Selasa, November 10, 2009

Ulasan Pasar edisi 10 November 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pergerakan indeks BISNIS-27 di awal pekan ini cukup fluktuatif dan berhasil ditutup positif di level 222,16. Indeks BISNIS-27 menguat 0,62% dari posisi penutupan akhir pekan kemarin. Aksi beli selektif terlihat sepanjang perdagangan Senin kemarin.

Volume transaksi indeks BISNIS-27 sebesar 212,186,900 lembar saham atau berada dalam tren melemah sejak pekan lalu, yang sekaligus menunjukkan investor bersikap hati-hati dalam bertransaksi. Namun, kapitalisasi pasar semakin tinggi menjadi sebesar Rp1.359 triliun. Kenaikan nilai kapitalisasi ini ditopang oleh naiknya saham Astra Internasional Tbk (ASII) dan United Tractors Tbk (UNTR) yang sekaligus sebagai saham-saham leading movers indeks BISNIS-27 Senin kemarin.

Beberapa saham lainnya penopang indeks adalah Bank Mandiri Tbk (BMRI), Unilever Tbk (UNVR), Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP), Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Selain itu, indeks juga mendapatkan tekanan profit taking atas saham-saham yang menjadi penopang indeks sepekan kemarin seperti Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan Gudang Garam Tbk (GGRM).

Penguatan indeks didominasi oleh saham grup Astra, saham ASII naik 4,12% ke level Rp31.600 dan saham UNTR yang naik 4,67% ke level Rp15.700. Proyeksi naiknya permintaan alat berat untuk kebutuhan pertambangan di tahun 2010 menjadi pemicu naiknya harga saham UNTR.

Secara teknikal, saham UNTR memiliki peluang bullish dalam jangka pendek hingga akhir pekan ini disebabkan indeks RSI (Relative Strenght Inde x) UNTR masih berkisar di level 55 atau berposisi beli. Kondisi yang sama juga dialami oleh saham ASII.

Penguatan indeks juga masih dipengaruhi oleh nilai Rupiah yang stabil di level Rp9.500/US$ memperkuat proyeksi kestabilan daya beli masyarakat untuk produk otomotif di tahun 2010.

Pada pekan ini, indeks berpeluang kembali menguat ditopang oleh harga emas yang melonjak menembus level US$1.100 per ounce sebagai dampak dari kebijakan The Fed yang mempertahankan kebijakan suku bunga rendah, menekan dolar AS terhadap sejumlah mata uang kuat dunia. Investor memilih emas, selain minyak dunia, sebagai komoditas lindung nilai atau hedging.

Tidak ada komentar: