Kamis, Desember 24, 2009

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 24 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 kembali bergerak menguat meskipun tipis menjelang libur panjang Natal dan Tahun Baru. Indeks menguat ke level 231,51 naik 0,35% dari posisi penutupan Selasa sebelumnya. Penguatan indeks ditopang oleh sentimen positif pergerakan indeks bursa saham regional seperti Hang Seng, Nikkei-225, dan STI Singapura.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) bergerak menguat sebesar 0,49% ke level 10.464,93 diikuti oleh indeks Nikkei-225 sebesar 1,91%, indeks Hang Seng naik sebesar 1,12%, dan indeks STI Singapura yang bergerak naik 0,63%.

Penguatan indeks DJIA yang diikuti oleh kenaikan indeks regional mendorong investor untuk mengkoleksi saham-saham BISNIS-27 yang telah mengalami koreksi ke level oversold pada perdagangan awal pekan ini (Senin, 21/12).

Selain itu, ekspektasi kinerja emiten yang positif pada 2009 memicu aksi beli investor yang mengantisipasi kenaikan harga saham usai liburan akhir tahun. Aksi beli selektif terjadi pada saham pertambangan batu bara seperti Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang menguat 1,32%, saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) yang naik sebesar 0,74%, dan saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) yang naik sebesar 0,29%.

Selain itu, saham-saham perbankan bergerak naik oleh ekspektasi naiknya pendapatan bunga perbankan dari penyaluran kredit konsumsi untuk kebutuhan akhir tahun masyarakat. Saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,68%, saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,07%, dan saham Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,04%. Saham barang konsumsi seperti Unilever Indonesia Tbk (UNVR) ikut bergerak naik oleh sentimen positif permintaan kebutuhan masyarakat menjelang liburan akhir tahun. saham UNVR naik 1,36%.

Dari luar negeri, harga minyak dunia bergerak melemah tpis 0,03% ke level US$74,38 per barel, dan harga emas dunia bergerak melemah ke level US$1.085,60 per ounce. Pergerakan kedua komoditas utama dunia tersebut yang belum menunjukkan indikasi bullish, mendorong investor untuk sejenak menahan minat beli dan melakukan selective buying pada perdagangan kemarin dengan gain yang relatif kecil.
Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 23 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 bergerak rebound oleh faktor teknis yang sebelumnya sejak awal pekan mengalami koreksi cukup dalam. Investor mengkoleksi saham-saham konstituen BISNIS-27 dengan perspektif investasi jangka panjang.

Indeks ditutup di level 230,71 menguat 1,48% dari posisi penutupan awal pekan. Faktor harga yang telah berada di areal oversold atau sangat murah menjadi pemicu investor untuk melakukan aksi kolektif memborong saham. Di sisi lain, faktor pergerakan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) cukup memberikan sentimen positif dengan kenaikan awal pekan sebesar 0,83% yang diikuti oleh pergerakan indeks bursa saham regional seperti Hang Seng yang naik 0,69%, indeks Nikkei-225 naik 1,91%, dan indeks STI Singapura yang bergerak naik 1,33%.

Pergerakan harga minyak dunia yang bergerak sedikit menguat ke level US$73 per barel dari posisi akhir pekan lalu di level US$71 per barel memicu aksi beli terbatas hingga akhir tahun yang didorong oleh saham komoditas.

Saham Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 1,79%, saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 2,44%, dan saham Indika Energy Tbk (INDY ) naik 1,22%.

Selain itu, investor juga melirik saham-saham yang memang berbanding lurus dengan belanja akhir tahun masyarakat menjelang liburan. Seperti saham Astra Internasional Tbk (ASII) yang naik 0,59% dan saham barang konsumsi seperti Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang naik 3,77% dan saham Gudang Garam Tbk (GGRM) yang naik 2,02%.

Saham Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) membukukan gain tertinggi di antara konstituen BISNIS-27 pada perdagangan kemarin yaitu sebesar 6,61%. Ekspektasi kebutuhan semen yang meningkat di tahun 2010 dengan belanja infrastruktur pemerintah yang lebih fokus untuk meningkatkan infrastruktur ekonomi, menjadi penopang minat beli investor untuk saham INTP.

Saham perbankan serentak bergerak positif dengan ekspektasi naiknya permintaan kredit konsumsi masyarakat pada liburan akhir tahun.

Selasa, Desember 22, 2009

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 22 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Di awal pekan ini, indeks BISNIS-27 mengalami tekanan cukup hebat seiring dengan kebutuhan likuiditas investor menjelang libur panjang Natal dan Tahun Baru, sekaligus mendapat sentimen negatif dari pergerakan harga minyak dunia dan emas yang belum kunjung memberikan tanda-tanda rebound.

indeks BISNIS-27 ditututp di level 227,34 atau melemah 3,49% dari posisi penutupan akhir pekan kemarin, Kamis (17/12).
Ulasan Indeks BISNIS-27 sepekan edisi 21 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pergerakan indeks BISNIS-27 selama sepekan kemarin diwarnai oleh aksi koreksi dan lepas saham oleh investor baik lokal maupun asing, untuk memenuhi kebutuhan liburan akhir tahun yang cukup panjang. Perdagangan di Bursa Efek Indonesia sangat minim sentimen positif, namun sebaliknya cukup banyak sentimen negatif yang menghampiri bursa.

Selama sepekan, indeks BISNIS-27 mencatat kenaikan tipis sebesar 0,26% ditutup di level 235,56 pada Kamis (17/12).

Sentimen negatif berlarutnya kasus Bank Century yang melibatkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (Ibu Ani) mendapat perhatian cukup besar dari investor. Mereka sangat menaruh harapan yang cukup tinggi kepada Ibu Ani selaku menteri keuangan untuk mengawal perekonomian Indonesia melewati krisis likuiditas global yang dimulai sejak kuartal terakhir 2008.

Kinerja ekonomi Indonesia sepanjang 2009 ini menjadi bukti kapabilitas Ibu Ani untuk meningkat kinerja perekonomian yang ditandai dengan laju inflasi dan BI rate yang menurun dan terkendali sejak awal tahun. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga membukukan penguatan yang sangat signifikan sepanjang tahun ini.

Dari luar negeri, harga minyak dunia yang merosot ke bawah level US$70 per barel dan harga emas dunia yang sulit menembus level US$1.200 per ounce dalam dua pekan terakhir dan berpotensi besar untuk tidak mencapai target US$1.500 per ounce, seperti yang banyak diperkirakan sebelumnya oleh para pelaku pasar, mendorong investor untuk merealisasikan portofolio mereka di Bursa Efek Indonesia. Lonjakan indeks BISNIS-27 selama dua bulan terakhir memang berbanding lurus dengan lonjakan harga emas dunia yang terutama ditopang oleh saham-saham pertambangan dan energi.

Sebelumnya, kenaikan harga emas dunia dilihat sebagai tindakan lindung nilai (hedging) investor komoditas emas yang sekaligus untuk mengantisipasi perbaikan dan pertumbuhan ekonomi global 2010. Selain itu, tindakan bank sentral China dan India yang membeli emas dalam jumlah besar, memicu tindakan mengkoleksi kontrak emas di kalangan pelaku pasar bursa komoditas.

Namun, proyeksi The Fed yang akan meninggalkan kebijakan suku bunga rendahnya pada Agustus 2010, dinilai cukup lama dan menyisakan ketidakpastian perbaikan ekonomi AS, sehingga mereka memilih untuk mengamankan likuiditas dan melepas kontrak emas serta portofolio saham di emerging market termasuk Indonesia. Dolar AS menguat terhadap euro dan yen, serta rupiah di dalam negeri ikut tertekan dalan sepekan kemarin.

Kinerja indeks BISNIS-27 akan bergerak rebound di awal 2010 yang ditopang oleh kinerja emiten sepanjang 2009 dan tren investasi jangka panjang di bursa komoditas seperti minyak, batu bara, CPO, dan emas.
Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 16 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 kembali melemah pada perdagangan hari kedua pekan ini, Selasa (15/12) dipengaruhi oleh aksi jual saham investor asing. Indeks BISNIS-27 melemah tipis 0,39% ke level 233,39.


Perkembangan kasus Bank Century yang melibatkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mendapat perhatian yang cukup besar dari pelaku pasar baik lokal maupun asing yang cukup khawatir bila Ibu Ani mengundurkan diri. Kekhawatiran tersebut tidaklah berlebihan mengingat kapabilitas Ibu Ani dalam menghadapi krisis likuiditas 2008 dan berperan cukup besar mengarahkan perekonomian Indonesia untuk dapat bertahan dan terus tumbuh hingga akhir tahun 2009 ini.

Rumor yang menyebutkan Ibu Ani akan mengundurkan diri menambah sentimen negatif di pasar. Selain itu, dari faktor pergerakan harga komoditas seperti emas dan minyak dunia yang masih belum menunjukkan tanda-tanda menguat di akhir tahun ini, memaksa investor untuk merealisasikan gain sekaligus untuk memenuhi kebutuhan liburan akhir tahun.

Saham perbankan menjadi saham penekan utama koreksi indeks pada perdagangan kemarin. Saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 2,56%, saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 2,14%, dan saham Bank Central Asia (BBCA) turun 1,03%. Ekspketasi inflasi yang menguat pada 2010 seiring membaiknya perekonomian global memberikan sentimen negatif pada saham perbankan karena dipastikan akan diikuti oleh kenaikan BI rate yang saat ini dengan level 6,5% dirasakan pelaku pasar sudah cukup untuk memperbaiki tingkat konsumsi masyarakat.

Di sisi lain, saham-saham pertambangan bergerak rebound pada perdagangan kemarin setelah mengalami koreksi dalam dua hari terakhir sejak akhir pekan kemarin. Ekspektasi perbaikan ekonomi global pada 2010 yang akan diikuti oleh naiknya harga minyak dan emas dunia, mendorong aksi beli saham-saham pertambangan yang didukung oleh faktor harga yang sudah cukup murah di posisi penutupan Senin sehari sebelumnya.

Saham Bayan Resources Tbk (BYAN) menguat 1,82%, saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menguat 1,69%, saham Indika Energy Tbk (INDY) menguat 1,2%, dan saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 0,58%.
Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 15 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 bergerak melemah di awal pekan ini tertekan oleh koreksi harga minyak dunia dan nilai rupiah yang melemah terhadap dolar AS. Indeks ditutup di level 234,31 melemah tipis 0,27%. Namun, faktor koreksi teknis mendominasi tekanan pada indeks BISNIS-27 yang dipicu oleh turunnya harga saham Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar 3,06%.

Pelemahan ini disebabkan oleh koreksi saham-saham pertambangan terutama yang berkorelasi positif dengan pergerakan harga minyak, yaitu saham-saham emiten batu bara. Selain itu, harga emas yang melemah ke level US$1.123 per ounce pada perdagangan kemarin mendorong investor merealisasikan gain atas saham-saham pertambangan. Posisi harga emas yang stabil di bawah US$1.200 per ounce sejak sepekan kemarin mengindikasikan level keseimbangan baru harga emas hingga akhir tahun.

Di sisi lain, harga minyak dunia merosot ke level di bawah US$70 per barel, tepatnya US$69,55 per barel memberikan sinyal konsolidasi harga saham-saham yang berbanding lurus dengan pergerakan harga minyak dunia. Saham batubara Adaro Energy Tbk (ADRO) dan Bayan Resources Tbk (BYAN) bergerak melemah masing-masing 0,57% dan 0,9%.

Faktor overbought saham TLKM yang telah rally sejak awal Desember atau 14 hari terakhir sebesar 12% hingga menyentuh level tertingginya tahun ini yaitu Rp9.800 pada Jumat akhir pekan kemarin (11/12), mendorong investor untuk merealisasikan gain atas saham TLKM. Faktor melemahnya saham-saham pertambangan dan rupiah yang tidak kunjung menembus level resistance Rp9.400 per US$, menjadi faktor pemicu koreksi TLKM.

Harga minyak dunia yang melemah, sebaliknya menjadi penopang saham-saham yang berkorelasi dengan daya beli. Saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,52% dan saham Unilever Indonesia Tbk (UNVR) naik 1,82%.

Senin, Desember 14, 2009

Ulasan indeks BISNIS-27 Sepekan edisi 14 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Selama sepekan kemarin, indeks BISNIS-27 menguat tipis 0,13% oleh tekanan koreksi yang dimulai sejak awal pekan hingga Rabu. Indeks BISNIS-27 pada Jumat kemarin ditutup di level 234,95.

Sentimen negatif aksi Antikorupsi pada 9 Desember, membuat investor cenderung mengamankan likuiditas mereka dengan melakukan profit taking di bursa saham. Dari luar negeri, koreksi harga emas sebesar 5% dalam tiga hari sejak awal pekan dan minyak dunia sebesar 6,4% memicu sentimen negatif saham-saham pertambangan dan energi di antara konstituen BISNIS-27.

Aksi ambil untung di Bursa Efek Indonesia dan bursa komoditas terutama emas dan minyak dipengaruhi oleh pesimisme pelaku pasar terhadap perbaikan ekonomi AS. Sebelumnya, Ben Bernanke sebagai Gubernur The Federal Reserve AS menyatakan bahwa kenaikan suku bunga The Fed paling cepat pada Agustus 2010. Hal ini mengindikasikan pemulihan daya beli yang diimbangi dengan kenaikan laju inflasi baru akan terjadi pada Agustus 2010.

Di sisi lain, rally harga emas dalam sebulan terakhir justru dipengaruhi oleh ekspektasi pemulihan ekonomi AS pada triwulan I/2010, yang sekaligus menyebabkan dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang seperti euro dan yen. Pelemahan dolar AS kemudian dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk mengakumulasi kontrak emas dan minyak dunia dengan motif lindung nilai (hedging).

Namun, pergerakan indeks BISNIS-27 kembali menguat di akhir pekan dengan kenaikan cukup signifikan yaitu 1,55% yang ditopang oleh positifnya indeks bursa saham regional Asia Pasifik seperti Nikkei-225, Hang Seng dan STI Singapura. Penguatan tersebut dipengaruhi kembali melemahnya nilai mata uang yen Jepang terhadap dolar AS dan penurunan nilai ekspor China yang jauh lebih kecil pada November yaitu hanya sebesar 1,2% dibandingkan Oktober yang sebesar 13,8%.

Penurunan nilai ekspor China yang jauh lebih kecil tersebut memberikan indikasi adanya pemulihan daya beli global. Sedangkan, kurs yen Jepang yang melemah terhadap dolar AS memberikan sentimen positif bagi perusahaan-perusahaan eksportir Jepang, kurs yen bergerak ke level 88,80 per US$ dari level 88,26 per US$.

Jumat, Desember 11, 2009

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 11 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 akhirnya bergerak berbalik arah menguat ke level 231,37 setelah mengalami tren koreksi sejak awal pekan. Pada penutupan perdagangan Kamis kemarin, indeks berhasil menguat 0,21% ditopang oleh aksi beli selektif saham-saham yang telah mengalami koreksi cukup dalam sejak Senin.

Melemahnya harga emas dan minyak dunia sejak awal pekan, mendorong aksi ambil untung konstituen BISNIS-27 dalam tiga hari terakhir. Harga komoditas yang biasa ditransaksikan dengan motif hedging tersebut terkoreksi akibat proyeksi pelaku pasar terhadap perbaikan ekonomi AS yang akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya yaitu triwulan I/2010. Pernyataan Ben Bernanke mengenai kenaikan suku bunga The Fed yang kemungkinan besar baru akan terlaksana pada Agustus 2010, segera menekan harga komoditas-komoditas favorit untuk lindung nilai.

Laju inflasi AS diperkirakan mulai akan bergerak naik pada Agustus 2010 dan sekaligus mengindikasikan daya beli yang mulai pulih di AS pada bulan tersebut.

Harga emas yang melemah 5% dalam tiga hari terakhir dan minyak yang melemah 6,4% mendorong aksi jual terhadap saham yang sebelumnya bergerak positif dipengaruhi kenaikan harga komoditas tersebut di antaranya saham Aneka Tambang Tbk (ANTM), Adaro Energy Tbk (ADRO) dan International Nickel Indonesia Tbk (INCO).

Aksi beli selektif kemarin terjadi pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan Bank Mandiri Tbk (BMRI). Investor optimis dengan kinerja konstituen tersebut selama 2009 yang ditopang oleh penguatan rupiah terhadap dolar AS sebesar 13,7% sepanjang tahun ini.

Selain itu, saham Astra Internasional Tbk (ASII) dan saham Gudang Garam Tbk (GGRM) juga bergerak positif menyambut liburan akhir tahun seiring kegiatan belanja atau konsumsi masyarakat yang meningkat di akhir tahun. Program penjualan akhir tahun yang lebih fleksibel bagi calon pembeli kendaraan baik roda dua maupun roda empat akan meningkatkan kinerja Astra Internasional Tbk (ASII) menjelang tutup tahun.

Kamis, Desember 10, 2009

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 10 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

indeks BISNIS-27 akhirnya harus bergerak melemah pada perdagangan Rabu kemarin tertekan oleh aksi jual investor karena faktor keamanan dalam negeri. Indeks BISNIS-27 ditutup di level 230,89 atau melemah tipis 0,51%

Melemahnya indeks disebabkan aksi ambil untung terhadap sejumlah konstituen yang memang telah mengalami overbought sejak sepekan terakhir seperti saham Astra Internasional Tbk (ASII), Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan saham Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Beberapa saham perbankan juga bergerak negatif seperti Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan Bank Danamon Tbk (BDMN). Posisi rupiah yang stabil di level Rp9.450/US$ selama dua pekan terakhir belum memberikan indikasi penguatan lebih lanjut.

Dari luar negeri, pergerakan harga minyak dunia yang melambat, harga emas yang mengalami koreksi, serta pergerakan indeks bursa regional Asia Pasifik yang melemah, memberikan sentimen negatif bagi pergerakan indeks BISNIS-27. Harga minyak stabil di posisi US$73 per barel, harga emas melemah ke level US$1.130 per barel.

Indeks Hang Seng turun 1,44%, indeks Nikkei-225 turun 1,34%, indeks STI Singapura turun 0,3%. Sentimen negatif tersebut, sebelumnya juga dipicu oleh koreksi indeks Dow Jones (DJIA) yang melemah sebesar 1% karena pernyataan Ben Bernanke yang menyebutkan kenaikan suku bunga The Fed paling cepat pada Agustus 2010. Kenaikan suku bunga The Fed akan dipengaruhi oleh laju inflasi yang menguat sebagai dampak membaiknya daya beli dan perekonomian AS. Dalam kondisi tersebut, dolar AS akan bergerak meninggalkan zona aman (safe heaven) menuju kawasan dengan imbal hasil dan risiko yang lebih tinggi yaitu emerging market.

Dalam jangka pendek, indeks BISNIS-27 memang memerlukan masa konsolidasi untuk mendapatkan equilibrium baru di masa perbaikan ekonomi global tahap I dalam semester II/2009 seperti sekarang ini. indeks telah naik 27,69% sejak awal Juli hingga perdagangan kemarin dan telah naik 88% sejak diluncurkan awal tahun ini. Selama sepekan kemarin, indeks bahkan membukukan gain mingguan sebesar 5,91% atau tertinggi dalam empat bulan terakhir.

Rabu, Desember 09, 2009

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 9 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 pada perdagangan hari kedua pekan ini bergerak cukup fluktuatif dipengaruhi beragam sentimen dari dalam maupun luar negeri serta faktor teknis harga saham konstituen dalam sepekan terakhir. Indeks BISNIS-27 ditutup di level 232,08 menguat tipis 0,13% dari posisi penutupan awal pekan ini.

Indeks bergerak dengan tekanan cukup besar yang berasal dari kondisi politik dan keamanan dalam negeri menjelang aksi antikorupsi Rabu besok (9/12) yang akan melibatkan massa dalam jumlah besar. Sementara itu dari luar negeri, informasi dari Ben Bernanke (The Fed AS) yang menyebutkan perekonomian AS masih jauh dari perbaikan atau membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih, memberikan sentimen negatif sekaligus menahan investor untuk membeli saham-saham konstituen BISNIS-27.

Bursa komoditas terutama emas mengalami tekanan yang serupa dengan indeks BISNIS-27. Meskipun dolar AS diprediksi akan melemah hingga Agustus 2010, namun belum dapat mendongkrak harga emas kembali menuju level US$1.200 per ounce. Pada perdagangan Selasa kemarin, harga emas bergerak di kisaran US$1.164 per ounce. Harga minyak dunia juga belum memberikan sinyal bullish, masih di kisaran US$74 per barel atau terendah dalam dua pekan terakhir.

Dolar AS yang melemah belum ditopang oleh daya beli masyarakat AS yang membaik. Sedangkan penguatan inflasi yang akan diikuti oleh naiknya suku bunga The Fed terbilang masih cukup lama atau sekitar delapan bulan lagi. Daya beli yang membaik akan diikuti naiknya laju inflasi dan mendorong dolar AS mencari wilayah investasi dengan imbal hasil lebih tinggi, terutama ke wilayah emerging market.

Minimnya sentimen positif di Bursa Efek Indonesia mendorong investor untuk melakukan profit taking dan membeli saham-saham yang memang telah oversold sejak akhir pekan lalu, seperti saham Aneka Tambang Tbk (ANTM), saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO), dan saham Astra Internasional Tbk (ASII). Saham ANTM naik 1,11% ke posisi Rp2.275, saham INCO naik 1,37% ke level Rp3.700, dan saham ASII naik 1,35% ke posisi Rp33.850.

Melambatnya kenaikan indeks pada perdagangan kemarin juga dipengaruhi sentimen negatif tekanan jual yang melanda bursa Hong Kong dan Jepang. Indeks Hang Seng ditutup melemah 1,18% ke level 22.060,52 dan indeks Nikkei-225 turun 0,27% ke level 10.140,47. Sedangkan indeks STI Singapura berhasil menguat 0,3% ke level 2.805,50.

Kekhawatiran investor global terhadap pernyataan Ben Bernanke memberikan tekanan jual jangka pendek di bursa Tokyo dan Hong Kong, melebihi berita positif dari Pemerintah Jepang yang mengumumkan paket stimulus ekonomi sebesar 7,2 triliun yen atau sekitar US$ 81 miliar untuk menopang pemulihan ekonomi Jepang.

Selasa, Desember 08, 2009

2010, Fee Industri Reksadana Semakin Kecil

2010, Fee Industri Reksadana Semakin Kecil
Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 8 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Aksi ambil untung mendominasi pergerakan indeks BISNIS-27 di awal pekan ini setelah sepekan sebelumnya naik 5,91% ke level 234,64. Pada perdagangan Senin kemarin, indeks BISNIS-27 terkoreksi ke level 231,77 atau melemah 1,22%.

Data pengangguran AS yang direspon positif oleh mayoritas bursa saham Asia, tidak mampu mengimbangi koreksi ambil untung (profit taking) indeks BISNIS-27 kemarin. Indeks STI Singapura naik 0,06% ke posisi 2.792,71, indeks Kospi naik 0,3% ke posisi 1.629,65, indeks Shanghai naik 0,23% ke posisi 3.324,53, dan indeks Nikkei 225 naik 1,4% ke posisi 10.163,14, hanya indeks Hang Seng yang terkoreksi 0,66% ke posisi 3.324,53.

Selain faktor teknis dengan indeks RSI (Relative Strenght Index) untuk BISNIS-27 yang telah mencapai level 65,03 atau overbought (jenuh beli), pergerakan harga emas yang mengalami koreksi sebesar 1,01% ke level US$1.157 per ounce menambah tekanan terutama pada saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang sejak akhir pekan kemarin memang telah mulai terkoreksi.

Saham Aneka Tambang Tbk (ANTM), Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan Unilever Indonesia Tbk (UNVR)mengalami profit taking cukup besar di atas 4%. ANTM turun 4,21%, PGAS turun 4,27%, dan UNVR turun 4,66%.

Perkembangan level pengangguran di AS yang menunjukkan perbaikan pada November dipekirakan akan membuat dolar AS kembali menguat terhadap sejumlah mata uang kuat dunia seperti euro dan yen, serta meningkatkan minat jual atau ambil untung pada kontrak emas. Oleh sebab itu, harga emas kemarin mengalami koreksi. Selain itu, penguatan dolar AS akan memicu capital outflow dari rupiah ke doalr AS yang akan menekan rupiah. Ambil untung untuk merealisasikan keuntungan selisih kurs di bursa saham juga menambah motif koreksi pada indesks BISNIS-27.

Senin, Desember 07, 2009

Ulasan Indeks BISNIS-27 Sepekan edisi 7 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Selama sepekan di awal Desember, indeks BISNIS-27 berhasil membukukan pergerakan yang positif dengan pertumbuhan sebesar 5,91% atau pertumbuhan mingguan tertinggi sejak empat bulan terakhir. Pada pekan terakhir Juli, Indeks BISNIS-27 berhasil membukukan pertumbuhan sebesar 6,08%.

Di akhir pekan kemarin, indeks BISNIS-27 ditutup di level 234,64 sekaligus level tertinggi baru yang berhasil dicapai indeks sejak diluncurkan Januari lalu.

Penguatan indeks di awal Desember ini menunjukkan optimisme investor terhadap kinerja konstituen BISNIS-27 hinga akhir 2009 ditopang oleh BI rate yang berhasil dijaga di 6,5%, laju inflasi yang terjaga di bawah target pemerintah, serta potensi berlanjutnya capital inflow seiring rupiah yang menguat terhadap dolar AS. Kenaikan indeks BISNIS-27 sebesar 5,91% sepekan kemarin juga ditopang oleh kekuatan ekonomi kawasan emerging market terutama Indonesia dalam masa perbaikan ekonomi global dari krisis likuiditas setahun lalu.

Hal tersebut dapat dilihat dari kebijakan The Fed AS yang sengaja menjaga suku bunganya tetap rendah di level 0,25%, selain untuk meningkatkan daya beli dan likuiditas dalam negeri yang terlihat dari membaiknya penjualan rumah pada November, juga untuk menjaga dolar AS tetap melemah untuk kawasan emerging market.

Dolar AS yang melemah akan sangat menopang ekspor AS yang berharap dengan penjualan dari kawasan emerging market saat ini. Hal tersebut disebabkan kawasan ini, termasuk Indonesia, memiliki jumlah penduduk yang besar, laju inflasi yang terjaga, dan pertumbuhan ekonomi yang bergerak positif sepanjang 2009. Nilai rupiah yang menguat terhadap dolar AS 13,7% sepanjang tahun ini dari level Rp11.000/US$ ke level Rp9.500/US$ menjadi sentimen positif daya beli masyarakat Indonesia terhadap produk impor. Posisi laju inflasi Januari-November sebesar 2,45% atau di bawah target inflasi 2009 oleh pemerintah yaitu 4% menambah sentimen positif aliran dana masuk (capital inflow) serta daya beli yang semakin baik.

Di sisi lain, dolar AS yang melemah terhadap sejumlah mata uang selain rupiah, seperti euro dan yen juga menstimulus naiknya permintaan terhadap emas sebagai instrumen lindung nilai (hedging) mengantisipasi perekonomian global yang membaik di 2010. Harga emas telah bergerak mencapai level US$1.200 per ounce pada akhir pekan kemarin atau meningkat 37% sejak awal tahun ini. Melemahnya dolar AS memang tidak diikuti oleh menanjaknya harga minyak dunia untuk melewati level resistance satu bulan terakhir yaitu US$80 per barel. Pekan lalu harga minyak stabil di level US$77 per barel atau hampir sama dengan level sepekan sebelumnya di posisi US$76 per barel. Hal ini menunjukkan, bahwa mayoritas pelaku pasar global sepakat bahwa pergerakan harga minyak dunia harus dikendalikan untuk mencegah melemahnya daya beli emerging market.

Harga emas yang berada dalam tren bullish selain akan menambah sentimen positif harga saham Aneka Tambang Tbk yang sepekan kemarin menguat 5,55%, juga menjadi indikator pelemahan dolar AS yang akan berlangsung cukup lama hingga memasuki triwulan I/2010 mendatang. Selain ke bursa komoditas emas, aliran dolar AS juga diperkirakan masih akan bergerak menuju emerging market hingga triwulan I/2010, termasuk ke Indonesia, sehingga rupiah masih berpotensi menguat dari level saat ini Rp9.500/US$ menuju level Rp9.300/US$. Atas dasar itu, pergerakan BISNIS-27 sepekan kemarin berhasil tumbuh 5,91%.

Sepanjang pekan kemarin, saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) membukukan gain tertinggi di antara konstituen BISNIS-27 yaitu 14,69%, diikuti oleh saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) yang naik 13,61%, Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) naik 10,28%, Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik 8,11%, Unilever Indonesia Tbk (UNVR) naik 7,76%, Gudang Garam Tbk (GGRM) naik 7,25%, Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 6,42%, International Nickel Indonesia Tbk (INCO) naik 6,38% dan Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) naik 5,71%.

Dalam jangka pendek, indeks BISNIS-27 berpotensi mengalami koreksi konsolidasi seiring level indeks RSI (Relative Strenght Index) yang telah mencapai posisi 65,03 atau jenuh beli (overbought). Investor harus mewaspadai aksi profit taking jangka pendek pada saham-saham penopang indeks BISNIS-27 seperti PGAS, PTBA, ITMG dan AALI.

Di akhir pekan kemarin, saham ANTM, INCO dan Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) telah mengalami profit taking lebih dulu. Namun, sentimen penguatan harga emas dunia berpotensi dapat membalikkan arah ANTM untuk kembali menguat pada pekan depan (pekan ini).

Kamis, Desember 03, 2009

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 3 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 melanjutkan penguatannya yang terbentuk sejak awal pekan. Kemarin, indeks BISNIS-27 bergerak menguat 0,75% ditutup di level 230,0. Penguatan indeks masih ditopang oleh saham-saham komoditas terutama saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang bergerak positif oleh sentimen pergerakan harga emas yang melewati level US$1.200 per ounce. Saham ANTM naik 4,35% ke level Rp2.400.

Indeks saham regional Asia Pasifik juga tampak bergerak menguat dengan kenaikan di bawah 1% berjalan beriringan dengan penguatan indeks BISNIS-27. Indeks Hang Seng naik 0,8%, indeks Nikkei-225 naik 0,38%, indeks STI Singapura naik 0,92%.

Berlanjutnya tren bullish harga emas memperkuat keyakinan investor bahwa pelemahan dolar AS yang sempat terhenti oleh sentimen negatif gagal bayar obligasi Dubai World di awal pekan ini, masih akan berlanjut hingga melewati akhir tahun ini. Dolar AS yang melemah masih dipandang perlu untuk menopang perdagangan AS. Di sisi lain, pemerintah AS melalui kebijakan suku bunga The Fed tetap berada pada kebijakan suku bunga rendah 0,25% untuk menopang daya beli dalam negeri dan meningkatkan likuiditas.

Dari sisi teknis, motif lindung nilai (hedging) dengan komoditas emas semakin meningkat dengan ekspektasi perbaikan ekonomi global. Ancaman inflasi berpotensi muncul ketika ekonomi mulai mengalami masa overheat setelah melewati masa krisis likuiditas sejak kuartal IV/ 2008 lalu, sehingga meningkatkan transaksi hedging pada komoditas emas. Di sisi lain, harga minyak dunia tetap stabil di level US$77 per barel karena level resistance harga minyak saat ini masih di kisaran US$80 per barel, seiring belum kuatnya daya beli emerging market yang diharapkan menjadi penopang perbaikan ekonomi negara maju.

Bagi saham ANTM, sebagai salah satu emiten produsen emas terbesar di Indonesia, kenaikan harga emas dunia tentu memiliki imbas secara langsung terhadap nilai penjualan emas yang akan berdampak naiknya laba bersih ANTM di 2009 dan 2010 mendatang.

Selain ANTM, emiten lain yang menopang kenaikan indeks BISNIS-27 di antaranya adalah saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) yang bergerak naik 4,86% ke level Rp3.775. Pinjaman senilai US$300 juta yang berhasil didapat dari Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ dan Mizuho Corporate Bank, menjadi sentimen positif saham INCO sejak Selasa sehari sebelumnya. Pinjaman tersebut direncanakan untuk membiayai proyek pembangkit listrik tenaga air di Karebbe, Sulawesi Selatan.

Secara teknis, indeks BISNIS-27 masih berada dalam kondisi masih cukup murah dengan indeks RSI (Relative Strenght Index) di kisaran 50, namun beberapa koreksi teknis karena profit taking mewarnai pergerakan harga beberapa konstituennya seperti Unilever Tbk (UNVR), Astra International Tbk (ASII), dan Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) pada perdagangan kemarin.

Rabu, Desember 02, 2009

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 2 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Di perdagangan hari kedua pekan ini, indeks BISNIS-27 masih menunjukkan tren bullish sejak awal pekan dengan kenaikan melewati 1,5%. Indeks BISNIS-27 ditutup di level 228,29 atau naik 1,51%. Sebanyak 19 saham konstituen BISNIS-27 bergerak naik, 5 saham bergerak melemah, dan tiga saham tidak berubah posisi dari posisi penutupan awal pekan.

Saham komoditas seperti Aneka Tambang Tbk (ANTM), International Nickel Indonesia Tbk (INCO), dan saham konsumsi Unilever Tbk (UNVR) memimpin pergerakan indeks BISNIS-27 dengan membukukan gain yang signifikan. Saham ANTM naik 4,55%, saham INCO naik 4,35%, dan UNVR naik 5,88%.

Faktor koreksi harga emas dunia sebesar 1,68% ke level US$1.179 per ounce dari posisi akhir pekan kemarin sebesar US$1.190 per ounce, memicu investor untuk mengkoleksi saham ANTM dengan ekspektasi rebound harga emas dalam jangka pendek. Ekspektasi tersebut dilandasi pergerakan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang berhasil ditutup menguat 0,34%, begitu juga dengan indeks regional Asia Pasifik seperti yang ditutup positif pada perdagangan Selasa kemarin. Indeks Hang Seng naik 1,34%, indeks Nikkei-225 naik 2,43%, indeks STI Singapura naik 1,42%.

Positifnya kinerja bursa New York dan Asia Pasifik tersebut menjaga optimisme pelaku pasar bahwa dolar AS akan kembali melemah terhadap beberapa mata uang seperti euro, yen, dan juga mata uang emerging market seiring minat investor untuk berinvestasi di tempat yang menjanjikan imbal hasil lebih tinggi serta meninggalkan dolar AS sebagai tempat investasi yang paling aman (safe heaven). Di sisi lain, AS masih membutuhkan nilai dolar AS yang melemah untuk meningkatkan nilai ekspornya. Suku bunga The Fed yang tetap rendah di level 0,25% hingga awal tahun juga akan menambah sentimen pelemahan dolar AS, selain untuk menopang konsumsi dalam negeri AS. Nilai rupiah menguat tipis ke level Rp9.465/US$ pada perdagangan kemarin dari posisi sehari sebelumnya Rp9.475/US$.

Dari dalam negeri, pergerakan positif saham-saham indeks BISNIS-27 ditopang oleh data inflasi November yang mencatat deflasi 0,03% (m-t-m) yang disebabkan penurunan harga di komoditas pokok di antaranya minyak goreng dan telur ayam. Turunnya harga bahan pokok tersebut menjadi indikator daya beli masyarakat yang meningkat. Selain itu, laju inflasi kalender sebesar 2,45% atau tetap terkendali di bawah target pemerintah sebesar 4% untuk inflasi 2009.

Level inflasi yang semakin rendah diharapkan akan membantu menurunkan suku bunga kredit perbankan untuk memacu konsumsi dalam negeri dan juga modal kerja sektor riil, sehingga akan meningkatkan daya beli masyarakat. Saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 2,7%, saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 2,6%, dan saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 2,25%.

Pinjaman senilai US$ 300 juta dari Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ dan Mizuho Corporate Bank, yang berhasil diraih oleh International Nickel Indonesia Tbk menopang kenaikan saham INCO pada perdagangan kemarin. Pinjaman tersebut direncanakan untuk membiayai proyek pembangkit listrik tenaga air di Karebbe, Sulawesi Selatan.

Selasa, Desember 01, 2009

Ulasan Pasar edisi 1 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 di awal pekan bergerak positif ke level 224,88 atau menguat 1,5% dari posisi penutupan akhir pekan lalu, Kamis (26/11). Indeks regional Asia Pasifik memberikan sentimen positif bagi penguatan indeks BISNIS-27 kemarin.

Indeks Hang Seng naik 3,25% dan Nikkei-225 naik 2,91%. Penguatan indeks regional Asia Pasifik tidak terlepas dari kekhawatiran investor global terhadap perkembangan krisis likuiditas dan pemulihan ekonomi global setelah muncul penundaan pembayaran obligasi Dubai World. Dolar AS kembali menguat atau mengalami reversal dari tren depresiasi selama tiga pekan terakhir terhadap yen dan euro.

Rupiah pun sedikit melemah dari posisi Rp9.445 per US$ pada posisi akhir pekan kemarin ke level Rp9.500 per US$ di awal pekan ini. namun, investor tetap memburu emerging market sebagai wilayah investasi yang menguntungkan selain memegang dolar AS. Saham-saham emerging market menjadi instrument hedging investasi jangka panjang saat ini, setelah harga emas yang menjadi primadona hedging dalam tiga pekan terakhir mengalami koreksi profit taking seiring adanya penguatan dolar AS. Harga emas merosot 1,3% ke level US$1.175 per ounce di awal pekan ini.

Faktor teknis berupa harga saham indeks BISNIS-27 yang cukup murah dan memiliki posisi beli setelah koreksi Kamis pekan kemarin sebesar 2,75%, memberikan sentimen beli bagi investor asing yang memang ingin mengalihkan dananya ke emerging market khususnya Indonesia. Pembelian bersih investor asing di Bursa Efek Indonesia kemarin sebesar Rp494 miliar atau tertinggi dalam tiga pekan terakhir.

Beberapa saham indeks BISNIS-27 yang membukukan gain kemarin di antaranya Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sebesar 5,51%, saham Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 4,38%, saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) sebesar 4,11%, saham Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar 2,86%.