Senin, September 07, 2009

Indeks BISNIS-27 Sepekan

Selama sepekan kemarin indeks BISNIS-27 bergerak melemah sebesar 2,83% tertekan koreksi saham-saham pertambangan oleh aksi jual investor asing. Pada Jumat (4/9), indeks BISNIS-27 ditutup di level 207,37.

Koreksi saham-saham pertambangan dipicu oleh harga minyak dunia yang anjlok ke level US$68 per barel memberikan sentimen negatif bagi ekpektasi perbaikan ekonomi global, harga minyak yang cepat melambung tinggi hingga melewati US$71 per barel beberapa waktu sebelumnya disadari oleh investor di dalam negeri lebih didorong oleh motif spekulasi.

Sementara itu, laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan kenaikan nilai ekspor batu bara sepanjang Januari hingga Juli tahun ini sebesar 22% dari US$5,57 miliar pada 2008 menjadi US$6,8 miliar lebih disebabkan karena melonjaknya harga batu bara seiring harga minyak dunia yang menguat sejak awal tahun. Kenaikan tersebut tidak sejalan dengan volume ekspornya yang justru turun 9,2% dari 121,4 juta ton menjadi 110,2 juta ton. Laporan tersebut sekaligus menggambarkan perbaikan ekonomi global yang belum terwujud secara signifikan seperti yang diindikasikan oleh tren bullish harga minyak dunia dan juga batu bara.

Beberapa sentimen negatif tersebut mengakumulasi total nilai penjualan bersih investor asing sebesar Rp711,85 miliar dalam tiga hari pertama pekan kemarin.

Indeks berhasil rebound pada Kamis sebesar 1,07% ke level 206,77 ditopang oleh saham-saham pertambangan seperti Aneka Tambang (ANTM), Internasional Nickel Indonesia (INCO), Medco Energi Internasional (MEDC), Timah (TINS), Indo Tambangraya Megah (ITMG), PT Tambang Batu bara Bukit Asam (PTBA), dan Indika Energy (INDY). Kenaikan indeks dipengaruhi oleh faktor harga yang cukup murah oleh koreksi sebelumnya yang membawa indeks BISNIS-27 ke level terendah dalam 10 hari terakhir dan juga sentimen positif dari China dengan laporan empat bank pemerintah China yang berhasil mengucurkan kredit total sebesar US$23,4 miliar pada Agustus, melebihi ekspektasi pasar.

Selain itu, komitmen pemerintah China untuk menjaga kestabilan pasar saham, disambut positif oleh investor. Sebagaimana diketahui sebelumnya, indeks Shanghai pada Agustus lalu setidaknya dua kali menjadi motor penggerak koreksi bursa regional Asia Pasifik.
Level BI rate yang dijaga Bank Indonesia tetap di level 6,5% memberikan kepastian pelaku pasar atas posisi risiko investasi mereka di bursa saham, setelah sebelumnya mereka menahan aksi beli oleh kekhawatiran kenaikan level BI rate untuk mengimbangi laju inflasi yang masih berpotensi menguat pada September ini seiring meningkatnya perputaran uang menjelang dan di saat Idul Fitri. Laju inflasi Agustus telah menguat 0,56%.

Di akhir pekan, indeks BISNIS-27 melanjutkan penguatan tipis sebesar 0,29% ke level 207,37.

Tidak ada komentar: