Senin, November 02, 2009

Ulasan Pasar 29 Oktober 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Perdagangan Kamis ini memberikan indikasi rebound indeks BISNIS-27 memasuki awal November. Di awal sesi I, indeks BISNIS-27 sempat terkoreksi 5% dan tertekan ke level 204,47 yang merupakan level terendah indeks sejak 3 September. Namun, di sesi II perdagangan hingga penutupan indeks berbalik arah dan hanya terkoreksi 0,67% dari posisi penutupan Rabu kemarin.

Indeks BISNIS-27 ditutup di level 214,61 dengan penopang utama di antaranya yaitu saham Astra Internasional Tbk (ASII). Semen Gresik Tbk (SMGR), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), dan Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Aksi beli selektif dengan orientasi investasi jangka panjang mendominasi pergerakan indeks BISNIS-27. Posisi beli asing meningkat 16% menjadi Rp1,07 triliun dari perdagangan Rabu sebelumnya yang sebesar Rp928 miliar.

Saham-saham yang berbalik arah (rebound), merupakan saham-saham yang secara fundamental sangat bagus dan cukup sensitif dengan perkembangan suku bunga serta inflasi dalam negeri. Rupiah yang melemah sebesar 3% pada Oktober ini ke level Rp9.660/US$ menyurutkan minat beli produk impor oleh masyarakat, di sisi lain harga BBM nonsubsidi kembali diturunkan sebesar 1,69%, cukup menjaga daya beli masyarakat dan minat beli terhadap produk otomotif kelas 1.500 cc ke atas.

Koreksi indeks yang terlalu cepat, sebesar 9,25% dalam tiga hari perdagangan hingga sesi I hari ini, menekan harga saham hingga ke posisi beli atau berada dalam posisi oversold. Di sisi lain, koreksi indeks tersebut tidak disebabkan oleh faktor fundamental ekonomi misalnya ketika menjelang krisis likuiditas 2008, namun dipengaruhi oleh faktor cut loss investor dalam dua hari terakhir karena transaksi marjin saham BUMI yang tertekan 12,7% sejak awal pekan ini.

Investor mengkhawatirkan kesanggupan membayar transaksi repo Bakrie & Brothers yang menjamin seluruh saham anak perusahaannya termasuk saham Bumi Resources. Selain itu, faktor hutang dengan CIC sebesar US$1,9 miliar dengan bunga 19% memberikan sentimen negatif bagi saham BUMI karena meningkatkan biaya modal yang akan menekan laba usaha BUMI. Saham BUMI pada penutupan kemarin rebound sebesar 3,12% atau sebesar Rp75 level Rp2.475


Ulasan Pasar 28 Oktober 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 kembali terkoreksi semakin turun ke posisi terendahnya dalam sebulan terakhir ke level 216,05 atau turun 2,66% dari level penutupan Selasa sebelumnya. Tekanan indeks disebabkan oleh cut loss investor terhadap transaksi marjin yang memaksa investor untuk menjual paksa saham-sahamnya.

Aksi jual lebih didominasi oleh faktor di dalam Bursa Efek Indonesia, terutama kekhawatiran investor terhadap transaksi repo Bakrie & Brothers yang menjamin seluruh saham anak perusahaannya termasuk saham Bumi Resources yang sekaligus salah satu saham terlikuid dan terfavorit di bursa. Saham BUMI merupakan salah satu saham yang sangat likuid, namun tidak termasuk ke dalam anggota indeks BISNIS-27. Faktor lonjakan biaya modal dari hutang dengan CIC sebesar US$1,9 miliar dengan bunga 19% membuat saham BUMI sangat berisiko.

Harga saham BUMI yang saat ini diperdagangkan overvalued, menyebabkan ketika harganya merosot 13,5% dalam dua hari terakhir, investor harus jual paksa untuk menutup kerugian dari transaksi marjin pada saham BUMI.

Investor pada akhirnya terdorong untuk menjual saham-saham lainnya terutama saham di dalam indeks BISNIS-27 yang sebenarnya memiliki fundamental yang sangat bagus untuk jangka panjang.

Nilai rupiah yang kembali terdepresiasi ke level Rp9.665/US$ menambah tekanan jual oleh investor asing. Rupiah pada penutupan perdagangan hari ini berada di level Rp9.665/US$ atau melemah 3,92% dalam lima hari terakhir perdagangan.

Tidak ada komentar: