Selasa, Juni 02, 2009

Ulasan Pasar edisi 2 Juni 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Perdagangan awal pekan ini menjadi momentum pergerakan yang sangat spektakuler bagi indeks BISNIS-27. Indeks berhasil ditutup menembus level psikologis 180 tepatnya 182,22 setelah bergerak fluktuatif usai perdagangan sesi pertama kemarin. Pada penutupan sesi pertama indeks telah berhasil naik 3,39% ke level 178,97. Terhitung sejak diluncurkan pertama kali 27 Januari lalu, indeks BISNIS-27 telah membukukan gain sebesar 49,47%.

Pergerakan indeks tidak terlepas dari rally saham-saham pertambangan seperti saham International Nickel Indonesia (INCO), PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA), da Indo Tambangraya Megah (ITMG).

Tercatat saham INCO membukukan gain tertinggi pada portofolio BISNIS-27 kemarin yaitu sebesar 20,14%, diikuti oleh saham Aneka Tambang (ANTM) sebesar 19,95%, PTBA sebesar 14,67%, Timah (TINS) sebesar 14,21%, Medco Energy (MEDC) sebesar 13,64%, dan ITMG sebesar 12,82%.

Sentimen pergerakan harga minyak menjadi motor penggerak utama saham-saham pertambangan, setelah harga minyak dunia di bursa New York menyentuh level US$66 per barel menuju level US$70 per barel. Pergerakan harga minyak tidak terlepas dari depresiasi dolar AS terhadap sejumlah mata uang regional Asia pasifik seperti won Korea sebesar 1,16%, yen Jepang sebesar 0,78%, dolar Singapura 0,51%, peso Filipina sebesar 0,32%, dolar Hong Kong sebesar 0,01%, dan rupiah sebesar 1,26%.

Depresiasi dolar AS tersebut merupakan lanjutan depresiasi akhir pekan lalu sebagai akibat investor global yang mulai meninggalkan dolar AS sebagai mata uang utama untuk hedging serta imbas membaiknya persepsi investor terhadap perkembangan ekonomi global. Membaiknya produksi industri di Jepang dan meningkatnya penjualan ritel di Jerman menjadi stimulus membaiknya persepsi investor terhadap perkembangan ekonomi global. India bahkan berhasil mencatat pertumbuhan ekonomi yang positif sebesar 5,8% di kuartal I-2009.

Dari dalam negeri, apresiasi rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi oleh pergerakan laju inflasi hingga Mei yang tercatat semakin melambat. Laju inflasi tahunan hingga Mei 2009 tercatat sebesar 6,04% dibandingkan dengan April sebelumnya yang sebesar 7,31%. Melambatnya laju inflasi ini semakin menurunkan risiko investasi di bursa saham Indonesia. Penurunan tersebut akan semakin signifikan bila BI rate kembali diturunkan dari level saat ini 7,25%. Turunnya risiko investasi tersebut sekaligus menjadikan valuasi saham semakin murah bila dibandingkan dengan periode akhir semester I-2008 lalu ketika harga BBM meningkat 24,7% dan krisis likuiditas mulai menghantam bursa global termasuk Bursa efek Indonesia.

Selain saham-saham petambangan, beberapa saham perbankan turut menopang kenaikan indeks BISNIS-27 di antaranya saham Bank Mandiri (BMRI) naik sebesar 10,08%, Bank Danamon (BDMN) naik sebesar 6,67%, dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) naik sebesar 2,4%.

Tidak ada komentar: