Selasa, September 29, 2009

Indeks BISNIS-27 @ 28 September 2009

Di awal pekan ini, indeks BISNIS-27 melanjutkan koreksi akhir pekan kemarin sebesar 2,28% ditutup di level 214,62 tertekan oleh koreksi harga minyak dunia yang mencapai 8,3% sejak sepekan terakhir. Investor akhirnya memilih untuk melepas saham-saham mereka baik di sektor komoditas pertambangan maupun di luar sektor tersebut dengan motif ambil untung maupun cut loss, setelah memilih posisi wait and see di akhir pekan kemarin dengan mencermati pergerakan harga minyak dunia.

Beberapa indeks regional Asia Pasifik seperti Hang Seng turun 2,07%, indeks STI Singapura turun 1,24%, dan indeks Nikkei-225 turun 2,5%. Indeks Nikkei-225 melemah dipengaruhi nilai tukar yen yang mengalami apresiasi terhadap dolar AS, berdampak negatif bagi pendapatan eksportir Jepang ke AS. Melemahnya indeks Nikkei-225 menambah sentimen negatif bagi investor di Asia Tenggara.

Harga minyak dunia di awal pekan ini kembali melemah ke level US$66 per barel memupus harapan investor agar harga minyak dapat mengalami rebound dan memberikan sentimen positif bagi saham-saham komoditas pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun di bursa regional Asia pasifik Pelemahan harga minyak dipicu oleh beberapa perkembangan data perekonomian di Amerika Serikat (AS) seperti data penjualan manufaktur, produk tahan lama, dan juga penjualan perumahan yang menunjukkan pelemahan untuk bulan Agustus lalu.

Perkembangan tersebut memberikan semacam shock therapy bagi investor bahwa perbaikan ekonomi di AS tidak secepat yang diperkirakan sebelumnya, dan kenaikan harga minyak dan emas sejak pertengahan September lalu tidak mencerminkan sepenuhnya perbaikan ekonomi di AS, melainkan didominasi oleh motif spekulasi yang menggelembungkan harga komoditas-komoditas tersebut.

Minimnya sentimen positif di BEI ditambah dengan pengumuman inflasi September yang akan diumumkan pada pekan ini (awal Oktober), mendorong investor untuk menepi sejenak dari bursa dan merealisasikan keuntungan. Meningkatnya belanja masyarakat dan perputaran uang di masa libur lebaran kemarin, berpotensi meningkatkan laju inflasi untuk bulan September.

Tidak ada komentar: