Senin, Juni 08, 2009

Ulasan Pasar Sepekan edisi 8 Juni 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Selama sepekan pertama Juni, indeks BISNIS-27 berhasil membukukan gain 10,41% ditutup di level tertinggi baru sejak diluncurkan yaitu 191,12. Beberapa faktor utama pendongkrak indeks di antaranya tren bullish harga minyak dunia dan penguatan rupiah terhadap dolar AS.

Stimulus yang diluncurkan Pemerintah AS untuk menangani krisis likuiditas membuka peluang terjadinya inflasi di AS yang akan memperlemah nilai dolar AS terhadap beberapa mata uang kuat dunia. Ekspektasi melemahnya dolar AS tersebut meningkatkan harga komoditas energi utama dunia yaitu minyak yang berdenominasi dolar AS, sekaligus sebagai wadah lindung nilai oleh hedge fund.

Naiknya harga minyak dunia sebesar 4,56% selama sepekan terakhir ke level US$69 per barel menjadi sentimen positif untuk saham-saham berbasis komoditas energi dalam portofolio BISNIS-27. Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) naik 18,22%, saham Medco Energy International (MEDC) naik 6,06%. Saham tambang lainnya seperti International Nickel Indonesia (INCO) naik 23,61%, TImah (TINS) 21,83%, dan emiten kelapa sawit London Sumatera (LSIP) naik 20% dalam sepekan.

Imbal hasil portofolio di Indonesia masih tergolong tinggi dalam satu regional. Selisih imbal hasil antara surat utang Negara (SUN) dengan US Treasury per akhir Mei 2009 mencapai 6,95% atau tertinggi di Asia. Penguatan rupiah terhadap dolar AS pun berlanjut hingga menyentuh level tertinggi sejak 23 Oktober 2008 atau tujuh bulan terakhir ke level Rp9.930 per US$, atau naik 3,5% dalam sepekan terakhir.

Dalam pekan kemarin, Bank Indonesia juga kembali menurunkan suku bunga acuan BI rate sebesar 25 bps ke level 7% menyesuaikan laju inflasi tahunan yang melambat menjadi 6,04% pada Mei 2009 dari 7,31% pada April sebelumnya.

Kombinasi antara apresiasi rupiah, pelambatan inflasi, serta penurunan BI rate menjadikan risiko investasi di Bursa Efek Indonesia semakin rendah. Valuasi saham pun masih berada dalam zona undervalue relatif terhadap kondisi harga di periode Mei-Juni 2008 lalu ketika inflasi masih cukup tinggi yaitu 10,38% (yoy) dan BI rate di level 8,25%.

Saham bank memimpin bullish indeks dalam sepekan terakhir dengan kombinasi faktor-faktor tersebut, tercatat saham Bank Danamon (BDMN) membukukan gain tertinggi yaitu 26,67%. Saham Bank Mandiri (BMRI) membukukan gain sebesar 20,17%, dan saham Bank Negara Indonesia naik 14,65%.

Tidak ada komentar: