Selasa, September 09, 2008

Pasar bearish akibat inflasi

Ulasan Pasar (1-5 September 2008)
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Selama sepekan bursa saham bergerak bearish dipengaruhi data inflasi Agustus, pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan koreksi teknis saham Astra Internasional dan Bumi Resources. IHSG ditutup pada level 2.022,56 melemah 143,38 poin (-6,61%) selama sepekan, posisi terendah sejak Agustus 2007. Investor asing membukukan total netsell sebesar Rp1,2 triliun sepanjang lima hari perdagangan seiring rupiah yang melemah terhadap dolar AS sebesar 2,3% dan netsell terbesar terjadi pada hari rabu sebesar Rp536,4 miliar. Di jumat kemarin rupiah diperdagangkan di posisi Rp9.364/US$.

Sejak senin, IHSG tertekan ke level 2.164,62 turun tipis 1,32 poin (-0,06%) oleh kenaikan laju inflasi bulanan untuk Agustus sebesar 0,51% (m-t-m) dan 11,85% (yoy), pelaku pasar mengkhawatirkan akan meningkatnya laju inflasi selama bulan September ini karena meningkatnya pengeluaran masyarakat dalam bulan puasa dan menghadapi perayaan Idul Fitri, kekhawatiran tersebut sekaligus menjadi faktor penekan saham-saham perbankan di awal pekan, saham Bank Mandiri (BMRI) melemah Rp25 (-0,88%), saham Bank Niaga (BNGA) turun Rp10 (-1,12%) dan saham Bank Danamon (BDMN) turun Rp100 (-1,85%).

Tekanan terhadap IHSG berlanjut pada perdagangan selasa oleh koreksi harga komoditas minyak dan nikel. Koreksi harga minyak yang berlanjut menuju level $108,25 per barel dan bahkan sempat menyentuh level $105 per barel, makin melemahkan harga saham-saham batubara. Saham BUMI turun Rp250 (-4,72%), PTBA turun Rp300 (-2,05%), dan emiten minyak Medco Energi turun Rp150 (-3,06%). Saham INCO turun Rp100 (-2,72%) dan ANTM melemah Rp60 (-3,23%). Koreksi ANTM juga didorong oleh kinerja ANTM semester I/2008 yang mencatat laba bersih melemah menjadi Rp1,46 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp2,87 triliun dan laba bersih per saham (earning per share) yang turun menjadi Rp153,61 per saham dari periode yang sama tahun lalu Rp301,24 per saham karena menurunnya penjualan sebesar 7,37% akibat melemahnya harga komoditas nikel. Harga nikel pada 2 September melanjutkan koreksinya sejak tiga hari perdagangan sebelumnya ke level $19.255 per ton atau melemah 8,13%.

Menjelang akhir pekan, tekanan terhadap IHSG berlanjut oleh koreksi teknikal saham ASII yang telah overbought di perdagangan rabu dengan indeks RSI mencapai level 59 tertinggi dalam sebulan terakhir dan faktor indeks regional yang melemah, pelaku bursa pun segera melakukan aksi ambil untung atas saham ASII. ASII telah mencatat gain sebesar 7,3% dalam lima hari perdagangan yang dipengaruhi oleh sentimen positif kinerja Astra Internasional dalam semester I/2008 yang mencatat kenaikan laba bersih semester I/2008 sebesar 8% menjadi Rp4,7 triliun. Laba bersih per saham dasar (earning per share) ASII naik 81% menjadi Rp1.174. Selain itu, kinerja Bank Permata (BNLI) yang sebanyak 44,505% sahamnya dimiliki oleh Astra Internasional ikut memberikan sentimen positif bagi saham ASII. Laba bersih Bank Permata naik 41,2% menjadi Rp273 miliar dan laba bersih per saham naik menjadi Rp35,30 dari posisi Rp25,01 tahun lalu. Sejak kamis hingga jumat, saham ASII telah terkoreksi 6,1% dan ditutup pada level Rp20.000.

Di penutupan akhir pekan, saham BUMI mengkonfirmasi signal bearish yang terbentuk sejak perdagangan rabu yang mengindikasikan lemahnya indikator MACD di areal positif dan perpotongan line MA jangka pendek dan menengah pada kamis dengan posisi line MA jangka pendek menuju ke bawah jangka menengah yang berarti muncul signal jual atau bearish. Harga minyak dunia yang melanjutkan pelemahan ke level $107 per barel semakin menekan BUMI hingga saham tersebut ditutup pada level Rp4.450 di akhir pekan.

Tidak ada komentar: