Rabu, September 03, 2008

Ulasan Pasar 2 September 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham melanjutkan koreksi sebesar 5,57 poin (-0,26%) ditutup di level 2.159,05. Saham komoditas pertambangan, menjadi penekan IHSG kemarin. Faktor koreksi lanjutan harga minyak dunia dan profit taking yang disebabkan oleh orientasi transaksi jangka pendek pelaku pasar menjadi faktor utama penekan saham pertambangan.

Koreksi harga minyak yang berlanjut menuju level $108,25 per barel dan bahkan sempat menyentuh level $105 per barel, makin melemahkan harga saham-saham komoditas batubara, mendorong pelaku pasar untuk melepas saham-saham pertambangan. Saham Bumi Resources turun Rp250 (-4,72%), PTBA turun Rp300 (-2,05%), emiten logam nikel Aneka Tambang turun Rp60 (-3,23%), INCO turun Rp100 (-2,72%) dan emiten minyak Medco Energi turun Rp150 (-3,06%). Kinerja ANTM semester I/2008 mencatat laba bersih yang melemah menjadi Rp1,46 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp2,87 triliun dan laba bersih per saham (earning per share) menjadi Rp153,61 per saham dari periode yang sama tahun lalu Rp301,24 per saham karena turunnya harga komoditas nikel yang menyebabkan menurunnya penjualan sebesar 7,37% menjadi Rp5,57 triliun dari posisi semester I tahun lalu Rp6,01 triliun. Kemarin, harga komoditas nikel melanjutkan koreksinya dalam tiga hari terakhir ke level $19.255 per ton atau turun 8,13% dalam tiga hari.

Saham perbankan bergerak melemah di sesi I perdagangan kemarin oleh sentimen negatif inflasi Agustus yang telah diumumkan BPS awal pekan ini dengan laju inflasi sebesar 11,85% (yoy) dan inflasi bulanan mencapai 0,51%. Inflasi tahunan yang sebesar 11,85% telah melewati proyeksi Departemen Keuangan yang sebesar 11,2%. Tekanan inflasi masih berpotensi meningkat oleh pengeluaran masyarakat menghadapi perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri. Namun, menjelang penutupan sesi II kemarin harga saham perbankan kembali bergerak naik menahan kejatuhan IHSG, karena sentimen harga minyak dunia yang semakin melemah ke posisi $108 per barel dan harga saham perbankan yang telah oversold di sesi I. Saham BMRI naik Rp125 (4,46%) ke level Rp2.925, BBRI naik Rp300 (5,04%) ke level Rp6.250, BBCA naik Rp125 (3,85%) ke level Rp3.375, dan BDMN naik Rp200 (3,77%) ke level Rp5.500

Saham Astra Internasional membantu menahan IHSG di perdagangan kemarin dengan lanjutan rebound sebesar Rp200 (0,95%) ke posisi Rp21.200, faktor fundamental kenaikan laba bersih semester I/2008 sebesar 8% menjadi Rp4,7 triliun menjadi sentimen positif pelaku pasar. Laba bersih per saham dasar (earning per share) ASII naik 81% menjadi Rp1.174. Pergerakan saham ASII juga ditopang oleh kinerja Bank Permata (BNLI) yang sebanyak 44,505% sahamnya dimiliki oleh Astra Internasional. Laba bersih Bank Permata naik 41,2% menjadi Rp273 miliar. Laba bersih per saham BNLI naik menjadi Rp35,30 dari posisi Rp25,01 tahun lalu. Rasio LDR (loan to deposit ratio) naik menjadi 93,7% dari posisi tahun lalu sebesar 83,1%.

Secara teknikal, indikator MACD saham ASII bergerak menuju areal positif sejak akhir pekan kemarin sekaligus memberikan signal beli dan berhasil dikonfirmasi pada perdagangan senin dan selasa kemarin. Revisi target penjualan sepeda motor oleh Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) untuk tahun ini menjadi 5,6 juta unit dari proyeksi awal tahun sebesar 5 juta unit ikut memberikan sentimen positif bagi saham ASII. Saham ASII telah naik 6,8% dalam empat hari perdagangan terakhir.

Tidak ada komentar: