalu menjadikan indeks berada dalam tren bullish. Faktor koreksi utama yang perlu diwaspadai pelaku pasar adalah kondisi politik menjelang pilpres serta keamanan dalam negeri di awal semester II tahun ini.

Indeks berpeluang melanjutkan kenaikan pada pekan terakhir Mei menjelang pengumuman inflasi Mei yang diperkirakan masih berada dalam level yang tidak mengkhawatirkan, serta kemungkinan penurunan BI rate dari level saat ini 7,25%. Kedua faktor tersebut akan menjadi sentimen positif jangka pendek di akhir semester I-2009.


Rabu, Mei 13, 2009

Ulasan Pasar edisi 13 Mei 2009

Indeks BISNIS-27
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pergerakan indeks BISNIS-27 masih melanjutkan koreksi akibat faktor jenuh beli (overbought). Indeks ditutup di level 166,14 terkoreksi tipis sebesar –0,14%.

Faktor penguatan harga minyak dunia turut memberikan tekanan pada saham-saham yang sensitif dengan inflasi dan daya beli seperti Astra Internasional dan saham-saham perbankan. Tren penguatan harga minyak dunia yang hingga perdagangan kemarin mencapai level US$59 per barel sekaligus berpotensi mendongkrak harga jual komoditas di pasaran internasional yang berpotensi meningkatkan harga jual di dalam negeri. Selain itu, subsidi APBN untuk BBM akan meningkat yang berujung naiknya permintaan terhadap dolar AS dan menghentikan sentimen penguatan rupiah.

Saham ASII tertekan –2,28%, Bank Mandiri (BMRI) sebesar –1,83%, Bank Pan Indonesia (PNBN) –1,69%, Bank Internasional Indonesia (BNII) sebesar –1,18%, Bank BRI (BBRI) sebesar –0,85%, dan Bank Danamon (BDMN) sebesar –0,69%.

Sementara itu, ditolaknya perpanjangan izin tambang PT Semen Gresik Tbk (SMGR) di Tuban menjadi sentimen negatif saham SMGR pada perdagangan kemarin dengan koreksi sebesar –3,8% ditutup di level Rp4.425 per saham.

Di sisi lain, tren bullish harga minyak dunia yang mencapai level US$59 per barel kemarin dan berupaya menembus level US$60 per barel memberikan sentimen positif bagi saham-saham pertambangan dan komoditas pada portofolio BISNIS-27. Saham Medco Energy International (MEDC) naik 0,88%, saham Perusahaan Gas Negara (PGAS) naik 1,9%, saham Aneka Tambang (ANTM) naik 1,05%, dan saham Timah (TINS) naik 1,04%.

Selasa, Mei 12, 2009

beberapa buku terbitan Bisnis Indonesia

JSX WATCH 2008-2009
JSX WATCH 2007-2008
JSX WATCH 2006-2007
Indonesia Banking Directory 2007-2008
7 n 1, Toward Global Comptitiveness
and coming soon..... JSX WATCH 2009-2010


Ulasan Pasar edisi 12 Mei 2009

Indeks BISNIS-27

Indeks BISNIS-27 ditutup terkoreksi –2,75% di level 166,37 mengikuti pergerakan koreksi indeks regional Asia Pasifik seperti indeks STI Singapura yang sebesar –3,22% dan indeks Hang Seng yang sebesar –1,74%. Koreksi indeks mengakhiri tren bullish dua pekan terakhir yang didorong oleh capital inflow dana asing. Deflasi April sebesar 0,31%, penurunan BI rate ke level terendah dalam empat tahun terakhir di level 7,25%, dan kinerja positif emiten kuartal I-2009 sangat berperan menurunkan risiko investasi saham dan memicu arus dana asing masuk ke Indonesia. Kondisi tersebut semakin diperkuat oleh apresiasi rupiah terhadap dolar AS yang mencapai posisi tertinggi dalam 6 bulan terakhir di level Rp10.365/US$.

Aksi profit taking dipengaruhi faktor teknis seiring indikator teknikal yang menunjukkan posisi overbought. Indeks RSI (Relative Strenght Index) mencapai posisi 77,60 pada penutupan akhir pekan kemarin. Saham-saham yang menjadi penekan utama indeks BISNIS-27 di antaranya saham Astra Internasional (ASII) dan Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Saham ASII turun –8,35% setelah pada akhir pekan kemarin menyentuh level indeks RSI tertinggi dalam tahun ini yaitu 82,53.

Saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM) turun sebesar –2,63% ditekan sentimen negatif kinerja 2008 yang membukukan pertumbuhan negatif laba bersih sebesar -17,4% atau menjadi sebesar Rp10,6 triliun dari posisi 2007 yang sebesar Rp12,9 triliun.
Di sisi lain, saham-saham emiten batu bara terus melanjutkan kenaikan mengikuti harga minyak dunia yang bergerak rally ke level US$58,63 per barel tertinggi sejak Desember 2008. Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) naik 1,92%, saham Indo Tambangraya Megah (ITMG) sebesar 0,8%, dan saham Adaro Energy (ADRO) yang berhasil ditahan di posisi Rp1.180 per saham tidak berubah dari posisi penutupan akhir pekan lalu.

Pergerakan harga minyak dunia menjadi indikator meningkatnya aktivitas perekonomian global yang berbanding lurus dengan permintaan bahan bakar minyak untuk industri serta bahan bakar alternatif seperti batu bara. Membaiknya perekonomian global didukung oleh angka pengangguran di AS pada April sebesar 539.000 atau terendah sejak Oktober 2008. Selain itu, hasil stress test 19 bank di AS menghasilkan hanya 10 bank yang perlu tambahan modal sebesar US$74,6 miliar dan tidak ada bank yang harus ditutup.

Koreksi kemarin merupakan masa konsolidasi yang cukup wajar untuk melanjutkan tren bullish Indeks BISNIS-27 hingga akhir semester I tahun ini. Valuasi saham-saham portofolio BISNIS-27 masih tergolong murah dibandingkan periode Semester I-2008.

Saham Bank Danamon bergerak naik ditopang sentimen positif internal perusahaan setelah tersiar rencana akan mengakuisisi 20% saham anak perusahaannya yaitu Adira Dinamika Multi Finance (ADMF). Secara fundamental, ADMF mencatat kinerja yang cukup baik pada 2008 terlihat dari pertumbuhan laba bersih yang terbesar sejak 2005 yaitu sebesar 82,28%. Rasio tingkat pengembalian asset atau return on asset (ROA) pada 2008 sebesar 28,4% tertinggi sejak 2006 yang sebesar 15,96%. Rasio kredit bermasalah turun dari 1% pada 2007 menjadi 0,9% pada 2008 yang berperan meningkatkan laba bersih sebesar 82,28% pada 2008.

Senin, Mei 11, 2009

Ulasan Pasar Sepekan edisi 11 Mei 2009

Indeks BISNIS-27

Selama sepekan indeks BISNIS-27 bergerak naik 6,52% mengkonfirmasi tren bullish pekan sebelumnya yang didorong oleh capital inflow dana asing. Deflasi April sebesar 0,31%, penurunan BI rate ke level terendah dalam empat tahun terakhir ke level 7,25%, dan kinerja positif emiten kuartal I-2009 berperan menurunkan risiko investasi yang memicu arus dana asing masuk ke Indonesia.

Hal ini diindikasikan dengan tren penguatan rupiah yang sampai pekan lalu berhasil menyentuh level Rp10.365/US$ atau tertinggi sejak Oktober 2008. Indeks BISNIS-27 pada akhir pekan lalu ditutup di level 171,08. Tren penguatan rupiah yang berada di level tertinggi sejak Oktober 2008 memperkuat ekspektasi pasar terhadap peningkatan daya beli masyarakat

Indeks tercatat sekali terkoreksi sebesar -1,29% ke level 164,18 pada penutupan Selasa akibat faktor jenuh beli karena secara teknis indeks BISNIS-27 berada di areal overbought dengan indikator RSI (Relative Strenght Index) berada di level 77 pada penutupan Senin. Selain itu, investor tampak mengambil posisi sell on news setelah dalam lima hari sebelumnya bergerak naik oleh rumor penurunan BI rate.

Investor berupaya menambah portofolio mereka karena valuasi saham masih tergolong murah dibandingkan dengan posisi sebelum krisis pada akhir semester I-2008. Sebagai contoh adalah pergerakan saham Astra Agro Lestari yang sekaligus menjadi penggerak utama Indeks BISNIS-27 pada perdagangan Kamis. Saham Astra Agro Lestari (AALI) masih tergolong murah dengan price to earning ratio (PER) sebesar 10,95 kali dengan posisi Rabu di level Rp18.300 per saham, dibandingkan masa menjelang krisis akhir semester I-2008 yang sebesar 23,5 kali dengan harga saham saat itu Rp29.550 per saham. Kondisi tersebut memicu kenaikan saham AALI sebesar 6,56% atau Rp1.200 ke level Rp19.500 per saham pada Kamis.

Investor memiliki persepsi yang positif terhadap perkembangan perkonomian global saat ini yang diperkirakan mendekati titik akhir krisis likuiditas. Kondisi tersebut didukung oleh pergerakan harga minyak dunia di bursa New York yang berada dalam tren bullish dan menyentuh level tertinggi sejak awal tahun ini di level US$57,86 per barel. Pergerakan harga minyak menjadi indikator peningkatan aktivitas perekonomian yang berbanding lurus dengan permintaan bahan bakar minyak untuk keperluan industri. Optmisme tersebut didukung oleh data Departemen Tenaga Kerja AS yang mengumumkan angka pengangguran pada April sebesar 539.000 atau terendah sejak Oktober 2008. Selain itu, hasil stress test 19 bank di AS menunjukkan hanya 10 bank yang perlu tambahan modal sebesar US$74,6 miliar dan tidak ada bank yang harus ditutup atau dilikuidasi.

Jumat, Mei 08, 2009

Ulasan Pasar edisi 8 Mei 2009

Indeks BISNIS-27

Indeks BISNIS-27 kembali menguat ditopang saham CPO dan perbankan pada perdagangan Kamis kemarin. Ancaman profit taking nampaknya belum menjadi kekhawatiran investor. Indeks BISNIS-27 ditutup naik 1,29% di level 167,68.

Faktor valuasi saham yang masih tergolong murah dibandingkan dengan masa sebelum krisis tahun lalu ditambah dengan persepsi investor terhadap membaiknya perekonomian global menjadi penopang aksi beli hingga perdagangan kemarin.

Saham komoditas CPO dan perbankan menjadi pendongkrak indeks. Saham Astra Agro Lestari (AALI) masih tergolong murah dengan price to earning ratio (PER) sebesar 10,95 kali, dibandingkan dengan masa menjelang krisis akhir semester I-2008 yang sebesar 23,5 kali dengan harga saham saat itu Rp29.550 per saham. Kondisi tersebut memicu kenaikan saham AALI sebesar 6,56% atau Rp1.200 ke level Rp19.500 per saham pada perdagangan Kamis kemarin.

Investor berpersepsi positif terhadap perkembangan perkonomian global saat ini yang diperkirakan menuju titik akhir krisis likuiditas. Kondisi tersebut didukung oleh pergerakan harga minyak dunia di bursa New York yang berada dalam tren bullish dan menyentuh level tertinggi sejak awal tahun ini di level US$57,86 per barel. Pergerakan harga minyak menjadi indikator peningkatan aktivitas perekonomian yang berbanding lurus dengan permintaan bahan bakar minyak untuk keperluan industri. Harga CPO merespon tren bullish harga minyak tersebut dengan mencapai level tertinggi sejak Agustus 2008 yaitu 2.680 Ringgit per ton.

Dari dalam negeri, tren penurunan suku bunga acuan kredit atau BI rate sejak awal tahun ini sebesar 200 bps ke level 7,25% berperan menurunkan risiko investasi, tren tersebut memicu arus dana asing masuk ke Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan tren penguatan rupiah yang sampai perdagangan kemarin berhasil menyentuh level Rp10.365/US$ atau tertinggi sejak Oktober 2008 lalu.

Penguatan rupiah terhadap dolar AS beperan positif bagi penurunan risiko kredit macet perbankan yang berdenominasi dolar AS. Apresiasi rupiah juga sangat menunjang perbaikan daya beli masyarakat yang bila dikombinasikan dengan penurunan suku bunga kredit akan menciptakan perbaikan daya beli masyarakat dan peningkatan konsumsi. Saham Bank Danamon (BDMN) mencetak gain sebesar 5,93%, saham Bank Mandiri (BMRI) sebesar 2,73%, dan Bank BRI (BBRI) sebesar 2,59%.

Aksi profit taking jangka pendek berpotensi mewarnai pergerakan indeks BISNIS-27 akhir pekan ini dengan tujuan konsolidasi untuk melanjutkan tren bullish. Indeks regional Asia Pasifik masih bergerak positif hingga Kamis kemarin dengan sentimen positif indeks DJIA yang naik sebesar 1,21% usai pengumuman stress test perbankan AS dengan hasil yang tidak terlalu mengecewakan pasar. Penambahan modal bagi Bank of America dinilai wajar akibat krisis likuiditas semester II-2008. Indeks Hang Seng tercatat naik 2,28%, Nikkei-225 naik 4,55%, dan STI Singapura naik 2,87%.

Selasa, Mei 05, 2009

Pemilu 2009


Yup... Bener bgt!

Senin, Mei 04, 2009

Ulasan Pasar Sepekan edisi 4 Mei 2009

Indeks BISNIS-27

Selama sepekan terakhir indeks BISNIS-27 mencatat kenaikan sebesar 10,54% ditopang oleh deflasi April yang diharapkan akan mendorong penurunan lebih lanjut level BI rate dari saat ini 7,5%. Indeks BISNIS-27 pada akhir pekan kemarin ditutup di level 160,61.

Penguatan indeks juga ditopang oleh kinerja emiten kuartal I-2009 yang rata-rata membukukan pertumbuhan laba bersih positif di tengah kesulitan likuiditas global. Mayoritas emiten BISNIS-27 yang telah mengeluarkan laporan keuangan kuartal I-2009 menunjukkan pertumbuhan laba bersih yang positif, diantaranya Bank BNI (BBNI) membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 315%, Semen Gresik (SMGR) membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 31,32%, PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) membukukan laba bersih sebesar 221,43%, dan bahkan PT Adaro Energy (ADRO) membukukan pertumbuhan laba bersih yang sangat signifikan pada kuartal I-2009 sebesar 9179,21% menjadi Rp1,145 triliun, dari periode yang sama tahun lalu yang membukukan rugi bersih Rp12,478 miliar.

Kinerja emiten yang positif memicu aliran dana asing masuk ke Bursa Efek Indonesia. Selama sepekan kemarin, pembelian bersih sebesar Rp1,29 triliun berhasil dibukukan investor asing di Bursa Efek Indonesia berbanding terbalik dari posisi sepekan sebelumnya yang membukukan penjualan bersih sebesar Rp795,2 miliar. Bahkan pada Kamis, pembelian bersih investor asing melonjak tajam hampir 400% menjadi sebesar Rp673 miliar dari posisi pembelian bersih sehari sebelumnya yang sebesar Rp134,7 miliar.

Selama sepekan rupiah berhasil menguat sebesar 1,6% ke level Rp10.640/US$. Rupiah yang menguat terhadap dolar AS diharapkan akan membantu meningkatkan daya beli masyarakat dengan turunnya harga jual produk impor.

Deflasi April sebesar -0,31% diharapkan akan mendorong Bank Indonesia untuk menurunkan lagi BI rate dari level saat ini 7,5%, sehingga permintaan kredit masyarakat dapat meningkat dan mendorong konsumsi dalam negeri.

Kondisi keamanan dalam negeri saat ini yang tetap kondusif usai Pemilu legislatif dan menjelang Pilpres, menjadi tambahan sentimen positif bagi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.

Jumat, Mei 01, 2009

Farewell Pak Kerong


Semoga selalu sukses...