Selasa, Desember 22, 2009

Ulasan Indeks BISNIS-27 sepekan edisi 21 Desember 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pergerakan indeks BISNIS-27 selama sepekan kemarin diwarnai oleh aksi koreksi dan lepas saham oleh investor baik lokal maupun asing, untuk memenuhi kebutuhan liburan akhir tahun yang cukup panjang. Perdagangan di Bursa Efek Indonesia sangat minim sentimen positif, namun sebaliknya cukup banyak sentimen negatif yang menghampiri bursa.

Selama sepekan, indeks BISNIS-27 mencatat kenaikan tipis sebesar 0,26% ditutup di level 235,56 pada Kamis (17/12).

Sentimen negatif berlarutnya kasus Bank Century yang melibatkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (Ibu Ani) mendapat perhatian cukup besar dari investor. Mereka sangat menaruh harapan yang cukup tinggi kepada Ibu Ani selaku menteri keuangan untuk mengawal perekonomian Indonesia melewati krisis likuiditas global yang dimulai sejak kuartal terakhir 2008.

Kinerja ekonomi Indonesia sepanjang 2009 ini menjadi bukti kapabilitas Ibu Ani untuk meningkat kinerja perekonomian yang ditandai dengan laju inflasi dan BI rate yang menurun dan terkendali sejak awal tahun. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga membukukan penguatan yang sangat signifikan sepanjang tahun ini.

Dari luar negeri, harga minyak dunia yang merosot ke bawah level US$70 per barel dan harga emas dunia yang sulit menembus level US$1.200 per ounce dalam dua pekan terakhir dan berpotensi besar untuk tidak mencapai target US$1.500 per ounce, seperti yang banyak diperkirakan sebelumnya oleh para pelaku pasar, mendorong investor untuk merealisasikan portofolio mereka di Bursa Efek Indonesia. Lonjakan indeks BISNIS-27 selama dua bulan terakhir memang berbanding lurus dengan lonjakan harga emas dunia yang terutama ditopang oleh saham-saham pertambangan dan energi.

Sebelumnya, kenaikan harga emas dunia dilihat sebagai tindakan lindung nilai (hedging) investor komoditas emas yang sekaligus untuk mengantisipasi perbaikan dan pertumbuhan ekonomi global 2010. Selain itu, tindakan bank sentral China dan India yang membeli emas dalam jumlah besar, memicu tindakan mengkoleksi kontrak emas di kalangan pelaku pasar bursa komoditas.

Namun, proyeksi The Fed yang akan meninggalkan kebijakan suku bunga rendahnya pada Agustus 2010, dinilai cukup lama dan menyisakan ketidakpastian perbaikan ekonomi AS, sehingga mereka memilih untuk mengamankan likuiditas dan melepas kontrak emas serta portofolio saham di emerging market termasuk Indonesia. Dolar AS menguat terhadap euro dan yen, serta rupiah di dalam negeri ikut tertekan dalan sepekan kemarin.

Kinerja indeks BISNIS-27 akan bergerak rebound di awal 2010 yang ditopang oleh kinerja emiten sepanjang 2009 dan tren investasi jangka panjang di bursa komoditas seperti minyak, batu bara, CPO, dan emas.

Tidak ada komentar: