Rabu, Agustus 19, 2009

Indeks BISNIS-27 pada 18 Agustus 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 pada perdagangan Selasa kemarin, usai libur panjang menyambut kemerdekaan Republik Indonesia, bergerak melemah merespon koreksi tajam indeks bursa regional Asia Pasifik seperti indek Hang Seng, Nikkei-225, dan STI Singapura yang bergerak melemah di atas 3% pada 17 Agustus, di saat Bursa Efek Indonesia (BEI) libur menyambut hari Kemerdekaan RI. Indeks Hang Seng melemah 3,62%, indeks STI Singapura melemah 3,25%, dan indeks Nikkei-225 melemah 3,1%.

Pada perdagangan Selasa kemarin, indeks BISNIS-27 terkoreksi 2,55% ditutup di level 208,3 dan indeks BISNIS-27 sempat menyentuh level 205 pada penutupan sesi I. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp653 miliar, suatu jumlah yang cukup besar, hampir menyamai total pembelian bersih investor asing selama dua pekan terakhir yang sebesar Rp659 miliar di Bursa Efek Indonesia. Seiring dengan aksi jual investor asing tersebut, nilai rupiah melanjutkan depresiasi menembus level Rp10.000/US$.

Momentum koreksi kemarin merupakan konfirmasi dari signal jual investor asing yang mulai terindikasi oleh pola perdagangan sepekan kemarin yang mencatat tren penjualan investor asing serta rupiah yang bergerak melemah sejak awal pekan. Laporan sentimen konsumen dari Universitas Michigan AS yang jatuh menjadi 63,2 dari 66,0 pada Juli lalu menjadi pemicu koreksi indeks Dow Jones (DJIA) serta indeks saham regional Asia Pasifik yang mempunyai tujuan ekspor utama yaitu Amerika Serikat. Ekspektasi perbaikan daya beli dan pemulihan likuiditas di AS, apabila tidak didukung oleh persepsi positif konsumen terhadap pemulihan ekonomi, akan menjadi sia-sia. Konsumen akan tetap menjaga likuiditas mereka dan mengurangi konsumsi.

Kenaikan indeks yang cukup cepat dalam lima pekan terakhir yaitu sejak pekan terakhir Juni lalu, menjadikan harga-harga saham berada dalam posisi overbought dan menciptakan gelembung dalam pasar saham. Kondisi tersebut rawan koreksi bila tidak ada sentimen positif lain di bursa. Ancaman inflasi yang meningkat selama bulan Puasa dan menjelang Idul Fitri menjadi pertimbangan tersendiri bagi investor sekaligus mendorong mereka untuk menarik diri sejenak dari bursa saham.

Tidak ada komentar: