Rabu, November 11, 2009

Ulasan Pasar edisi 11 November 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Inteligence Unit


Pergerakan indeks BISNIS-27 cukup fluktuatif pada perdagangan Selasa kemarin dengan pergerakan di zona hijau selama sesi I. Indeks BISNIS-27 dibuka dengan sangat responsif menerima perkembangan indeks DJIA yang ditutup di level tertingginya tahun ini yaitu 10.226,94.

Penguatan indeks DJIA ditopang oleh saham komoditas dan energi seiring dengan kebijakan The fed yang mempertahankan suku bunga rendah (0,25% atau mendekati nol), sehingga membuat dolar AS kehilangan permintaannya dan tertekan oleh sejumlah mata uang kuat dunia yang memberikan imbal hasil lebih tinggi termasuk rupiah, di mana BI rate masih berkisar 6,5%.

Pelemahan dolar AS meningkatkan harga kontrak komoditas seperti minyak, emas, dan komoditas lain untuk kepentingan lindung nilai (hedging). Harga emas yang melewati level US$1.100 per ounce menjadi indikasi kuatnya aktivitas lindung nilai tersebut, selain ditopang juga oleh naiknya permintaan oleh India yang membeli emas dari IMF. Bagi investor dalam negeri, sentimen penguatan harga komoditas memberikan sentimen positif bagi harga saham komoditas dalam negeri. Beberapa saham emiten BISNIS-27 seperti Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan Adaro Energy Tbk (ADRO) bergerak naik dengan rata-rata kenaikan 2% selama sesi I kemarin.

Namun, investor juga mengantisipasi pembalikan arah dolar AS yang akan memicu koreksi harga komoditas utama seperti minyak dan emas. Selain itu, level resistance rupiah terhadap dolar AS di posisi Rp9.400/US$ masih sulit untuk ditembus di tengah ketidakpastian iklim investasi dalam negeri serta kondisi sosial politik seperti saat ini, sehingga memicu sikap hati-hati investor dan realisasi gain di sesi II.

Indeks BISNIS-27 akhirnya ditutup di level 220,76 atau melemah 0,63% dari posisi penutupan awal pekan ini. Saham-saham yang menekan indeks di antaranya adalah saham Astra Internasional Tbk (ASII), saham Bank Mandiri Tbk (BMRI), saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO), dan saham Adaro Energy Tbk (ADRO).

Sedangkan saham-saham yang membukukan loss terbesar di antaranya adalah saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebesar 4,35%, saham Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 3,14%, saham Gudang Garam Tbk (GGRM) sebesar 2,65%, saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) sebesar 2,52%, saham Indika Energy Tbk (INDY) sebesar 2,3%, dan saham Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar 1,95%

Tidak ada komentar: