Senin, Februari 22, 2010

Ulasan Sepekan Indeks BISNIS-27 edisi 22 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Selama sepekan kemarin, indeks BISNIS-27 bergerak menguat 1,07% ditutup di level 235,75 pada Jumat (19/2). Di awal pekan, indeks tercatat melemah tipis 0,86% dan kembali menguat dengan signifikan pada perdagangan hari kedua dan ketiga yaitu masing-masing sebesar 1,86% dan 1,04%. Indeks kembali melemah pada perdagangan Kamis dan Jumat, yaitu sebesar 0,84% dan 0,11%

Beberapa faktor penguat indeks pada pekan kemarin di antaranya adalah penguatan harga komoditas indung nilai seperti emas dan minyak. Pergerakan harga emas dunia berhasil menembus level US$1.100 per ounce ditutup di level US$1.116 per ounce pada perdagangan Selasa. Begitu juga dengan harga minyak dunia yang menguat menuju level US$75 per barel. Investor asing mencoba masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dan membeli saham-saham pertambangan mengikuti kenaikan harga minyak dan emas tersebut. Mereka juga mengasumsikan bahwa dampak negatif krisis surat utang eropa telah terefleksikan pada koreksi harga saham di pekan sebelumnya. Rupiah pun mengalami apresiasi cukup cepat ke level Rp9.325 per US$ pada Selasa sore.

Dari dalam negeri, investor menyambut positif optimisme pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi 2010 yang akan berada di level 5,5%, serta jaminan dari Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi yang menyebutkan bahwa pemerintah akan menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Penataan Ruang yang akan lebih rinci menjelaskan kawasan yang temasuk hutan lindung dan kawasan yang boleh digunakan untuk operasi tambang batu bara.

Pada pertengahan pekan, penguatan indeks masih dipengaruhi faktor pergerakan harga minyak dunia. Harga minyak dunia melonjak ke level US$77 per barel akibat ketegangan program nuklir Iran. Investor mengkhawatirkan ketegangan antara Amerika Serikat dengan Iran mengenai program nuklir tersebut akan berdampak terganggunya distribusi minyak dunia.

Di akhir pekan, Amerika Serikat menaikkan tingkat suku bunga diskontonya (suku bunga The Fed)sebesar 25 basis poin (bps) ke level 0,75%, meningkatkan apresiasi pada dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk mata uang emerging market seperti rupiah. Dalam dua hari terakhir menjelang akhir pekan, rupiah melemah 0,65% dari level Rp9.280/US$ pada Rabu, ke level Rp9.340/US$ pada Jumat. Tekanan pada rupiah tersebut mendorong aksi jual jangka pendek (profit taking) investor asing di Bursa Efek Indonesia.

Selain rupiah, di akhir pekan kemarin dolar Hong Kong turun 0,02% dan dolar Singapura terdepresiasi 0,32%%. Indeks saham kedua negara tesebut juga melemah, indeks Hang Seng turun 2,59% dan indeks STI Singapura terkoreksi 0,44%. Melemahnya kedua indeks tersebut menambah sentimen negatif pada indeks BISNIS-27 di akhir pekan.

Tidak ada komentar: