Rabu, September 30, 2009

Indeks BISNIS-27 @ 29 September 2009

Setelah terkoreksi 3,5% dalam dua hari sejak akhir pekan lalu, indeks BISNIS-27 berhasil rebound 2,14% pada perdagangan hari kedua pekan ini ditutup di level 219,22. Indeks bergerak menguat ditopang oleh berita positif di bursa Amerika Serikat yang berhasil mendongkrak indeks DJIA 1,28%.

Aksi korporasi emiten AS di sektor farmasi dan teknologi di antaranya saham Affiliated Computer Service Inc. melonjak 14% setelah Xerox Corp. setuju untuk membeli perusahaan tersebut dengan nilai US$6.4 miliar. Saham Abbot Laboratories naik 2.6% dengan adanya rencana untuk membeli unit farmasi Solvay SA dan mengendalikan obat kolesterol dari TriCor.
Beberapa aksi korporasi tersebut memberikan sentimen positif bagi prospek perbaikan ekonomi di AS. Harga minyak bergerak positif dengan kembali naik tipis ke level US$67 per barel, setelah dalam sepekan terakhir tertekan cukup kuat sebesar 8,33% ke level US$66 per barel.

Aksi beli investor juga ditopang sentimen positif dari bursa Tokyo, indeks Nikkei-225 akhirnya bergerak naik tipis 0,91%, mengakhiri pelemahan 5,07% dalam dua hari terakhir akibat sentimen negatif penguatan yen terhadap dolar AS. Yen berhasil terdepresiasi mendekati level 90 yen/US$, setelah beberapa hari lalu berada di level 87,1 yen/US$ atau posisi tertinggi yen terhadap dolar AS dalam 13 tahun terakhir. Posisi yen yang kuat terhadap dolar AS, membahayakan pendapatan emiten Jepang yang mayoritas adalah eksportir ke AS.

Selasa, September 29, 2009

Indeks BISNIS-27 @ 28 September 2009

Di awal pekan ini, indeks BISNIS-27 melanjutkan koreksi akhir pekan kemarin sebesar 2,28% ditutup di level 214,62 tertekan oleh koreksi harga minyak dunia yang mencapai 8,3% sejak sepekan terakhir. Investor akhirnya memilih untuk melepas saham-saham mereka baik di sektor komoditas pertambangan maupun di luar sektor tersebut dengan motif ambil untung maupun cut loss, setelah memilih posisi wait and see di akhir pekan kemarin dengan mencermati pergerakan harga minyak dunia.

Beberapa indeks regional Asia Pasifik seperti Hang Seng turun 2,07%, indeks STI Singapura turun 1,24%, dan indeks Nikkei-225 turun 2,5%. Indeks Nikkei-225 melemah dipengaruhi nilai tukar yen yang mengalami apresiasi terhadap dolar AS, berdampak negatif bagi pendapatan eksportir Jepang ke AS. Melemahnya indeks Nikkei-225 menambah sentimen negatif bagi investor di Asia Tenggara.

Harga minyak dunia di awal pekan ini kembali melemah ke level US$66 per barel memupus harapan investor agar harga minyak dapat mengalami rebound dan memberikan sentimen positif bagi saham-saham komoditas pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun di bursa regional Asia pasifik Pelemahan harga minyak dipicu oleh beberapa perkembangan data perekonomian di Amerika Serikat (AS) seperti data penjualan manufaktur, produk tahan lama, dan juga penjualan perumahan yang menunjukkan pelemahan untuk bulan Agustus lalu.

Perkembangan tersebut memberikan semacam shock therapy bagi investor bahwa perbaikan ekonomi di AS tidak secepat yang diperkirakan sebelumnya, dan kenaikan harga minyak dan emas sejak pertengahan September lalu tidak mencerminkan sepenuhnya perbaikan ekonomi di AS, melainkan didominasi oleh motif spekulasi yang menggelembungkan harga komoditas-komoditas tersebut.

Minimnya sentimen positif di BEI ditambah dengan pengumuman inflasi September yang akan diumumkan pada pekan ini (awal Oktober), mendorong investor untuk menepi sejenak dari bursa dan merealisasikan keuntungan. Meningkatnya belanja masyarakat dan perputaran uang di masa libur lebaran kemarin, berpotensi meningkatkan laju inflasi untuk bulan September.

Senin, September 28, 2009

Indeks BISNIS-27 Sepekan

Dalam dua hari perdagangan seusai libur panjang pekan kemarin, indeks BISNIS-27 bergerak melemah ke level 219,64 atau turun tipis sebesar 0,71% dari posisi penutupan Kamis (17/9) pekan sebelumnya. Volume perdagangan BISNIS-27 selama dua hari kemarin terlihat semakin melemah dari sebanyak 591 juta lembar pada Kamis (24/9) turun 42,42% menjadi sebanyak 340 juta lembar pada Jumat (25/9). Volume perdagangan pada Kamis (17/9) atau hari terakhir sebelum libur, masih sebesar 768 juta lembar.

Investor cenderung wait and see terhadap perkembangan bursa regional Asia Pasifik dan harga komoditas seperti minyak dan emas, yang bergerak melemah tertekan oleh kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yaitu The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan kebijakan suku bunga rendah mengantisipasi menguatnya laju inflasi di negara tersebut. Rencana penghentian program stimulus secara perlahan juga menjadi indikator akan menguatnya laju inflasi yang berpotensi meningkatkan suku bunga acuan The Fed. Ekspektasi tersebut berdampak pada menguatnya dolar AS dalam beberapa hari lalu terhadap sejumlah mata uang seperti yen dan euro. Rupiah pun sedikit melemah ke level Rp9.600/US$

Harga minyak dunia pun anjlok 5,88% dalam sepekan ke level US$68,24 per barel, begitu juga dengan harga emas yang turun kembali ke level di bawah level psikologis US$1.000 per ounce atau di posisi US$998 per ounce pada akhir pekan kemarin.
Investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menahan kepemilikannya terhadap saham-saham indeks BISNIS-27 terutama yang sensitif dengan harga minyak dan emas seperti saham-saham komoditas pertambangan dan berharap harga minyak dunia dan emas akan kembali naik untuk segera merealisasikan gain.

Faktor perkembangan ekonomi dalam negeri juga menjadi acuan investor. Terlihat pada perdagangan Kamis, investor masih mengkoleksi saham yang bergerak naik oleh sentimen perayaan Idul Fitri dalam beberapa hari terakhir seperti saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Saham TLKM terdongkrak oleh sentiment naiknya trafik percakapan per menit pada hari raya Idul Fitri sebesar 11,72% dibandingkan trafik normal. Pada Kamis saham TLKM melonjak 4,17%, tetapi langsung terkoreksi 1,14% pada Jumat keesokan harinya tertekan oleh profit taking investor.

Sedangkan rencana kenaikan tarif tol mulai pekan ini, mendongrak harga saham Jasa Marga (JSMR) sebesar 5,59% dalam lima hari perdagangan sejak 15 September lalu. Saham JSMR ditutup di level Rp1.890 per saham dan sempat menyentuh level Rp1.900 per saham pada perdagangan Jumat kemarin, atau tertinggi sejak diperdagangkan di BEI. Untuk periode sebulan terakhir, saham JSMR telah mencapai posisi overbought di akhir pekan kemarin dengan level indeks RSI (Relative Strength Index) melewati level 70.

Jumat, September 25, 2009

Indeks BISNIS-27 @24 September 2009

Usai libur panjang menyambut Idul Fitri, indeks BISNIS-27 bergerak menguat berseberangan dengan pergerakan indeks regional Asia Pasifik. Indeks BISNIS-27 menguat ke level 222,32 naik 0,5% dari penutupan Kamis (17/9). Indeks STI Singapura melemah 0,69% dan indeks Hang Seng Hongkong melemah 2,52%.

Investor terlihat melakukan selective buying, di samping melakukan aksi ambil untung terhadap saham-saham pertambangan seperti Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), dan Indika Energy Tbk (INDY) yang telah membukukan gain di atas 5% dalam sepekan terakhir menjelang libur. Investor tetap mencermati perkembangan G-20 untuk menentukan arah investasi mereka selanjutnya, sehingga kenaikan indeks kemarin tidak terlalu signfikan dan diwarnai selective buying.
Pada penutupan kemarin, saham ANTM terkoreksi 0,97% ditutup di level Rp2.550, saham PTBA terkoreksi 1,05% ditutup di level Rp14.150, dan saham INDY terkoreksi 2,94% ditutup di level Rp2.475 per saham.

Pergerakan harga emas yang stabil saat ini di level US$1.013 per ounce dan harga minyak yang juga stabil di level US$68 hingga US$71 per barel dalam dua pekan terakhir mendorong investor untuk merealisasikan gain dari saham-saham yang berfluktuasi mengikuti pergerakan kedua komoditas lindung nilai tersebut.

Kenaikan indeks BISNIS-27 pada perdagangan kemarin ditopang oleh saham-saham dari sektor infrastruktur seperti Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan Jasa Marga Tbk (JSMR). Sentimen budaya masyarakat berupa pulang kampung saat Idul Fitri seperti saat ini menjadi momentum utama pendongkrak pendapatan Jasa Marga sebagai emiten pengelola jalan tol. Telekomunikasi Indonesia (TLKM) sebagai satu-satunya emiten telekomunikasi dalam portofolio BISNIS-27 ikut terdongkrak oleh ekspektasi meningkatnya pendapatan usaha dengan naiknya trafik komunikasi masyarakat pada perayaan Idul Fitri. Saham TLKM naik 4,17% ke level Rp8.750 dan saham JSMR naik 1,63% ke level Rp1.870 per saham.

Dari sektor pertanian, saham Bisi Internasional Tbk (BISI) bergerak naik oleh rencana pemerintah untuk memberikan subsidi Bahan Bakar Nabati (BBN) yang akan dikucurkan Oktober mendatang. Saham BISI naik 1,2% ke level Rp2.100 per saham.
Ancaman inflasi dari Amerika Serikat (AS) setelah The Fed mempertahankan kebijakan suku bunga rendah serta stimulus moneter dengan mencetak banyak uang, mendorong investor menjauhi dolar AS sebagai “safe heaven” dan mencari alternatif investasi dengan return yang lebih tinggi. Salah satu tujuannya adalah Indonesia sebagai emerging market yang telah terbukti tumbuh sangat cepat dalam momentum pemulihan ekonomi global saat ini. Nilai rupiah pun melanjutkan penguatan sebesar 0,5% ke level Rp9.660/US$. Dalam sepekan sebelum libur Idul Fitri, rupiah terapresiasi sebesar 2,58% ke level Rp9.705/US$ pada Kamis (17/9).

Indeks BISNIS-27 sepekan

Selama sepekan menjelang libur panjang Idul Fitri kemarin, indeks BISNIS-27 bergerak menguat mencapai level tertinggi baru yaitu di level 221,21 atau naik 1,97% dari posisi penutupan sepekan sebelumnya, Jumat (11/9) yang berada di level 216,94.
Penguatan indeks BISNIS-27 didominasi oleh saham-saham pertambangan dan industri dasar khususnya semen. Di awal pekan, indeks mengalami koreksi sebesar 1,54% tertekan oleh aksi profit taking dari kenaikan pekan sebelumnya yang tumbuh 6,06%. Volume transaksi di awal pekan tercatat sebanyak 438 juta lembar yang kemudian menyusut pada hari kedua menjadi sebanyak 413 juta lembar. Namun, volume transaksi segera melonjak 85,89% dalam dua hari terakhir menjadi sebesar 768 juta lembar saham pada Kamis (17/9).
Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan kenaikan tertinggi dalam sepekan kemarin yaitu 7,92%, diikuti saham Semen Gresik Tbk (SMGR) sebesar 5,79%, saham Indika Energy Tbk (INDY) sebesar 5,15%, saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebesar 5,1% dan saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang membukukan gain sebesar 3,58%.
Faktor ekspektasi membaiknya perekonomian Amerika Serikat (AS) dan global mendorong investor untuk meninggalkan dolar AS sebagai “safe haven” yang berimbal hasil rendah, dan mencari investasi yang memberikan return lebih tinggi. Kawasan emerging market seperti Indonesia menjadi salah satu sasaran yang dibidik investor. Pembelian bersih investor asing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan kemarin tercatat sebesar Rp254 miliar atau melanjutkan tren aksi beli investor asing sejak sepekan sebelumnya. Pembelian bersih tersebut berimbas menguatnya rupiah terhadap dolar AS sebesar 2,58% sejak Selasa hingga Kamis pekan kemarin ke level Rp9.705/US$. Membaiknya peringkat utang Indonesia oleh Moody’s Investor Service menambah sentimen positif terhadap rupiah dan aksi beli investor asing di BEI.
Lebih lanjut, kenaikan indeks BISNIS-27 yang ditopang oleh saham-saham pertambangan seperti PTBA, INDY, ITMG, dan ANTM dipengaruhi melemahnya dolar AS terhadap sejumlah mata uang seperti euro dan yen, memicu investor untuk mengakumulasi kontrak minyak dan emas sebagai investasi untuk lindung nilai (hedging). Harga minyak dunia naik 5,3% dalam tiga hari sejak Selasa (15/9) ke level US$72,51 dan harga emas mencapai US$1.019 per ounce pada Kamis (17/9).
Dari emiten semen, Semen Gresik Tbk (SMGR) diketahui akan membangun kawasan pabrik Semen Padang senilai US$ 350 juta yang dimulai 2011 mendatang dengan pembiayaan 30% berasal dari ekuitas dan sisanya berdasarkan utang, baik berupa pinjaman perbankan maupun obligasi. Penjualan Semen Gresik pada Agustus lalu naik 19,6% (yoy) menjadi 1,63 juta ton. Sedangkan penjualan sejak awal tahun hingga Agustus naik 1,1% (yoy) menjadi 11,23 juta ton. Penyumbang terbesar volume penjualan Grup Semen Gresik yakni Semen Gresik sebanyak 827.468 ton (50,85%), PT Semen Padang 467.120 ton (28,71%) dan PT Semen Tonasa 332.581 ton (20,44%). Pertumbuhan penjualan Semen Tonasa paling tinggi di Grup Semen Gresik pada Agustus yaitu melonjak 102,2%. Sedangkan penjualan Semen Gresik naik 9,4% dan penjualan Semen Padang naik 6,3%.

Senin, September 14, 2009

Indeks BISNIS-27 sepekan

Selama sepekan kemarin indeks BISNIS-27 berada di zona positif dan berhasil menguat 4,61% ditutup di level 216,94 pada Jumat (11/9). Investor asing kembali masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dipicu oleh melonjaknya harga komoditas minyak dan emas. Harga emas dunia menembus level US$1.000 per ons pada pekan kemarin, begitu juga dengan harga minyak dunia yang melonjak 6,62% dalam sepekan ke level US$72,52 per barel. Saham Aneka Tambang (ANTM) melonjak 9,78% dalam satu hari perdagangan pada Selasa (8/9).

Pelemahan dolar AS terhadap sejumlah mata uang kuat dunia seperti yen dan euro berdampak naiknya harga komoditas utama dunia tersebut untuk keperluan lindung nilai (hedging). Kesepakatan G-20 untuk melanjutkan paket stimulus dan ketimpangan antara cadangan dolar AS The Federal Reserve (The Fed) dengan defisit pemerintah AS, yang berpotensi memicu inflasi, serta kebijakan The Fed yang tetap konsisten dengan kebijakan suku bunga rendah, menjadikan dolar AS semakin ditinggalkan dari posisinya sebagai “safe haven”. Investor mulai mencari pasar yang memberikan return lebih tinggi, termasuk di bursa komoditas.

Pada perdagangan Selasa (8/9), dolar AS sempat menyentuh level terendahnya dalam tahun ini terhadap euro yaitu di level 1,4535 per euro. Pada hari yang sama, dolar AS juga melemah 5,88% terhadap yen Jepang dalam sehari perdagangan ke level 92,31 yen. Di dalam negeri, dolar AS juga melemah terhadap rupiah dalam sepekan sebesar 2,04% dari level Rp10.125 per US$ pada Jumat (4/9) ke level Rp9.918 per US$ pada akhir pekan kemarin, Jumat (11/9).

Pembelian bersih investor asing melonjak tajam pada pekan kemarin dan bahkan sempat membukukan nilai pembelian bersih sebesar Rp1,16 triliun pada Kamis (10/9) atau tertinggi dalam 28 hari terakhir. Terakhir, investor asing membukukan pembelian bersih menembus Rp1 triliun yaitu pada 31 Juli lalu dengan nilai sebesar Rp1,29 triliun. Total nilai pembelian bersih investor asing sepekan kemarin yaitu Rp2,46 triliun berbanding terbalik dari sepekan sebelumnya yang membukukan total penjualan bersih senilai Rp845,4 miliar.

Sementara itu, sentimen naiknya pemintaan kredit konsumsi masyarakat menjelang Idul Fitri yang sebelumnya juga ditopang oleh penurunan biaya dana pihak ketiga khususnya deposan besar perbankan menjadi maksimal 150 bps di atas BI rate juga memberikan sentimen positif pada saham perbankan serta otomotif. Saham Bank Mandiri (BMRI) naik 9,7% dalam sepekan, saham Bank Pan Indonesia (PNBN) bahkan naik 13,51% dalam sepekan. Saham Astra Internasional (ASII) naik 7,48% dalam sepekan. Apresiasi rupiah terhadap dolar AS menambah sentimen positif turunnya harga suku cadang otomotif dan juga turunnya biaya dana yang berdenominasi dolar AS bagi industri perbankan.

Kamis, September 10, 2009

Indeks BISNIS-27 @ 10 September 2009

Indeks BISNIS-27 melanjutkan tren penguatan pada perdagangan hari ini, Kamis (10/9), dengan kenaikan harian tertinggi dalam enam hari terakhir sebesar 1,63% ditutup di level 216,95. Indeks tumbuh 6,06% dalam enam hari terakhir ditopang oleh sentimen perbaikan ekonomi global, melemahnya dolar AS terhadap sejumlah mata uang kuat dunia seperti yen dan euro, dan melonjaknya harga emas dunia yang menembus level US$1.000 per ons pada perdagangan Selasa lalu.

Dari dalam negeri, sentimen naiknya pemintaan kredit konsumsi masyarakat menjelang Idul Fitri yang sebelumnya juga ditopang oleh penurunan biaya dana pihak ketiga khususnya deposan besar perbankan menjadi maksimal 150 bps di atas BI rate, meningkatkan valuasi saham perbankan dalam indeks BISNIS-27. Beberapa saham perbankan seperti Bank Mandiri (BMRI) naik 13,12%, saham Bank Pan Indonesia (PNBN) naik 15,5%, dan saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) naik 5,5% dalam perdagangan enam hari terakhir.

Pada perdagangan Kamis ini, saham-saham utama pendongkrak indeks BISNIS-27 masih berasal dari saham perbankan, diikuti oleh saham Astra Internasional (ASII), dan saham-saham infrastruktur seperti Perusahaan Gas Negara (PGAS) dan saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM).

Saham ASII naik 3,14% ke level Rp31.200 sekaligus membuka level support baru di posisi Rp31.000 dan menciptakan tren bullish jangka pendek. Kenaikan saham ASII juga dipengaruhi rencana Departemen Perindustrian (Depperin) untuk memberikan insentif pajak sebesar 30% terhadap enam industri salah satunya adalah sepeda motor untuk meningkatkan ekspor.

Sentimen penguatan rupiah terhadap dolar AS meningkatkan aksi beli investor asing terutama pada saham perbankan dan infrastruktur dengan orientasi jangka panjang seiring dengan ekspektasi membaiknya ekonomi dunia dan kesepekatan negara G-20, termasuk Indonesia, untuk melanjutkan program stimulus. Rupiah berada dalam tren apresiasi dan telah menguat1,9% sejak awal pekan hingga penutupan perdagangan hari ini ke level Rp9.930/US$.

Indeks BISNIS-27 @ 9 September 2009

Indeks BISNIS-27 kembali menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (9/9), sebesar 0,88% ke level 213,48 ditopang oleh saham-saham perbankan dan Astra Internasional. Tidak seperti sehari sebelumnya, sentimen melonjaknya harga emas dunia dan minyak akibat melemahnya dolar AS terhadap sejumlah mata uang seperti euro dan yen, tidak berhasil melanjutkan kenaikan saham Aneka Tambang dan Adaro Energy.

Aksi jual justru mewarnai saham Aneka Tambang (ANTM) sebesar 2,97% setelah sehari sebelumnya melonjak 9,78%. Saham Adaro Energy (ADRO) yang sehari sebelumnya naik 3,76%, kemarin terkoreksi 1,45%. melemahnya dolar AS terhadap yen dan euro membuat harga minyak dan emas terus bergerak naik dipengaruhi motif lindung nilai dan spekulasi mengantisipasi perbaikan ekonomi global, setelah muncul kesepakatan G-20 untuk melanjutkan paket stimulus ekonomi.

Di sisi lain, ketimpangan cadangan dolar AS di Federal Reserve AS dengan defisit pmerintah AS sebesar US$2 triliun berpotensi menciptakan inflasi yang lebih cepat di AS di tengah suku bunga The Fed yang dipertahankan tetap rendah. Kondisi tersebut menggerakkan investor global meninggalkan dolar AS sebagai ‘safe haven’ dan mengalihkan dana ke bursa komoditas, terutama minyak dan emas sebagai komoditas utama dunia.

Beberapa saham pertambangan indeks BISNIS-27 yang bergerak naik di antaranya saham PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) dan Medco Energy Internasional (MEDC) yang masing-masing naik 0,38% dan 2,63%. Investor dalam negeri mengantisipasi penggelembungan harga minyak dunia dan emas yang dapat pecah tiba-tiba, perkiraan tersebut terbukti dengan harga minyak yang terkoreksi tipis sebesar 0,07% ke level USS$71,05 per barel kemarin dan memicu aksi profit taking jangka pendek terhadap saham ANTM dan ADRO pada perdagangan hari ini.

Investor kembali memfokuskan perhatian pada saham yang berkorelasi langsung dengan suku bunga kredit perbankan. Ekspektasi meningkatnya permintaan kredit konsumsi masyarakat menjelang Idul Fitri seperti saat ini memberikan sentimen positif untuk saham perbankan. Meningkatnya kebutuhan kendaraan menyambut Idul Fitri juga memberikan sentimen positif untuk saham Astra Internasional.

Saham Bank Pan Indonesia (PNBN) naik 5,48% ke level Rp770, Bank Mandiri (BMRI) naik 5,42% ke level Rp4.375, Bank BNI (BBNI) naik 4,38% ke level Rp2.025, Bank Internasional Indonesia (BNII) naik 2,5% ke level Rp410, Bank Central Asia (BBCA) naik 1,7% ke level Rp4.475, dan saham Astra Internasional (ASII) naik 1% ke level Rp30.250.

Selasa, September 08, 2009

Indeks BISNIS-27 @ 8 September 2009

Indeks BISNIS-27 menguat signifikan pada perdagangan Selasa ini ditopang sentimen positif dari dalam dan luar negeri di antaranya kesepakatan negara-negara G-20 untuk melanjutkan paket stimulus dalam program pemulihan ekonomi global. Beberapa indeks regional Asia Pasifik bergerak menguat, indeks Hang Seng naik 2,14% ke level 21.069,81, indeks Nikkei-225 naik 0,70% ke level 10.393,23, dan indeks STI Singapura naik 0,64% ke level 2.660,91.

Pada penutupan hari ini, indeks BISNIS-27 ditutup di level 211,62 melonjak 1,27% dari penutupan awal pekan ini, sekaligus kenaikan terbesar dalam perdagangan 11 hari terakhir. Kenaikan indeks kemarin didominasi oleh saham-saham pertambangan seperti Adaro Energy, Aneka Tambang, dan Timah.

Keinginan India untuk meningkatkan impor batu bara dari Indonesia secara bertahap hingga sebesar 50 juta ton per tahun dari saat ini yang sebesar 13 juta ton per tahun, memberikan sentimen positif pada saham-saham batu bara indeks BISNIS-27. Saham Adaro Energy (ADRO) naik 3,76% ke level Rp1.380 dan saham PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) naik 2,75% ke level Rp13.100 per saham.

Sementara itu, investor juga mencermati harga emas dunia yang melonjak menembus US$1.000 per ons, mendorong aksi beli saham Aneka Tambang (ANTM) hingga melonjak 9,78%, sekaligus menjadi emiten yang membukukan kenaikan tertinggi dalam indeks BISNIS-27 kemarin. Saham ANTM ditutup di level Rp2.525. Optimisme investor terhadap hasil pertemuan G-20 dan percepatan pemulihan ekonomi global, membuat dolar AS melemah terhadap beberapa mata uang kuat dunia di antaranya yen Jepang sebesar 0,88% menjadi 92,14 yen/US$. Kondisi tersebut mendorong naiknya motivasi hedging investor ke bursa komoditas seperti emas dan minyak. Harga minyak bergerak menguat 2,26% ke level US$69,56 per barel.

Dari dalam negeri, rencana PT Timah Tbk untuk membeli lima unit kapal serta fasilitas produksi pertambangan senilai US$45 juta pada tahun depan, memberikan sentimen positif pada saham Timah (TINS) yang sejak sepekan terakhir bergerak melemah oleh sentimen negatif laporan keuangan PT Timah Tbk untuk semester I/2009 yang membukukan penurunan laba bersih hingga 96,14% akibat rendahnya harga timah. Proyeksi perusahaan yang akan memproduksi 46.000 ton timah di harga US$12.000 per ton pada tahun ini serta rencana perusahaan untuk masuk ke sektor bisnis hasil olahan timah untuk meragamkan hasil produksi, menambah sentimen positif saham TINS kemarin. Saham TINS ditutup naik 6,1% ke level Rp2.175 per saham.

Rencana PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) yang berniat meningkatkan penyaluran kredit ke sesama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) turut memberikan sentimen positif bagi emiten BUMN dalam indeks BISNIS-27 pada perdagangan hari ini.

Indeks BISNIS-27 @ 7 September 2009

Pada perdagangan awal pekan ini, pergerakan indeks BISNIS-27 melanjutkan kenaikan akhir pekan lalu dengan kenaikan tipis sebesar 0,77% ditutup di level 208,96. Penguatan indeks mengikuti gerakan positif indeks regional Asia Pasifik yang bergerak menguat ditopang oleh ekspektasi hasil yang positif dari pertemuan G-20. Indeks Hang Seng naik 1,53%, indeks STI Singapura naik 1,43%, dan indeks Nikkei-225 naik 1,31%.



Namun, investor di dalam negeri masih melakukan selective buying terhadap saham-saham pertambangan dan cenderung memilih saham infrastruktur dan perbankan, selain saham emiten CPO.



Saham Adaro Energy (ADRO) dan Medco Energi Internasional (MEDC) bergerak melemah, begitu juga dengan saham Aneka Tambang (ANTM) dan PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA). Namun, saham Indo Tambangraya Megah (ITMG) dan Internasional Nickel Indonesia (INCO) bergerak menguat tipis masing-masing 0,21% dan 0,59%.



Saham CPO seperti Astra Agro Lestari (AALI) dan London Sumatera (LSIP) bergerak menguat ditopang sentimen positif permintaan masyarakat yang meningkat terhadap produk turunan CPO menjelang Idul Fitri dan selama bulan Ramadhan ini. Selain itu, naiknya permintaan CPO dari India dan China yang ditargetkan melebihi 1,5 juta ton pada September ini, ikut mendongkrak saham CPO pada perdagangan kemarin.



Rencana Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) untuk memberikan akses kepada importer asing terhadap produk yang ditawarkan di pasar fisik CPO, berpeluang mendongkrak harga CPO dalam negeri.



Selain saham CPO, saham perbankan juga menjadi incaran investor. Menjelang Idul Fitri saat ini, dipastikan belanja masyarakat akan meningkat, sehingga berpotensi meningkatkan penyaluran kredit konsumsi bagi masyarakat. Saham Bank Central Asia (BBCA) naik 2,92% dan saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) naik 2,11%.



Dari sektor infrastruktur, saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM) bergerak menguat ditopang ekspektasi naiknya pendapatan Telkom dari pos komunikasi data dan internet serta suara dalam program promo sepanjang Agustus-September ini bertepatan dengan bulan puasa dan menyambut Idul Fitri.

Senin, September 07, 2009

Indeks BISNIS-27 Sepekan

Selama sepekan kemarin indeks BISNIS-27 bergerak melemah sebesar 2,83% tertekan koreksi saham-saham pertambangan oleh aksi jual investor asing. Pada Jumat (4/9), indeks BISNIS-27 ditutup di level 207,37.

Koreksi saham-saham pertambangan dipicu oleh harga minyak dunia yang anjlok ke level US$68 per barel memberikan sentimen negatif bagi ekpektasi perbaikan ekonomi global, harga minyak yang cepat melambung tinggi hingga melewati US$71 per barel beberapa waktu sebelumnya disadari oleh investor di dalam negeri lebih didorong oleh motif spekulasi.

Sementara itu, laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan kenaikan nilai ekspor batu bara sepanjang Januari hingga Juli tahun ini sebesar 22% dari US$5,57 miliar pada 2008 menjadi US$6,8 miliar lebih disebabkan karena melonjaknya harga batu bara seiring harga minyak dunia yang menguat sejak awal tahun. Kenaikan tersebut tidak sejalan dengan volume ekspornya yang justru turun 9,2% dari 121,4 juta ton menjadi 110,2 juta ton. Laporan tersebut sekaligus menggambarkan perbaikan ekonomi global yang belum terwujud secara signifikan seperti yang diindikasikan oleh tren bullish harga minyak dunia dan juga batu bara.

Beberapa sentimen negatif tersebut mengakumulasi total nilai penjualan bersih investor asing sebesar Rp711,85 miliar dalam tiga hari pertama pekan kemarin.

Indeks berhasil rebound pada Kamis sebesar 1,07% ke level 206,77 ditopang oleh saham-saham pertambangan seperti Aneka Tambang (ANTM), Internasional Nickel Indonesia (INCO), Medco Energi Internasional (MEDC), Timah (TINS), Indo Tambangraya Megah (ITMG), PT Tambang Batu bara Bukit Asam (PTBA), dan Indika Energy (INDY). Kenaikan indeks dipengaruhi oleh faktor harga yang cukup murah oleh koreksi sebelumnya yang membawa indeks BISNIS-27 ke level terendah dalam 10 hari terakhir dan juga sentimen positif dari China dengan laporan empat bank pemerintah China yang berhasil mengucurkan kredit total sebesar US$23,4 miliar pada Agustus, melebihi ekspektasi pasar.

Selain itu, komitmen pemerintah China untuk menjaga kestabilan pasar saham, disambut positif oleh investor. Sebagaimana diketahui sebelumnya, indeks Shanghai pada Agustus lalu setidaknya dua kali menjadi motor penggerak koreksi bursa regional Asia Pasifik.
Level BI rate yang dijaga Bank Indonesia tetap di level 6,5% memberikan kepastian pelaku pasar atas posisi risiko investasi mereka di bursa saham, setelah sebelumnya mereka menahan aksi beli oleh kekhawatiran kenaikan level BI rate untuk mengimbangi laju inflasi yang masih berpotensi menguat pada September ini seiring meningkatnya perputaran uang menjelang dan di saat Idul Fitri. Laju inflasi Agustus telah menguat 0,56%.

Di akhir pekan, indeks BISNIS-27 melanjutkan penguatan tipis sebesar 0,29% ke level 207,37.

Kamis, September 03, 2009

Indeks BISNIS-27 @ 3 September 2009

Indeks BISNIS-27 berhasil rebound pada perdagangan hari ini sebesar 1,07% di level 206,77. Aksi beli investor dipicu sentimen koreksi indeks selama tiga hari sebelumnya, sejak awal pekan ini yang sekaligus membawa indeks BISNIS-27 ke level terendah dalam 10 hari terakhir.

Saham-saham pertambangan bergerak rebound sekaligus menjadi penopang utama indeks BISNIS-27 bersama dengan saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Saham Aneka Tambang (ANTM) naik 3,41%, saham Internasional Nickel Indonesia (INCO) naik 2,38%, saham Medco Energi Internasional (MEDC) naik 5,41%, saham Timah (TINS) naik 3,54%, saham Indo Tambangraya Megah (ITMG) naik 1,96%, saham PT Tambang Batu bara Bukit Asam (PTBA) naik 1,19%, dan Indika Energy (INDY) naik 3,26%. Saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM) naik 1,82%.

Selain faktor harga yang telah cukup murah, faktor sentimen positif dari regional Asia pasifik juga mendongkrak aksi beli investor. Pengaruh utama berasal dari China setelah muncul laporan empat bank pemerintah yang berhasil mengucurkan kredit total sebesar US$23,4 miliar pada Agustus, melebihi ekspektasi pasar. Selain itu, komitmen pemerintah China untuk menjaga kestabilan pasar saham, disambut positif oleh investor. Sebagaimana diketahui sebelumnya, indeks Shanghai pada Agustus lalu setidaknya dua kali menjadi motor penggerak koreksi bursa regional Asia Pasifik.

Pada perdagangan Kamis ini, indeks Shanghai naik 4,79% ke level 2.845,02, indeks Hang Seng naik 1,23% ke level 19.761,68, dan indeks STI Singapura naik 1,11% ke level 2.598,36.

Level BI rate yang dijaga Bank Indonesia tetap di level 6,5% memberikan kepastian pelaku pasar atas posisi risiko investasi mereka di bursa saham, setelah sebelumnya mereka menahan aksi beli oleh kekhawatiran kenaikan level BI rate untuk mengimbangi laju inflasi yang masih berpotensi menguat pada September ini seiring meningkatnya perputaran uang menjelang dan di saat Idul Fitri.

Rabu, September 02, 2009

Indeks BISNIS-27 @ 2 September 2009

Indeks BISNIS-27 mengkonfirmasi sinyal bearish pada perdagangan hari ini dengan koreksi yang jauh lebih besar dari koreksi dua hari sebelumnya di awal pekan ini. Indeks BISNIS-27 ditutup melemah 2,03% di level 204,59. Aksi jual investor asing yang semakin meningkat pada Rabu ini semakin menambah tekanan pada indeks.

Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp481,09 miliar meningkat 108% atau lebih dari dua kali lipat dari total penjualan bersih Selasa sebelumnya yang sebesar Rp230.76 miliar.

Koreksi indeks mengikuti pelemahan indeks bursa regional Asia pasifik serta indeks Dow Jones (DJIA) yang lebih dulu ditutup melemah 1,96% di level 9.310,6. Indeks Nikkei-225 melemah 2,37%, indeks Hang Seng melemah 1,76%, dan indeks STI Singapura melemah 1,02%. Harga minyak dunia yang melemah ke level US$68 per barel memberikan sentimen negatif bagi perkembangan perbaikan ekonomi global, harga minyak yang cepat melambung tinggi beberapa waktu lalu lebih didorong oleh motif spekulasi.

Dari dalam negeri, koreksi dipengaruhi laju inflasi Agustus yang menguat 0,56% serta level BI rate yang berpotensi tetap di level 6,5% pada pekan ini, sehingga risiko investasi berpeluang meningkat dan menurunkan valuasi saham-saham di Bursa Efek Indonesia.

Koreksi indeks BISNIS-27 masih didominasi oleh saham-saham pertambangan terutama emiten batu bara. Koreksi saham dipicu oleh laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan kenaikan nilai ekspor batu bara sepanjang Januari hingga Juli tahun ini sebesar 22% dari US$5,57 miliar pada 2008 menjadi US$6,8 miliar lebih disebabkan karena melonjaknya harga batu bara seiring harga minyak dunia yang menguat sejak awal tahun. Kenaikan tersebut tidak sejalan dengan volume ekspornya yang justru turun 9,2% dari 121,4 juta ton menjadi 110,2 juta ton.

Laporan tersebut sekaligus menggambarkan perbaikan ekonomi global yang belum terwujud secara signifikan seperti yang diindikasikan oleh tren bullish harga minyak dunia dan juga batu bara.