Selasa, Maret 03, 2009

Ulasan Pasar edisi 3 Maret 2009

Indeks Bisnis-27

Di awal bulan Maret ini pergerakan indeks Bisnis-27 kembali mengalami tekanan jual oleh data inflasi bulan Februari yang mengakhiri deflasi dua bulan berturut-turut yaitu Desember 2008 dan Januari 2009. Pergerakan indeks DJIA dan regional Asia Pasifik juga menambah tekanan aksi jual serta realisasi profit taking saham-saham indeks Bisnis-27 dengan tujuan mengamankan likuiditas. Inflasi Februari 2009 sebesar 0,21%, deflasi Desember 2008 sebesar 0,04%, dan deflasi Januari 2009 sebesar 0,07%.

Indeks Bisnis-27 kemarin ditutup di level 110,65 lebih rendah 3,08 poin (-2,71%) dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu.

Indeks DJIA bergerak melemah sebesar 119,15 poin (-1,66%) ke level 7.062,93 tertekan oleh rencana Presiden AS Barack Obama yang akan menaikkan komposisi saham pemerintah di Citigroup menjadi 39% yang mengindikasikan krisis sektor keuangan AS sangat serius. Pesimisme dari perkembangan krisis keuangan AS tersebut menjalar ke indeks regional Asia Pasifik yang bergerak mengikuti indeks DJIA. Indeks Hang Seng melemah 494,11 poin (-3,86%), Nikkei-225 turun 288,27 poin (-3,81%), indeks Taiex Taiwan turun 131,32 poin (-2,88%), dan indeks STI Singapura turun 61,47 poin (-3,85%).

Investor cenderung mengamankan likuiditas mereka untuk mengantisipasi kerugian lebih lanjut akibat koreksi pasar yang kemarin mengkonfirmasi tren bearish. Data inflasi Februari menjadi penguat posisi wait and see yang telah mereka ambil sejak pertengahan pekan lalu ketika indeks Bisnis-27 mulai bergerak melemah dari posisi 115,66 pada Rabu ke level 114,43 pada Kamis, dan berlanjut hingga akhir pekan yang ditutup di level 113,73. Di samping itu, data inflasi Februari akan menghambat penurunan lanjutan BI rate yang tentunya akan menghambat penurunan suku bunga kredit konsumsi dari perbankan. Lebih lanjut, upaya untuk mendongkrak pendapatan bunga bersih perbankan, serta penjualan di sektor otomotif. Saham Astra Internasional (ASII) turun Rp450 (-3,98%) ke level Rp10.850 dan saham perbankan seperti Bank BNI (BBNI) turun 7,14% ke level Rp650.

Laporan keuangan Aneka Tambang yang melaporkan penyusutan laba bersih tahun 2008 sebesar 74% menjadi Rp1,31 triliun dari sebesar Rp5,13 triliun tahun 2007 memberikan sentimen negatif bagi bursa karena penyusutan laba bersih Aneka Tambang tersebut juga merupakan imbas dari kerugian transaksi derivatif yang dipengaruhi depresiasi rupiah terhadap dolar AS.

Investor mencermati pergerakan rupiah yang cenderung bergerak melemah terhadap dolar AS sejak pertengahan Februari dengan kecepatan tajam terutama pada 17 Februari ketika rupiah melemah 240 atau 2,03% poin ke level Rp12.040/US$ dari level Rp11.800/US$. Pada perdagangan awal pekan ini, rupiah diperdagangkan di level Rp12.010/US$ atau melanjutkan pelemahan sejak Kamis pekan lalu dari level Rp11.935/US$.Saham ANTM terkoreksi sebesar 3,33% pada perdagangan kemarin ditutup di level Rp1.160.


Ulasan IHSG

Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada awal pekan ini bergerak melemah sebesar 29,38 poin (-2,28%) ke level 1.256,11 tertekan oleh pergerakan indeks DJIA dan regional serta pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

Seluruh sektor ditutup melemah dengan sektor pertambangan mencatat pelemahan tertinggi sebesar -4,72% diikuti oleh sektor aneka industri sebesar -2,97%, keuangan sebesar -2,3%, perdagangan dan jasa sebesar -2%, infrastruktur sebesar -1,97%, manufaktur sebesar -1,86%, industri dasar dan kimia sebesar -1,74%, barang konsumsi sebesar -1,28%, agrikultur sebesar -1,24%, dan properti sebesar -0,33%.

Tidak ada komentar: