Kamis, Agustus 27, 2009

Indeks BISNIS-27 pada 27 Agustus 2009

Sentimen pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang telah dimulai sejak awal pekan ini, kembali berlanjut dan berdampak pada koreksi indeks BISNIS-27 pada penutupan hari ini, Kamis (27/8). Indeks BISNIS-27 ditutup turun tipis sebesar 0,98% ke level 211,05 setelah laju koreksi indeks ditahan oleh saham Astra Internasional (ASII) yang naik 1,89% ke level Rp29.700, Telekomunikasi Indonesia (TLKM) naik 0,58% ke level Rp8.600, dan saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) naik 0,66% ke level Rp7.600.

Saham Astra Internasional masih mendapat sentimen positif rencana kebijakan penurunan suku bunga kredit perbankan melalui penurunan biaya dana pihak ketiga terutama deposan besar maksimal 8%. Saham Telekomunikasi Indonesia sebagai satu-satunya saham telekomunikasi dalam indeks BISNIS-27, bergerak menguat oleh ekspektasi naiknya pendapatan perusahaan karena meningkatnya penggunaan produk komunikasi dan data oleh masyarakat selama bulan puasa ini.

Dari saham BBRI, level PER (price to earning ratio) saham BBRI masih tergolong lebih rendah dibandingkan dengan saham Bank Mandiri (BMRI) maupun Bank Central Asia (BBCA) pada penutupan Rabu sebelumnya. Saham BBRI sebesar 13,41 kali, sedangkan BMRI sebesar 14,62 kali dan BBCA sebesar 16,07 kali. Saham BMRI kemarin ditutup turun 1,81% ke level Rp4.075 dan saham BBCA ditutup turun 0,57% ke level Rp4.325.

Rupiah kembali melemah sebesar 0,94% ke level Rp10.170/US$, pelemahan yang lebih tajam dibandingkan pelemahan sehari sebelumnya yang sebesar 0,45%. Sejak awal pekan ini, depresiasi rupiah terhadap dolar AS telah mencapai 1,7%. Total nilai pembelian bersih investor asing menunjukkan posisi yang melemah secara signifikan pada perdagangan Rabu dibandingkan pada Selasa sebelumnya yang sebesar Rp615,26 miliar, sedangkan pada Rabu hanya sebesar Rp72,59 miliar. Kondisi tersebut berlanjut pada perdagangan Kamis ini, investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp665,94 miliar.

Seperti pada Rabu sebelumnya, aksi jual investor asing pun masih didominasi oleh saham-saham pertambangan, seperti saham Aneka Tambang (ANTM), Adaro Energy (ADRO), Indo Tambangraya Megah (ITMG), dan Medco Energi Internasional (MEDC). Saham ANTM turun 4,04% ke level Rp2.375, saham ADRO turun 2,88% ke level Rp1.350, saham ITMG turun 2,04% ke level Rp23.950, dan saham MEDC turun 2,48% ke level Rp2.950.

Saham International Nickel Indonesia (INCO) turun sebesar 7,29% atau Rp350 ke level Rp4.450 setelah Vale Inco Limited, pengendali PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) melepas 2,07% kepemilikan sahamnya senilai Rp 925,56 miliar. Pelepasan ini dilakukan melalui transaksi tutup sendiri (crossing) di harga Rp 4.500 per saham.

Selain karena faktor depresiasi rupiah yang berlanjut, faktor minimnya sentimen positif di bursa dan harga saham yang telah overvalued serta ancaman inflasi juga menjadi pertimbangan investor. Kenaikan harga bahan pokok seperti gula dan juga barang kebutuhan pokok lainnya penunjang kebutuhan bulan puasa dan perayaan Idul Fitri berpotensi meningkatkan laju inflasi pada Agustus dan September mendatang.

Dari luar negeri, pelaku pasar tampaknya masih mengkhawatirkan perlambatan perekonomian Cina yang direspon negatif oleh beberapa indeks bursa regional Asia Pasifik seperti Hang Seng dan Nikkei-225. Indeks Nikkei-225 turun 1,56% dan indeks Hang Seng turun 1,04%. Indeks Shanghai melemah 0,71%. Harga minyak dunia bergerak melemah ke level US$71 per barel setelah pada Selasa sebelumnya mencapai US$74 per barel.

Tidak ada komentar: