Senin, Februari 08, 2010

Ulasan Sepekan Indeks BISNIS-27 edisi 8 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pekan kemarin menjadi pekan koreksi paling dalam bagi indeks BISNIS-27 sejak awal tahun ini. indeks terkoreksi 4,36% mengkonfirmasi tren bearish yang terbentuk sejak pekan ketiga Januari lalu. Sektor pertambangan dan perbankan menjadi penekan utama indeks BISNIS-27 selama sepekan kemarin.

Di awal pekan, sentimen koreksi dipicu oleh kebijakan China yang akan memperketat penyaluran kredit perbankannya dengan menaikkan GWM (GIro Wajib Minimum) agar ekonomi negara tersebut terhindar dari overheating. Selain itu, investor juga mengkhawatirkan dampak perdagangan bebas China-ASEAN bagi ekonomi domestic yang akan merugikan atau menurunkan daya beli masyarakat menengah-bawah dengan kegiatan ekonomi di sektor informal. Sejak Senin hingga Selasa, indeks terkoreksi sebesar 1,47%

Di perdagangan hari ketiga, Rabu (3/2), investor kembali masuk dengan memburu saham-saham pertambangan setelah tersiar kabar Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan mengakuisisi tambang batu bara bersaing dengan Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Timah Tbk (TINS).

Menjelang akhir pekan, indeks kembali terkoreksi dipicu oleh sentimen negatif pergerakan indeks DJIA dan indeks regional Asia Pasifik. Pada penutupan Kamis (4/2), indeks terkoreksi sebesar 0,57%.

Koreksi indeks yang sangat signifikan terjadi pada perdagangan Jumat pekan kemarin, indeks BISNIS-27 terkoreksi sebesar 3,11% yang dipengaruhi oleh panic selling investor. Penjualan besar-besaran tersebut dipicu oleh penguatan dolar AS yang diprediksi akan menekan harga emas dan minyak.

Penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang kuat dunia terutama terhadap euro disebabkan karena investor mengkhawatirkan krisis surat utang Yunani, Spanyol, dan Portugal, sehingga investor cenderung memilih dolar AS sebagai “save heaven”. Keputusan investor tersebut akan menekan harga komoditas minyak dan emas yang selama ini menguat karena dolar AS yang melemah serta motif hedging investor.

Akibat aksi jual Jumat kemarin, posisi rupiah semakin terdepresiasi ke level Rp9.410 per US$.

Tidak ada komentar: