Jumat, September 25, 2009

Indeks BISNIS-27 @24 September 2009

Usai libur panjang menyambut Idul Fitri, indeks BISNIS-27 bergerak menguat berseberangan dengan pergerakan indeks regional Asia Pasifik. Indeks BISNIS-27 menguat ke level 222,32 naik 0,5% dari penutupan Kamis (17/9). Indeks STI Singapura melemah 0,69% dan indeks Hang Seng Hongkong melemah 2,52%.

Investor terlihat melakukan selective buying, di samping melakukan aksi ambil untung terhadap saham-saham pertambangan seperti Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), dan Indika Energy Tbk (INDY) yang telah membukukan gain di atas 5% dalam sepekan terakhir menjelang libur. Investor tetap mencermati perkembangan G-20 untuk menentukan arah investasi mereka selanjutnya, sehingga kenaikan indeks kemarin tidak terlalu signfikan dan diwarnai selective buying.
Pada penutupan kemarin, saham ANTM terkoreksi 0,97% ditutup di level Rp2.550, saham PTBA terkoreksi 1,05% ditutup di level Rp14.150, dan saham INDY terkoreksi 2,94% ditutup di level Rp2.475 per saham.

Pergerakan harga emas yang stabil saat ini di level US$1.013 per ounce dan harga minyak yang juga stabil di level US$68 hingga US$71 per barel dalam dua pekan terakhir mendorong investor untuk merealisasikan gain dari saham-saham yang berfluktuasi mengikuti pergerakan kedua komoditas lindung nilai tersebut.

Kenaikan indeks BISNIS-27 pada perdagangan kemarin ditopang oleh saham-saham dari sektor infrastruktur seperti Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan Jasa Marga Tbk (JSMR). Sentimen budaya masyarakat berupa pulang kampung saat Idul Fitri seperti saat ini menjadi momentum utama pendongkrak pendapatan Jasa Marga sebagai emiten pengelola jalan tol. Telekomunikasi Indonesia (TLKM) sebagai satu-satunya emiten telekomunikasi dalam portofolio BISNIS-27 ikut terdongkrak oleh ekspektasi meningkatnya pendapatan usaha dengan naiknya trafik komunikasi masyarakat pada perayaan Idul Fitri. Saham TLKM naik 4,17% ke level Rp8.750 dan saham JSMR naik 1,63% ke level Rp1.870 per saham.

Dari sektor pertanian, saham Bisi Internasional Tbk (BISI) bergerak naik oleh rencana pemerintah untuk memberikan subsidi Bahan Bakar Nabati (BBN) yang akan dikucurkan Oktober mendatang. Saham BISI naik 1,2% ke level Rp2.100 per saham.
Ancaman inflasi dari Amerika Serikat (AS) setelah The Fed mempertahankan kebijakan suku bunga rendah serta stimulus moneter dengan mencetak banyak uang, mendorong investor menjauhi dolar AS sebagai “safe heaven” dan mencari alternatif investasi dengan return yang lebih tinggi. Salah satu tujuannya adalah Indonesia sebagai emerging market yang telah terbukti tumbuh sangat cepat dalam momentum pemulihan ekonomi global saat ini. Nilai rupiah pun melanjutkan penguatan sebesar 0,5% ke level Rp9.660/US$. Dalam sepekan sebelum libur Idul Fitri, rupiah terapresiasi sebesar 2,58% ke level Rp9.705/US$ pada Kamis (17/9).

Tidak ada komentar: