Senin, Februari 22, 2010

Ulasan Sepekan Indeks BISNIS-27 edisi 22 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Selama sepekan kemarin, indeks BISNIS-27 bergerak menguat 1,07% ditutup di level 235,75 pada Jumat (19/2). Di awal pekan, indeks tercatat melemah tipis 0,86% dan kembali menguat dengan signifikan pada perdagangan hari kedua dan ketiga yaitu masing-masing sebesar 1,86% dan 1,04%. Indeks kembali melemah pada perdagangan Kamis dan Jumat, yaitu sebesar 0,84% dan 0,11%

Beberapa faktor penguat indeks pada pekan kemarin di antaranya adalah penguatan harga komoditas indung nilai seperti emas dan minyak. Pergerakan harga emas dunia berhasil menembus level US$1.100 per ounce ditutup di level US$1.116 per ounce pada perdagangan Selasa. Begitu juga dengan harga minyak dunia yang menguat menuju level US$75 per barel. Investor asing mencoba masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dan membeli saham-saham pertambangan mengikuti kenaikan harga minyak dan emas tersebut. Mereka juga mengasumsikan bahwa dampak negatif krisis surat utang eropa telah terefleksikan pada koreksi harga saham di pekan sebelumnya. Rupiah pun mengalami apresiasi cukup cepat ke level Rp9.325 per US$ pada Selasa sore.

Dari dalam negeri, investor menyambut positif optimisme pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi 2010 yang akan berada di level 5,5%, serta jaminan dari Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi yang menyebutkan bahwa pemerintah akan menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Penataan Ruang yang akan lebih rinci menjelaskan kawasan yang temasuk hutan lindung dan kawasan yang boleh digunakan untuk operasi tambang batu bara.

Pada pertengahan pekan, penguatan indeks masih dipengaruhi faktor pergerakan harga minyak dunia. Harga minyak dunia melonjak ke level US$77 per barel akibat ketegangan program nuklir Iran. Investor mengkhawatirkan ketegangan antara Amerika Serikat dengan Iran mengenai program nuklir tersebut akan berdampak terganggunya distribusi minyak dunia.

Di akhir pekan, Amerika Serikat menaikkan tingkat suku bunga diskontonya (suku bunga The Fed)sebesar 25 basis poin (bps) ke level 0,75%, meningkatkan apresiasi pada dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk mata uang emerging market seperti rupiah. Dalam dua hari terakhir menjelang akhir pekan, rupiah melemah 0,65% dari level Rp9.280/US$ pada Rabu, ke level Rp9.340/US$ pada Jumat. Tekanan pada rupiah tersebut mendorong aksi jual jangka pendek (profit taking) investor asing di Bursa Efek Indonesia.

Selain rupiah, di akhir pekan kemarin dolar Hong Kong turun 0,02% dan dolar Singapura terdepresiasi 0,32%%. Indeks saham kedua negara tesebut juga melemah, indeks Hang Seng turun 2,59% dan indeks STI Singapura terkoreksi 0,44%. Melemahnya kedua indeks tersebut menambah sentimen negatif pada indeks BISNIS-27 di akhir pekan.

Jumat, Februari 19, 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 18 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 kembali menguat pada penutupan perdagangan hari ketiga pekan ini, indeks BISNIS-27 naik sebesar 1,04% ditutup di level 238,01. Penguatan indeks didominasi oleh saham sektor pertambangan dan energi serta saham perbankan.

Beberapa faktor penguatan indeks BISNIS-27 di antaranya adalah melonjaknya harga minyak dunia ke level US$77 per barel akibat ketegangan program nuklir Iran. Investor mengkhawatirkan ketegangan antara Amerika Serikat dengan Iran mengenai program nuklir tersebut akan berdampak terganggunya distribusi minyak dunia. Di sisi lain, dari krisis surat utang Yunani, pihak Uni Eropa menambah tekanan pada Yunani untuk segera mengatasi krisis tersebut.

Tindakan pihak Uni Eropa tersebut disambut baik oleh pelaku pasar dengan memburu euro dan meninggalkan dolar AS yang sejak pekan lalu digenggam oleh pelaku pasar dengan motif sebagai instrumen safe heaven.

Kekhawatiran investor atas berlanjutnya krisis nuklir di Iran serta ditambah dengan dolar AS yang melemah terhadap euro memicu aksi beli di bursa kontrak minyak dunia dan mendongkrak harga minyak dunia ke level US$77 per barel kemarin.

Selain harga minyak dunia, harga emas juga bergerak positif ke level US$1.118 per ounce.

Naiknya harga minyak dan emas dunia berimbas pada perdagangan saham sektor pertambangan dan energi dalam negeri, terutama saham batu bara dan saham emiten logam mulia. Saham Indika Energy Tbk (INDY) melonjak 5,49%, saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 1,45%, saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 1,19%, saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) naik 2,67%.

Dari sektor perbankan, saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,69%, saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 2,67%, dan saham Bank Danamon Tbk (BDMN) bergerak positif 2,06%. Investor optimis dengan laporan keuangan 2009 para emiten perbankan tersebut, yang akan dipublikasikan hingga akhir Maret mendatang. Selain itu, sentimen positif saham perbankan juga dipicu oleh pergerakan rupiah yang melanjutkan apresiasi terhadap dolar AS ke level Rp9.280/US$ atau menguat 0,43% dari posisi penutupan Selasa sebelumnya yang ditutup di level Rp9.320/US$.
Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 17 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 bergerak menguat sebesar 1,86% pada perdagangan hari kedua pekan ini ditutup di level 235,56. Penguatan indeks didominasi oleh saham sektor pertambangan dan energi terutama saham batu bara.

Beberapa faktor penguat indeks di antaranya yaitu pergerakan harga emas dunia yang berhasil menembus level US$1.100 per ounce ditutup di level US$1.116 per ounce pada perdagangan kemarin. Begitu juga dengan harga minyak dunia yang menguat menuju level US$75 per barel. Harga minyak dunia kemarin ditutup di level US$74,94 per barel.

Investor asing mencoba masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dan membeli saham-saham pertambangan mengikuti kenaikan harga minyak dan emas tersebut. Mereka juga mengasumsikan bahwa dampak negatif krisis surat utang eropa telah terefleksikan pada koreksi harga saham di pekan lalu. Oleh karena itu, minimnya berita negatif ekonomi global saat ini memicu keberanian mereka untuk melepas dolar AS dan masuk ke emerging market seperti Indonesia. Rupiah mengalami apresiasi cukup cepat ke level Rp9.325 per US$ pada sore kemarin, sedangkan di sesi I atau siang rupiah masih berada di level Rp9.400 per US$.

Dari dalam negeri, investor menyambut positif optimisme pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi 2010 yang akan berada di level 5,5%, serta jaminan dari Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi yang menyebutkan bahwa pemerintah akan menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Penataan Ruang yang akan lebih rinci menjelaskan kawasan yang temasuk hutan lindung dan kawasan yang boleh digunakan untuk operasi tambang batu bara.

Saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menguat 1,47%, saham Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 1,64%, saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 2,53%, saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) naik 4,9%, saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 5%, saham Indika Energy Tbk (INDY) naik 2,25%.

Selasa, Februari 16, 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 16 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Di awal pekan, indeks BISNIS-27 bergerak melemah sebesar 0,86% ditutup di level 231,27. Pergerakan indeks yang melemah sejalan dengan perdagangan Bursa Efek Indonesia yang masih diselimuti libur Imlek. Perdagangan indeks BISNIS-27 mencatat frekuensi transaksi hanya sebesar 9.552 kali atau terendah sejak indeks diluncurkan pertama kali pada Januari 2009 lalu.

Koreksi indeks didominasi oleh penurunan harga saham sektor pertambangan dan energi serta infrastruktur. Saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun 0,97%, saham Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 0,54%, saham Bayan Resources Tbk (BYAN) turun 1,75%, saham Indika Energy Tbk (INDY) turun 3,26%, saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) turun 1,37% dan saham Jasa Marga Tbk (JSMR) turun 1,14%.

Selain minimnya transaksi karena libur Imlek, tekanan koreksi pada saham batu bara dipicu oleh kisruh ijin sewa lahan yang tidak kunjung ditandatangani (diperpanjang) oleh pejabat kementerian Kehutanan yang merujuk pada UU nomor 26 tahun 2007 tentang tata ruang yang menyebutkan bahwa lahan hutan tidak boleh dimanfaatkan untuk selain hutan. Oleh karena itu, perusahaan batubara yang berproduksi di hutan semuanya terancam berhenti tahun ini.

Saat ini penghentian operasi sudah terjadi pada pertambangan batu bara milik ITMG di Jorong yang memasok batubara untuk PLTU asam-asam dan PLTU Cilacap Jawa Tengah.

Dari sektor infrastruktur khususnya sektor gas, krisis pasokan gas sebesar 297 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) yang dialami Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menjadi sentimen negatif saham PGAS. Kekurangan pasokan gas PGN salah satunya karena tidak diperpanjangnya kontrak pasokan gas dari lapangan Pertamina Offshore North West Java (ONWJ) dengan volume 65 MMSCFD.

Pengaruh dari luar negeri, pergerakan indeks BISNIS-27 yang melemah pada Senin kemarin dipengaruhi oleh posisi penutupan indeks DJIA yang ditutup melemah 0,44% pada perdagangan Jumat (12/2) waktu setempat. Indeks BISNIS-27 juga mengikuti pergerakan indeks Nikkei-225 pada perdagangan Senin kemarin yang ditutup melemah 0,78%. Bursa saham Hongkong dan Singapura untuk sementara libur terkait perayaan Imlek.

Senin, Februari 15, 2010

Ulasan Sepekan Indeks BISNIS-27 edisi 15 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Selama sepekan kemarin indeks BISNIS-27 berhasil menguat 1,29% ditutup di level 233,26 pada Jumat (12/2). Penguatan indeks didominasi oleh pola selective buying investor dengan memburu saham-saham konstituen BISNIS-27 yang telah oversold.

Di awal pekan, indeks sempat melemah 1,87% melanjutkan tren bearish pekan sebelumnya. Investor saat itu cukup pesimis dengan pemulihan harga minyak dunia serta perkembangan perbaikan ekonomi global yang dinilai masih jauh dari harapan. Pemicu utamanya adalah Krisis surat utang yang melanda beberapa negara zona euro seperti Yunani, Spanyol, dan Portugal, serta berdampak menguatnya dolar AS terhadap euro.

Penguatan dolar AS tersebut memicu aksi jual terhadap kontrak harga minyak dunia, sehingga harga minyak dunia melemah ke level US$71 per barel. Saham sektor pertambangan dan energi di dalam negeri terperosok oleh sentimen negatif itu.

Koreksi indeks kembali terjadi pada perdagangan Rabu (10/2), meskipun pada Selasa sebelumnya bergerak menguat 0,84%. Namun, koreksi indeks pada Rabu hanya tipis yaitu sebesar 0,12% yang dipengaruhi aksi profit taking jangka pendek para investor risk averse.

Indeks kemudian bergerak menguat pada perdagangan Kamis dan Jumat yang ditopang oleh faktor akumulasi beli investor terhadap saham-saham yang oversold oleh tren koreksi dua pekan sebelumnya.

Selain itu, sentimen penguatan indeks juga dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang naik menyentuh level US$74 per barel yang diikuti oleh kenaikan berbagai harga komoditas logam di pasar dunia. Indeks regional Asia Pasifik seperti indeks Hang Seng, Nikkei-225 dan STI Singapura juga mengalami pergerakan positif.

Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,5 persen selama 2009, mendapat respon positif investor bursa saham. Selain itu, pemerintah pun masih mematok pertumbuhan ekonomi 2010 sebesar 5,5% meskipun banyak kalangan yang optimis akan tercapai lebih dari angka itu.

Hal ini menunjukkan sikap kehati-hatian (prudent) pemerintah dalam memberikan arahan pertumbuhan ekonomi bagi pelaku pasar, sehingga risiko penilaian harga saham yang terlalu tinggi (overvalued) dapat dihindari.

Jumat, Februari 12, 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 12 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 menguat signifikan pada perdagangan Kamis kemarin sebesar 1,38% ditutup di level 230,73. Penguatan indeks ditopang oleh kenaikan harga saham sektor pertambangan dan energi serta saham sektor perbankan dan infrastruktur.

Faktor harga saham yang cukup murah oleh tren koreksi indeks dalam dua pekan terakhir mendorong investor untuk mengakumulasi saham dengan selective buying. Sentimen negatif yang sempat menjadi penyebab koreksi bursa dalam beberapa hari terakhir diasumsikan sudah terealisasi dengan koreksi indeks ke level 227,6 pada perdagangan Rabu (10/2).

Sentimen negatif tersebut terutama yang berasal dari krisis surat utang negara zona euro yaitu Yunani, Spanyol, dan Portugal yang mengakibatkan naiknya permintaan terhadap dolar AS sebagai mata uang yang safe heaven, namun dampak kelanjutannya adalah melemahnya harga minyak dunia ke level US$71 per US$ atau terendah dalam tahun ini karena doalr AS yang mengalami apresiasi tersebut.

Harga minyak dunia pada perdagangan Kamis kemarin menyentuh level US$74 per barel serta diikuti oleh kenaikan berbagai harga komoditas logam di pasar dunia. Indeks regional Asia Pasifik juga mengalami pergerakan positif. Indeks Hang Seng naik 1,85%, indeks Nikkei-225 menguat 0,31%, dan indeks STI Singapura bergerak positif sebesar 0,7%.

Beberapa sentimen positif tersebut menopang penguatan indeks BISNIS-27.

Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,5 persen selama 2009, mendapat respon positif investor bursa saham. Selain itu, pemerintah pun masih mematok pertumbuhan ekonomi 2010 sebesar 5,5% meskipun banyak kalangan yang optimis akan tercapai lebih dari angka itu. Hal ini menunjukkan sikap kehati-hatian pemerintah dalam memberikan arahan pertumbuhan ekonomi bagi pelaku pasar, sehingga risiko penilaian harga saham yang terlalu tinggi (overvalued) dapat dihindari.

Saham Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik 3,27% ke level Rp23.700, saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) naik 4,29% ke level Rp3.650, saham Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 1,12% ke level Rp1.810, saham Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) naik 2,34% ke level Rp8.750, saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) naik 1,4% ke level Rp3.625, saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 2,1% ke level Rp7.300, saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 1,65% ke level Rp4.625, saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,15% ke level Rp4.400, dan saham Bank Danamon Tbk (BDMN) menguat 2,67% ke level Rp4.800.
Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 11 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 kembali terkoreksi pada perdagangan Rabu sebesar 0,12% ke level 227,6 tertekan oleh aksi ambil untung investor jangka pendek yang masih mengkhawatirkan kondisi ekonomi global. Recall Honda yang berlanjut di pasar AS menjadi sentimen negatif bagi investor lokal.

Koreksi didominasi oleh saham-saham agribisnis, infrastruktur dan perbankan yang mengalami pada rebound sehari sebelumnya. Rupiah sedikit menguat ke level Rp9.360 per US$ namun tidak membantu menahan koreksi di sektor-sektor tersebut.

Kebijakan pemerintah yang akan mengambil asumsi PDB 2009 menjadi acuan pertumbuhan ekonomi 2010, dinilai kurang tepat oleh pelaku pasar mengingat potensi inflasi yang menguat tahun ini serta yag lebih mengancam adalah masalah perdagangan bebas antara China dan ASEAN yang berpotensi memukul daya beli masyarakat domestik.

Daya beli domestik yang melemah ditambah dengan potensi BI rate yang akan dinaikkan pada tahun ini darilevel saat ini 6,5%, akan meningkatkan NPL (Non Performing Loan) perbankan.

Kekhawatiran melemahnya daya beli domestik tersebut yang memicu koreksi pada saham-saham di sektor perbankan dan infrastruktur serta agribisnis.

Saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah 1,38%, saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 1,09%, dan saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) melemah sebesar 0,69%.
Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 10 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 akhirnya bergerak rebound pada perdagangan Selasa kemarin oleh faktor harga saham yang telah oversold. Indeks ditutup di level 227,87 menguat 0,87% dari posisi penutupan awal pekan ini.

Penguatan indeks BISNIS-27 ditopang oleh aksi beli investor domestik yang membeli saham di saat kondisi harga yang cukup murah. Dari sentimen luar negeri, adanya spekulasi penanganan krisis surat utang Yunani mendapat respon positif dari investor di bursa regional Asia Pasifik, indeks Hang Seng menguat 1,22% dan indeks STI Singapura naik 1,91% memberikan sentimen positif untuk perdagangan saham indeks BISNIS-27.

Harga minyak dunia juga bergerak menguat tipis ke level US$72,19 per barel, setelah kemarin melemah ke level US$71 per barel.

Beberapa saham yang diminati investor pada perdagangan kemarin di antaranya saham sektor perbankan dan industri dasar. Saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,16% dan saham Bank Negara Indonesia TBK (BBNI) menguat 2,25%. Kedua saham bank tersebut bergerak positif dipengaruhi rencana divestasi saham pemerintah di kedua bank plat merah tersebut.

Saham bank lainnya yang menguat adalah saham Bank Danamon Tbk (BDMN) sebesar 2,29% dan saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 1,66%. Dari sektor industri dasar, saham Semen Gresik Tbk (SMGR) naik 3,31% dan saham Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) menguat 2,7%.

Investor tampak masih ragu-ragu atau memilih wait and see terhadap saham pertambangan khususnya batu bara dan emiten logam, yang pergerakannya sangat sensitif dengan harga minyak dunia, perkembangan ekonomi global dan pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia seperti euro dan yen. Saat ini, seiring munculnya krisis surat utang di negara zona euro yaitu Yunani, Spanyol, dan Portugal, dolar AS menguat atas euro. Dampaknya adalah harga minyak mengalami koreksi akibat tekanan jual seiring penguatan dolar AS tersebut.

Saham Adaro Energy Tbk (ADRO) masih tertekan 0,54% dan saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun 1,52% dan saham Bayan Resources Tbk (BYAN) terkoreksi sebesar 0,88%.
Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 9 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 terpuruk ke level terendahnya sejak awal tahun ini dipicu aksi jual oleh motif cut loss investor di hampir seluruh konstituen BISNIS-27. Indeks BISNIS-27 ditutup di level 225,98 melemah 1,87% dari posisi penutupan akhir pekan lalu.

Saham pertambangan dan energi mendominasi koreksi indeks BISNIS-27 yang ditekan aksi jual investor asing seiring level rupiah yang melanjutkan depresiasi terhadap dolar AS ke level Rp9.410 per US$. Dari luar negeri, harga minyak dunia juga masih sulit naik dari level US$71 per barel, sehingga menambah sentimen negatif bagi saham pertambangan dan energi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Indeks BISNIS-27 tertekan oleh pesimisme investor terhadap pemulihan harga minyak dunia dan perkembangan perbaikan ekonomi global yang dinilai masih jauh dari harapan. Krisis surat utang yang melanda beberapa negara zona euro seperti Yunani, Spanyol, dan Portugal, memperkuat posisi dolar AS terhadap euro. Penguatan dolar AS tersebut memicu aksi jual terhadap kontrak harga minyak dunia, sehingga harga minyak dunia melemah ke level US$71 per barel. Harga batubara di Newcastle Australia pun anjlok 6,8% ke level US$ 91,83 per ton.

Melemahnya harga minyak dunia dan aksi jual secara signifikan yang dilakukan oleh investor asing disebakan karena mereka memilih untuk memegang dolar AS, membuat harga saham pertambangan dan energi para konstituen BISNIS-27 semakin terperosok. Motif cut loss dan adanya transaksi marjin memicu aksi jual investor atas saham-saham selain pertambangan dan energi seperti saham perbankan, infrastruktur dan konsumsi.

Namun, menjelang penutupan sesi II perdagangan Senin kemarin, beberapa saham pertambangan seperti Bayan Resources Tbk (BYAN) dan International Nickel Indonesia Tbk (INCO) bergerak menguat. Investor tampak mulai kembali masuk ke bursa seiring harga saham dan posisi indeks BISNIS-27 yang berada di posisi oversold.

Senin, Februari 08, 2010

Ulasan Sepekan Indeks BISNIS-27 edisi 8 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pekan kemarin menjadi pekan koreksi paling dalam bagi indeks BISNIS-27 sejak awal tahun ini. indeks terkoreksi 4,36% mengkonfirmasi tren bearish yang terbentuk sejak pekan ketiga Januari lalu. Sektor pertambangan dan perbankan menjadi penekan utama indeks BISNIS-27 selama sepekan kemarin.

Di awal pekan, sentimen koreksi dipicu oleh kebijakan China yang akan memperketat penyaluran kredit perbankannya dengan menaikkan GWM (GIro Wajib Minimum) agar ekonomi negara tersebut terhindar dari overheating. Selain itu, investor juga mengkhawatirkan dampak perdagangan bebas China-ASEAN bagi ekonomi domestic yang akan merugikan atau menurunkan daya beli masyarakat menengah-bawah dengan kegiatan ekonomi di sektor informal. Sejak Senin hingga Selasa, indeks terkoreksi sebesar 1,47%

Di perdagangan hari ketiga, Rabu (3/2), investor kembali masuk dengan memburu saham-saham pertambangan setelah tersiar kabar Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan mengakuisisi tambang batu bara bersaing dengan Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Timah Tbk (TINS).

Menjelang akhir pekan, indeks kembali terkoreksi dipicu oleh sentimen negatif pergerakan indeks DJIA dan indeks regional Asia Pasifik. Pada penutupan Kamis (4/2), indeks terkoreksi sebesar 0,57%.

Koreksi indeks yang sangat signifikan terjadi pada perdagangan Jumat pekan kemarin, indeks BISNIS-27 terkoreksi sebesar 3,11% yang dipengaruhi oleh panic selling investor. Penjualan besar-besaran tersebut dipicu oleh penguatan dolar AS yang diprediksi akan menekan harga emas dan minyak.

Penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang kuat dunia terutama terhadap euro disebabkan karena investor mengkhawatirkan krisis surat utang Yunani, Spanyol, dan Portugal, sehingga investor cenderung memilih dolar AS sebagai “save heaven”. Keputusan investor tersebut akan menekan harga komoditas minyak dan emas yang selama ini menguat karena dolar AS yang melemah serta motif hedging investor.

Akibat aksi jual Jumat kemarin, posisi rupiah semakin terdepresiasi ke level Rp9.410 per US$.

Jumat, Februari 05, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 5 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 kembali terkoreksi sebesar 0,57% ditutup di level 237,69 pada perdagangan Kamis kemarin. Pelemahan indeks didominasi oleh koreksi saham infrastruktur dan perbankan.

Tekanan jual pada indeks BISNIS-27 dipengaruhi oleh indeks Dow Jones (DJIA) yang mengalami koreksi sebesar 0,26% pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat. Koreksi pada indeks DJIA kemudian diikuti oleh koreksi pada indeks regional Asia Pasifik.

Indeks Nikkei-225 turun 0,46%, indeks STI Singapura melemah 0,72% dan indeks Hang Seng terkoreksi 1,84%.

Dari sektor perbankan, saham Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 2,09%, saham Bank Danamon Tbk (BDMN) melemah 2,07%, saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terkoreksi 1,99% dan saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 1,07%.

Sedangkan dari sektor infrastruktur, saham Indosat Tbk (ISAT) turun 2,8%, saham Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) terkoreksi 1,07% dan saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) melemah 0,67%.

koreksi saham infrastruktur dan perbankan lebih disebabkan aksi ambil untung jangka pendek (profit taking) investor yang dipengaruhi oleh pergerakan negatif bursa regional. Selain itu, investor cenderung melepas saham-saham yang berbasis daya beli dan apresiasi rupiah karena ruang penguatan rupiah diprediksi akan semakin kecil dari level Rp9.300 per US$ hingga akhir triwulan I/2010.

Secara fundamental, saham PGAS masih menyimpan sentimen positif setelah membukukan kenaikan laba bersih sebesar 688,81% di tahun 2009 yang didorong oleh peningkatan signifikan produksi gas. Selain itu, PGAS juga sedang menyusun rencana untuk mengakuisisi beberapa tambang gas dengan menyiapkan dana sebesar Rp3,4triliun.

Kamis, Februari 04, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 4 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks kembali mencetak rebound pada perdagangan Rabu kemarin (3/2) sebesar 0,75% menutup koreksi tiga hari terakhir penutupan indeks sejak akhir pekan lalu. Indeks ditutup di level 239,04 ditopang oleh saham-saham pertambangan.

Rencana aksi korporasi Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang ingin mengakuisisi pertambangan batu bara bersaing dengan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Timah Tbk (TINS), mendongkrak saham ANTM ke level Rp2.100 per saham atau naik 2,44% dari posisi penutupan sehari sebelumnya. Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) bergerak naik ke level Rp16.900 atau naik 2,42%.

Rencana ANTM tersebut memberikan sentimen positif di sektor pertambangan dan energi yang juga di pengaruhi faktor oversold dalam koreksi tiga hari sebelumnya menjadikan saham-saham pertambangan berposisi buy. Selain itu, kenaikan saham-saham pertambangan dan energi terkait harga minyak dunia yang bergerak positif ke level US$77,9 per barel dan harga emas dunia yang mencapai level US$1.121 per ounce.

Penopang indeks BISNIS-27 juga berasal dari sektor infrastruktur dan juga perbankan. Saham Indosat Tbk (ISAT) menguat 2,88% ke level Rp5.350, saham Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) menguat 0,54% ke posisi Rp9.350 dan saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menguat 0,68% ke level Rp3.725 per saham. Naiknya saham infrastruktur ditopang oleh faktor harga yang cukup murah oleh tren koreksi sejak pekan ketiga Januari lalu.

Saham-saham perbankan yang bergerak naik di antaranya saham Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) sebesar 2,6% ke level Rp790 per saham dan saham Bank Danamon Tbk (BDMN) sebesar 2,12% ke level Rp4.825 per saham. Saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik tipis sebesar 0,54% ke level Rp4.675 per saham.

Minat beli investor terkerek oleh sentimen positif indeks Dow Jones (DJIA) yang ditutup menguat 1,09% yang ditopang oleh penjualan rumah di AS yang menunjukkan kinerja positif. Posisi penutupan indeks DJIA Selasa waktu setempat dikuti juga dengan pergerakan positif indeks regional Asia Pasifik. Indeks Hang Seng naik 2,22%, indeks STI Singapura naik 1,62% dan indeks Nikkei-225 menguat 0,32%.

Rabu, Februari 03, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 3 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 ditutup melemah tipis pada perdagangan hari kedua pekan ini. Indeks ditutup di level 237,25 melemah 0,11% dari posisi penutupan Senin kemarin. Tekanan indeks berasal dari saham-saham infrastruktur dan perbankan yang dipicu oleh laju inflasi yang menguat Januari kemarin sebesar 0,84% dan nilai rupiah yang belum mengindikasikan tren penguatan dari level Rp9.300 per US$.

Investor mengkhawatirkan dampak perdagangan bebas antara ASEAN dengan China yang akan memukul industri dalam negeri Indonesia, yang lebih lanjut akan meningkatkan angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan menaikkan jumlah pengangguran. Daya beli masyarakat akan terancam melemah dan menaikkan NPL (Non Performing Loan) perbankan karena turunnya kegiatan produksi dan kemampuan perusahaan dalam negeri untuk menghasilkan keuntungan.

Saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) melemah 0,53%, saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 1,55%, dan saham Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) melemah 1,28%. Saham Indosat Tbk (ISAT) melemah 3,7% dan saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) bergerak melemah sebesar 0,67%.

Di sisi lain, saham pertambangan batu bara mulai bergerak menguat seperti saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang mulai rebound sebesar 0,64% dan saham Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar 0,54%. Harga minyak dunia mulai bergerak menguat menembus level US$75 per barel dan harga emas dunia berhasil menembus level US$1.100 per ounce.

Investor juga mendapat sentimen positif dari indeks Dow Jones (DJIA) yang ditutup menguat 1,17% pada perdagangan awal pekan waktu setempat. Kenaikan indeks DJIA kemudian direspon positif oleh indeks regional Asia Pasifik seperti indeks Nikkei-225 yang menguat 1,63% dan indeks Hang Seng yang menguat 0,14%.

Selasa, Februari 02, 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 2 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Indeks BISNIS-27 bergerak melemah di perdagangan awal pekan ini sekaligus mengawali perdagangan Februari ini. Indeks BISNIS-27 pada Senin kemarin ditutup kembali terkoreksi di level 237,51 atau melemah 1,36% dibandingkan dengan posisi penutupan akhir pekan lalu. Tekanan pada indeks didominasi oleh koreksi pada saham pertambangan dan perbankan.

Saham Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 2,12%, Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun 2,35%, International Nickel Indonesia Tbk (INCO) turun 2,1%, saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 2,91%. Dari sektor perbankan, saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 3%, saham Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) turun 2,5%, saham Bank Danamon Tbk (BDMN) turun 4,21%, dan saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 1,31%.

Saham pertambangan batu bara dan logam mulia termasuk nickel tertekan oleh minimnya sentimen positif yang dapat memberikan sinyal perbaikan ekonomi dunia. Harga minyak masih tidak beranjak di level US$73 per barel sejak akhir pekan lalu. Koreksi indeks DJIA pada penutupan perdagangan akhir pekan waktu setempat memicu aksi jual investor asing atas saham pertambangan di Bursa Efek Indonesia khususnya yang menjadi konstituen BISNIS-27. Indeks DJIA ditutup melemah 0,52% di level 10.067,33.

Investor juga masih mengkhawatirkan dampak pengetatan moneter China serta defisit AS yang diperkirakan akan mencapai US$1,6 miliar pada 2010. Sentimen negatif lainnya berasal dari sejumlah produsen otomotif dunia yang melakukan penarikan produk secara massal.

Koreksi pada sektor perbankan dipicu oleh kenaikan laju inflasi Januari sebesar 0,84% yang menjadikan inflasi tahunan (yoy) sebesar 3,72%. Naiknya laju inflasi di awal tahun ini, dikhawatirkan akan menaikkan level BI rate dari level sekarang yaitu 6,5%, yang telah bertahan sejak pertengahan kuartal III/2009 lalu atau enam bulan terakhir.

Senin, Februari 01, 2010

Ulasan Sepekan Indeks BISNIS-27 edisi 1 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Indeks BISNIS-27 akhirnya ditutup menguat tipis di akhir pekan kemarin sebesar 0,01% dibandingkan penguatan akhir pekan sebelumnya. Indeks BISNIS-27 ditutup di level 240,78 pada Jumat (29/1) sekaligus sebagai posisi akhir Januari 2010. Selama perdagangan bulan pertama 2010, indeks BISNIS-27 berhasil menguat 2,13% dari posisi penutupan akhir 2009 yaitu 235,75.

Selama sepekan terakhir, indeks mengalami banyak tekanan dan tercatat selama tiga hari pertama yaitu Senin hingga Rabu, indeks terkoreksi 1,97%. Pada Kamis, indeks mengalami rebound 2,31%, namun kembali terkoreksi pada Jumat sebesar 0,28%.

Koreksi indeks didominasi oleh saham-saham komoditas terutama pertambangan batu bara yang disebabkan ekspektasi pelambatan pertumbuhan harga minyak dunia akan berlanjut hingga semester II/2010. Hal tersebut dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi global terutama dari Amerika Serikat dan China. Kebijakan China yang membatasi penyaluran kredit perbankan melalui kenaikan GWM (Giro Wajib Minimum) pekan sebelumnya masih memberikan pengaruh negatif bagi perdagangan pekan kemarin. Harga minyak dunia tertekan ke level US$73 per barel akibat ekspektasi permintaan energi yang melambat di China.

Pengetatan likuiditas seiring dengan rencana Presiden AS Barrack Obama pekan sebelumnya untuk membatasi kegiatan pembelian asset dan saham oleh industri perbankan masih direspon negatif oleh pelaku pasar. Likuiditas ke bursa saham akan menyusut, sehingga akan mengurangi frekuensi perdagangan di New York Stock Exchange (NYSE) dan bursa global. Pekan kemarin, laporan keuangan beberapa perusahaan teknologi di AS seperti Motorola dan Qualcomm melaporkan kinerja yang negatif pada kuartal IV/2009 dan menambah tekanan pada indeks DJIA.

Sepanjang pekan kemarin, investor cenderung untuk keluar dari Bursa Efek Indonesia (BEI) sejenak dengan mangambil posisi wait and see terhadap faktor perkembangan ekonomi global. Harga minyak dunia yang masih sulit bergerak dari US$73 per barel dan harga emas dunia yang masih stabil di bawah level US$1.100 per ounce belum menggerakan minat investor untuk kembali masuk ke bursa saham.

Di sisi lain, investor di BEI lebih memilih untuk mengkoleksi saham-saham yang didukung oleh kekuatan daya beli dalam negeri seperti Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM ) dan saham perbankan seperti bank Central Asia Tbk (BBCA) serta Bank CIMB-Niaga Tbk (BNGA). Faktor kestabilan rupiah yang didukung oleh intervensi Bank Indonesia ketika rupiah mengalami depresiasi pada pekan kemarin karena aksi jual investor asing, menjaga optimisme investor terhadap kestabilan rupiah terhadap dolar AS di level Rp9.300 per US$ hingga akhir kuartal I/2010. Oleh karena itu, ancaman imported inflation akan berkurang dan laju inflasi akan tetap rendah. Investor pun optimis bahwa BI rate akan terjaga di level 6,5% untuk Februari mendatang, sehingga saham-saham perbankan bergerak menguat pada pekan kemarin untuk mengantisipasi posisi BI rate tersebut.