Senin, November 23, 2009

Ulasan Pasar Sepekan edisi 23 November 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Indeks BISNIS-27 berhasil mencatat kinerja yang cukup baik selama pekan kemarin dengan pertumbuhan sepekan yang cukup tinggi sejak 5 Oktober lalu. Indeks tumbuh 2,14% dalam sepekan kemarin dan ditutup di level 229,12 di akhir pekan. Indeks bahkan mencapai level 230,03 atau posisi tertinggi kedua sejak 6 Oktober lalu ketika indeks BISNIS-27 mencapai level 230,63.

Aksi beli selektif investor lokal maupun asing mendominasi saham-saham dari sektor tertentu seperti komoditas pertanian, pertambangan batu bara, infratruktur, semen dan saham-saham konsumsi.

Dari saham pertambangan, faktor penyebab melonjaknya harga saham pertambangan seperti Aneka Tambang Tbk (ANTM), adalah sebagai respon naiknya harga emas yang mencapai level US$1.146 per ounce. Lonjakan harga emas dunia yang cukup cepat merupakan implikasi dari tingginya minat beli investor global karena faktor melemahnya dolar AS terhadap euro, yen, dan mata uang emerging market. Aksi beli emas IMF oleh India juga memicu pelaku pasar untuk meningkatkan permintaan terhadap emas serta melakukan hedging untuk aset mereka.

Di sisi lain, harga minyak dunia nampaknya telah menemukan harga keseimbangannya hingga akhir tahun ini di level US$80 per barel. Tren kenaikan harga minyak dunia yang berlanjut, dipandang tidak mendukung pemulihan ekonomi global yang ditopang oleh kawasan emerging market Asia dan salah satunya adalah Indonesia.

Di dalam negeri, sentimen kestabilan rupiah terhadap dolar AS yang berada di level Rp9.400-Rp9.500 per US$ dalam dua pekan terakhir mendorong investor lokal maupun asing untuk membeli secara selektif saham-saham konsumsi, perbankan, dan juga otomotif. Kestabilan nilai tukar rupiah seperti saat ini diharapkan dapat mendukung laju inflasi yang rendah hingga akhir tahun dan memicu konsumsi masyarakat.

Sentimen tambahan yang positif bagi indeks juga diperoleh dari kesepakatan 14 bank nasional terutama bank-bank emiten di Bursa Efek Indonesia yang sebagian juga merupakan konstituen BISNIS-27, untuk menurunkan biaya dana pihak ketiga khususnya deposito menjadi 7% per tahun. Hal ini akan mendongkrak net interest margin perbankan dan berpotensi menambah laba bersih 2009.

Pada pekan depan (pekan ini), pergerakan indeks BISNIS-27 akan berpotensi diwarnai koreksi teknikal saham-saham pertambangan karena faktor harga yang sudah memasuki overbought atau jenuh beli, sehingga memerlukan masa konsolidasi jangka pendek untuk kemudian bergerak kembali menguat mengikuti ekspektasi perbaikan ekonomi global. Di sisi lain, investor juga perlu mewaspadai koreksi harga saham yang dipicu profit taking investor asing bila dolar AS bergerak menguat atau berbalik arah dari tren pelemahannya saat ini terhadap rupiah.

Tidak ada komentar: