Kamis, Agustus 13, 2009

Ulasan Pasar edisi 13 Agustus 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Aksi ambil untung mewarnai pergerakan indeks BISNIS-27 pada perdagangan Rabu kemarin. Sebanyak 24 saham terkoreksi, satu saham yaitu Bank Internasional Indonesia (BNII) tidak berubah posisi dari penutupan sehari sebelumnya, dan dua saham ditutup naik yaitu Indo Tambangraya Megah (ITMG) dan United Tractors (UNTR) yang masing-masing naik tipis 0,61% dan 0,78%,

Faktor koreksi indeks di antaranya adalah harga saham yang sudah cukup mahal (overbought), mendorong investor untuk merealisasikan keuntungan dari selisih harga (gain). Aksi profit taking tersebut dipicu oleh minimnya sentimen positif dalam negeri pada pekan ini hingga menjelang bulan Ramadhan. Seluruh sentimen positif pendongkrak harga saham telah terefleksi hingga membawa indeks BISNIS-27 menyentuh level tertingginya yaitu 216,23 pada penutupan Selasa kemarin.

Faktor pembalikan arah rupiah yang melemah terhadap dolar AS sejak awal pekan ini, menambah minat jual investor terutama asing. Nilai rupiah yang melemah akan mengurangi potensi keuntungan kurs dari nilai investasi mereka di bursa saham. Investor asing membukukan nilai beli bersih yang positif di atas Rp300 miliar pada Kamis dan Jumat pekan lalu di saat rupiah berada di level Rp9.895/US$. Memasuki awal pekan ini, rupiah kembali melemah di atas Rp9.900/US$ dan kemarin di posisi Rp9.995/US$. Di awal pekan, investor asing membukukan pembelian bersih sebesar Rp241 miliar, namun pada Selasa membukukan penjualan bersih sebesar Rp13 miliar. Nilai tersebut melonjak tajam pada perdagangan Rabu kemarin mencapai level Rp300 miliar.

Pergerakan harga minyak dunia yang kembali melemah ke bawah level US$70 per barel, tepatnya US$69,14 per barel, memberikan sentimen negatif terhadap harapan perbaikan ekonomi global yang sempat mendongkrak harga minyak menembus level US$70 per barel dalam dua pekan terakhir. Kenaikan harga minyak dunia diasumsikan sebelumnya merupakan cerminan adanya ekspektasi kenaikan permintaan terhadap minyak seiring perbaikan ekonomi Asia dan juga global yang diindikasikan dengan pertumbuhan positif PDB Singapura dan China dalam kuartal kedua tahun ini. Namun, OPEC dan EIA (Energy Information Administration) AS memprediksi penurunan permintaan terhadap minyak tahun ini akan sebesar 1,71 juta barel dari proyeksi sebelumnya yang sebesar Rp1,56 juta barel.

Beberapa indikator dan informasi tersebut dijadikan investor untuk merealisasikan keuntungan dan menarik diri sejenak dari bursa pada perdagangan kemarin. Bursa regional Asia Pasifik bergerak melemah, indeks Hang Seng turun 3,03%, Nikkei-225 turun 1,42%, dan STI Singapura turun 1%. Pada penutupan sebelumnya, indeks Dow Jones (DJIA) turun 1,03%. Pergerakan negatif indeks regional Asia pasifik dan DJIA tersebut dijadikan acuan investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk profit taking. Aksi profit taking juga dipicu oleh prediksi terhadap kebijakan The Fed yang kemungkinan besar akan menjaga kebijakan suku bunga rendah untuk memicu perbaikan ekonomi AS.

Dari dalam negeri, faktor keamanan dan sikap berjaga-jaga terhadap gejolak sosial politik menghadapi putusan Mahkamah Agung (MK) yang menyangkut gugatan Pemilihan Presiden 2009 oleh kubu Megawati-Prabowo dan Jusuf Kalla-Wiranto, memaksa investor untuk menarik diri sejenak dari bursa saham.

Tidak ada komentar: