Senin, Februari 01, 2010

Ulasan Sepekan Indeks BISNIS-27 edisi 1 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Indeks BISNIS-27 akhirnya ditutup menguat tipis di akhir pekan kemarin sebesar 0,01% dibandingkan penguatan akhir pekan sebelumnya. Indeks BISNIS-27 ditutup di level 240,78 pada Jumat (29/1) sekaligus sebagai posisi akhir Januari 2010. Selama perdagangan bulan pertama 2010, indeks BISNIS-27 berhasil menguat 2,13% dari posisi penutupan akhir 2009 yaitu 235,75.

Selama sepekan terakhir, indeks mengalami banyak tekanan dan tercatat selama tiga hari pertama yaitu Senin hingga Rabu, indeks terkoreksi 1,97%. Pada Kamis, indeks mengalami rebound 2,31%, namun kembali terkoreksi pada Jumat sebesar 0,28%.

Koreksi indeks didominasi oleh saham-saham komoditas terutama pertambangan batu bara yang disebabkan ekspektasi pelambatan pertumbuhan harga minyak dunia akan berlanjut hingga semester II/2010. Hal tersebut dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi global terutama dari Amerika Serikat dan China. Kebijakan China yang membatasi penyaluran kredit perbankan melalui kenaikan GWM (Giro Wajib Minimum) pekan sebelumnya masih memberikan pengaruh negatif bagi perdagangan pekan kemarin. Harga minyak dunia tertekan ke level US$73 per barel akibat ekspektasi permintaan energi yang melambat di China.

Pengetatan likuiditas seiring dengan rencana Presiden AS Barrack Obama pekan sebelumnya untuk membatasi kegiatan pembelian asset dan saham oleh industri perbankan masih direspon negatif oleh pelaku pasar. Likuiditas ke bursa saham akan menyusut, sehingga akan mengurangi frekuensi perdagangan di New York Stock Exchange (NYSE) dan bursa global. Pekan kemarin, laporan keuangan beberapa perusahaan teknologi di AS seperti Motorola dan Qualcomm melaporkan kinerja yang negatif pada kuartal IV/2009 dan menambah tekanan pada indeks DJIA.

Sepanjang pekan kemarin, investor cenderung untuk keluar dari Bursa Efek Indonesia (BEI) sejenak dengan mangambil posisi wait and see terhadap faktor perkembangan ekonomi global. Harga minyak dunia yang masih sulit bergerak dari US$73 per barel dan harga emas dunia yang masih stabil di bawah level US$1.100 per ounce belum menggerakan minat investor untuk kembali masuk ke bursa saham.

Di sisi lain, investor di BEI lebih memilih untuk mengkoleksi saham-saham yang didukung oleh kekuatan daya beli dalam negeri seperti Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM ) dan saham perbankan seperti bank Central Asia Tbk (BBCA) serta Bank CIMB-Niaga Tbk (BNGA). Faktor kestabilan rupiah yang didukung oleh intervensi Bank Indonesia ketika rupiah mengalami depresiasi pada pekan kemarin karena aksi jual investor asing, menjaga optimisme investor terhadap kestabilan rupiah terhadap dolar AS di level Rp9.300 per US$ hingga akhir kuartal I/2010. Oleh karena itu, ancaman imported inflation akan berkurang dan laju inflasi akan tetap rendah. Investor pun optimis bahwa BI rate akan terjaga di level 6,5% untuk Februari mendatang, sehingga saham-saham perbankan bergerak menguat pada pekan kemarin untuk mengantisipasi posisi BI rate tersebut.

Tidak ada komentar: