Senin, September 15, 2008

Panic Selling warnai pasar

Ulasan Pasar (8-12) September 2008
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Selama sepekan kemarin terjadi koreksi IHSG yang cukup dalam hingga menyentuh level terendahnya dalam setahun terakhir. IHSG di akhir pekan kemarin ditutup pada level 1.804,06 melemah 66,07 poin (-3,53%) dari posisi penutupan sehari sebelumnya dan melemah 218,5 poin (-12,11%) dalam sepekan terakhir.

Koreksi bursa dimulai sejak perdagangan selasa yang tertekan oleh saham-saham komoditas akibat koreksi harga di pasaran internasional dan juga tekanan dari saham perbankan. IHSG ditutup pada posisi 1.958,75 turun 79,25 poin (-3,9%). Pada perdagangan rabu, bursa dilanda panic selling akibat tekanan margin call hingga IHSG ditutup makin melemah ke level 1.885,04

Saham Bumi Resources (BUMI) melemah di hari selasa karena harga minyak dunia tidak mampu menjaga kenaikannya yang tercatat naik tipis sebesar 0,11% pada senin (8/9) ke posisi $106,34 setelah sebelumnya bearish selama enam hari perdagangan dari posisi $118,15 per barel atau turun 10%. Harga minyak kembali melemah sebesar $1,35 per barel atau turun 1,27% dan saham BUMI turun 10% ke posisi Rp3.950. Sementara itu, mengikuti harga minyak yang terkoreksi, harga komoditas nikel di bursa London ikut melemah 1,6% ke level $18.550 per ton dan ikut menekan harga saham Aneka Tambang (ANTM) dan Internasional Nickel (INCO). Saham ANTM melemah 10% ke level Rp1.350 dan saham INCO melemah 8,6% ke posisi Rp2.925.

Saham CPO Astra Agro Lestari (AALI) dan London Sumatera (LSIP) ikut terkoreksi setelah harga CPO di bursa Malaysia melemah 5% ke level $681 per ton dan sentimen negatif informasi GIMNI (Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia) mengenai cadangan minyak sawit mentah Indonesia yang mencapai 2,4 juta ton atau tertinggi sepanjang sejarah. Saham AALI tertekan 11% ke posisi Rp14.250 dan saham LSIP tertekan 9,2% ke posisi Rp4.450.

Saham Perbankan seperti BBCA dan Bank BRI mulai tertekan pada perdagangan selasa oleh krisis likuiditas perbankan akibat pertumbuhan dana pihak ketiga yang tidak mengimbangi permintaan kredit. Kondisi ini diindikasikan oleh makin tingginya penawaran bunga dana pihak ketiga melalui deposito hingga 11% - 12,5%. Pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan pada bulan Juli 2008 dibandingkan dengan Juli 2007 sebesar 11%, lebih lambat bila dibandingkan dengan Juni 2008 yang sebesar 14% (yoy). Kondisi ini akan berakibat kurang terserapnya permintaan kredit menjelang lebaran, sehingga pendapatan bunga perbankan dari pemanfaatan momentum lebaran tidak akan tercapai. Saham BBCA melemah 7,6% ke posisi Rp3.025 dan saham BBRI melemah 3,4% ke posisi Rp5.750.

Menjelang akhir pekan, selain melanjutkan panic selling, bursa kembali tertekan oleh informasi Asosiasi Semen Indonesia (ASI) yang berdampak koreksi terhadap saham semen. Saham Holcim Indonesia (SMCB) mencatat koreksi terbesar yaitu 5,75% dan saham Indocement Tunggal Perkasa (INTP) sebesar 4,84% pada hari kamis. Sedangkan saham Semen Gresik (SMGR) terkoreksi sebesar 0,71%. Berdasarkan data ASI, penjualan semen domestik dalam bulan Agustus 2008 menurun 2,8% dari level penjualan bulan Juli sebelumnya. Saham SMCB ditutup pada posisi Rp820, INTP di posisi Rp5.900, dan SMGR di posisi Rp3.500.

Saham Astra Internasional (ASII) ikut menekan IHSG oleh faktor teknis seiring indikator MACD masih menunjukkan signal jual yang ditunjukkan menguatnya indikator MACD di areal negatif. Saham ASII ditutup pada posisi Rp17.350 turun Rp1.950 (-10,10%) pada kamis. Tingginya BI rate dan kesulitan likuiditas yang dialami oleh dunia perbankan, meningkatkan suku bunga kredit konsumsi masyarakat untuk kepemilikan kendaraan dan akan menghambat penjualan kendaraan bermotor.

Pada penutupan jumat, saham ASII kembali mengkonfirmasi signal jual dari indikator MACD yang terbentuk sehari sebelumnya. Saham ASII ditutup di level Rp15.600 melemah Rp1.750 (-10,09%) dari level penutupan kamis. Pelemahan ASII juga dipicu melemahnya rupiah terhadap dolar AS yang akan meningkatkan biaya impor suku cadang, rupiah ditutup di posisi Rp9.450/US$. Rupiah melemah dipicu oleh aksi jual investr asing yang mencatat net sell sebesar Rp628 miliar pada jumat kemarin.

Selain saham Astra Internasional, saham perbankan ikut tertekan oleh perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Melemahnya rupiah tersebut akan meningkatkan biaya dana pihak ketiga yang berdenominasi dolar AS. Saham Bank BCA (BBCA) melemah 5,22% ditutup pada posisi Rp2.725, saham Bank BRI (BBRI) melemah 6,48% ditutup di posisi Rp5.050, saham Bank Mandiri (BMRI) melemah 6,67% ditutup di level Rp2 450, dan Bank Niaga (BNGA) melemah 7,23% ditutup di posisi Rp770.

Saham Bumi Resources kembali tertekan dan ditutup di level Rp3.600 atau turun 2,04% dari penutupan kamis sebelumnya yang dipengaruhi oleh harga batu bara di Newcastle Port yang kembali melemah sebesar 6,01% ke level $151,65 dari posisi akhir pekan sebelumnya (5/9) yaitu $161,35 per ton.

Tidak ada komentar: