Senin, November 30, 2009

Ulasan Pasar Sepekan edisi 30 November 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Dalam sepekan kemarin, indeks BISNIS-27 akhirnya bergerak melemah dipengaruhi faktor profit taking menjelang libur panjang akhir pekan perayaan Idul Adha. Namun, sejak awal November, indeks telah tumbuh positif berturut-turut dalam tiga pekan pertama. Indeks BISNIS-27 ditutup di level 221,55 pada Kamis kemarin atau melemah 3,3% dalam pekan keempat November.

Bila dicermati lebih lanjut, secara teknis harga saham konstituen BISNIS-27 masih tergolong cukup murah atau berada dalam posisi beli, yang dapat dilihat dari posisi indeks RSI (Relative Strenght Index) untuk indeks BISNIS-27 yang stabil di posisi 57 sepanjang pekan kemarin sebelum akhirnya berada di posisi 44 di penutupan Kamis karena koreksi yang cukup signifikan pada hari itu sebesar 2,75%.

Secara fundamental, kinerja konstituen BISNIS-27 hingga September 2009 berhasil membukukan kinerja yang jauh lebih baik daripada setahun sebelumnya dan sekaligus mencerminkan kekuatan masing-masing konstituen BISNIS-27 dalam mengatur strategi bertahan dan tumbuh dalam krisis likuiditas yang dimulai triwulan IV-2008 lalu.

Dari sisi pergerakan rupiah terhadap dolar AS, selama sepekan kemarin pergerakan rupiah cenderung menguat dengan kembali berada di level Rp9.400 per US$ dari posisi pekan sebelumnya yang justru melemah ke level Rp9.500 per US$. Sentimen apresiasi rupiah terhadap dolar AS sudah jelas akan meningkat kinerja emiten di 2009 ini terutama dengan berkurangnya rugi selisih kurs. Meskipun akan memberatkan emiten yang berorientasi ekspor terutama bagi emiten batu bara seperti Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan juga International Nickel Indonesia Tbk (INCO), tetapi saham-saham tersebut mayoritas dibeli bukan untuk jangka pendek melainkan jangka panjang dan tren harga batu bara maupun nikel akan bergerak berbanding lurus dengan pergerakan harga minyak dunia yang saat ini di level US$77 per barel.

Faktor positif yang mendongkrak kinerja indeks dalam tiga pekan pertama November ini, terutama memang berasal dari sentimen pergerakan harga emas dunia yang pada Kamis kemarin mencapai level US$1.190 per ounce. Kenaikan harga emas memang menjadi indikator membaiknya perkonomian global di 2010 dan posisi Amerika Serikat (AS) yang masih dalam tahap konsolidasi sistem likuiditas dengan tetap memilih kebijakan suku bunga rendah, mendorong aliran dolar AS keluar dari negara tersebut. Melemahnya nilai asset dolar AS memicu investor melakukan hedging pada komoditas emas, tetapi menghindari hedging di komoditas minyak karena dikhawatirkan akan memicu inflasi atau menekan daya beli negara emerging market yang saat ini menjadi tumpuan membaiknya ekonomi dunia.

Namun, tren bullish harga emas dan pelemahan dolar AS terhadap rupiah tentu akan memiliki masa konsolidasi dan harus menemukan titik keseimbangan sementara waktu menjelang tutup tahun. Faktor inilah yang menjadi penyebab terkoreksinya saham-saham BISNIS-27 yang dipicu oleh aksi jual investor asing selama sepekan kemarin. Investor asing membukukan penjualan sebesar Rp4,7 triliun selama sepekan terakhir dengan pembelian sebesar Rp4,56 triliun.

Data tersebut juga menunjukkan masih tingginya ekspektasi investor asing terhadap bursa saham Indonesia dan koreksi pekan kemarin dapat dikatakan memang murni karena faktor konsolidasi harga saham BISNIS-27 untuk kembali bergerak bullish menjelang akhir tahun ini. Posisi indeks RSI untuk BISNIS-27 yang tertekan ke level 44 oleh koreksi pada Kamis pekan kemarin, menambah peluang BISNIS-27 untuk bergerak melanjutkan tren bullish.

Tidak ada komentar: