Senin, Agustus 31, 2009

Indeks BISNIS-27 Sepekan

Indeks BISNIS-27 bergerak menguat 2,17% selama pekan kemarin atau pekan terakhir di bulan Agustus ditutup di level 213,41 pada Jumat (28/8).

Beberapa faktor mewarnai pergerakan indeks BISNIS-27 dalam sepekan di antaranya rencana kebijakan Bank Indonesia dengan industri perbankan nasional untuk menurunkan secara serentak suku bunga deposito atau biaya dana pihak ketiga para deposan besar menjadi sebesar maksimal 150bps di atas suku bunga acuan BI rate atau saat ini menjadi 8%. Kebijakan tersebut diharapkan akan menurunkan suku bunga kredit perbankan dan sekaligus meningkatkan permintaan kredit dari masyarakat, di samping akan meningkatkan net interest margin (NIM) perbankan.

Sentimen penurunan suku bunga mendongkrak saham-saham yang berkorelasi positif dengan daya beli seperti saham otomotif Astra Internasional (ASII), saham semen dan saham properti. Suku bunga kredit kepemilikan kendaraan berpeluang turun dan meningkatkan penjualan kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Saham Astra Internasional (ASII) menguat 1,69% dalam sepekan. Dari sektor industri dasar dan properti, saham semen Indocement Tunggal Prakasa (INTP) bergerak menguat 1,04%, dan saham properti Lippo Karawaci (LPKR) menguat 5,97% dalam sepekan.

Sementara itu, saham-saham pertambangan seperti Aneka Tambang (ANTM), Adaro Energy (ADRO), Medco Energi Internasional (MEDC), dan Indo Tambangraya Megah (ITMG) mengalami koreksi tertekan oleh aksi jual investor asing. Faktor depresiasi rupiah terhadap dolar AS sejak awal pekan memberikan sentimen negatif terhadap investasi mereka pada saham-saham tersebut. Sejak awal pekan hingga Kamis, rupiah terdepresiasi sebesar 1,7% ke level Rp10.170/US$ dengan pelemahan paling tajam terjadi pada Kamis sebesar 0,94%. Investor asing pun membukukan penjualan bersih sebesar Rp665,94 miliar berbalik arah dari tiga hari sebelumnya yang membukukan pembelian bersih dengan total senilai Rp788,34 miliar. Indeks BISNIS-27 terkoreksi tipis sebesar 0,98% pada penutupan Kamis.

Dalam sepekan, saham ANTM turun 4,95%, saham ADRO turun 6,25%, saham MEDC turun 4,07%, dan saham ITMG turun 4,37%. Investor asing kembali membukukan penjualan bersih pada Jumat, namun dengan nilai yang jauh lebih rendah yaitu sebesar Rp74 miliar dan rupiah berhasil menguat 1,25% ke level Rp10.042/US$.

Saham Internasional Nickel Indonesia (INCO) menambah tekanan pada indeks setelah Vale Inco Limited, pengendali PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) melepas 2,07% kepemilikan sahamnya senilai Rp 925,56 miliar. Pelepasan ini dilakukan melalui transaksi tutup sendiri (crossing) di harga Rp 4.500 per saham lebih rendah Rp300 dari posisi penutupaan Rabu sebelumnya yaitu Rp4.800 per saham. Saham International Nickel Indonesia (INCO) turun sebesar 7,29% pada penutupan Kamis di level Rp4.450 dan lanjut melemah pada Jumat sebesar 0,56%. Dalam sepekan INCO terkoreksi sebesar 7,33%.

Selain ditopang oleh penguatan saham-saham yang berkorelasi positif dengan penurunan suku bunga kredit, penguatan indeks BISNIS-27 selama sepekan juga ditopang oleh pergerakan saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM) oleh ekspektasi naiknya pendapatan dari penggunaaan komunikasi dan data internet selama bulan puasa serta menyambut Idul Fitri mendatang. Selain itu, rencana PT Telekomunikasi Indonesia Tbk melepas 40% saham yang dimilikinya di PT Patra Telekomunikasi Indonesia untuk lebih fokus pada usaha inti, memberikan sentimen positif pada saham TLKM. Saham TLKM bergerak naik 2,37% dalam sepekan. Indeks BISNIS-27 di akhir pekan menguat 1,12%.

Kamis, Agustus 27, 2009

Indeks BISNIS-27 pada 27 Agustus 2009

Sentimen pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang telah dimulai sejak awal pekan ini, kembali berlanjut dan berdampak pada koreksi indeks BISNIS-27 pada penutupan hari ini, Kamis (27/8). Indeks BISNIS-27 ditutup turun tipis sebesar 0,98% ke level 211,05 setelah laju koreksi indeks ditahan oleh saham Astra Internasional (ASII) yang naik 1,89% ke level Rp29.700, Telekomunikasi Indonesia (TLKM) naik 0,58% ke level Rp8.600, dan saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) naik 0,66% ke level Rp7.600.

Saham Astra Internasional masih mendapat sentimen positif rencana kebijakan penurunan suku bunga kredit perbankan melalui penurunan biaya dana pihak ketiga terutama deposan besar maksimal 8%. Saham Telekomunikasi Indonesia sebagai satu-satunya saham telekomunikasi dalam indeks BISNIS-27, bergerak menguat oleh ekspektasi naiknya pendapatan perusahaan karena meningkatnya penggunaan produk komunikasi dan data oleh masyarakat selama bulan puasa ini.

Dari saham BBRI, level PER (price to earning ratio) saham BBRI masih tergolong lebih rendah dibandingkan dengan saham Bank Mandiri (BMRI) maupun Bank Central Asia (BBCA) pada penutupan Rabu sebelumnya. Saham BBRI sebesar 13,41 kali, sedangkan BMRI sebesar 14,62 kali dan BBCA sebesar 16,07 kali. Saham BMRI kemarin ditutup turun 1,81% ke level Rp4.075 dan saham BBCA ditutup turun 0,57% ke level Rp4.325.

Rupiah kembali melemah sebesar 0,94% ke level Rp10.170/US$, pelemahan yang lebih tajam dibandingkan pelemahan sehari sebelumnya yang sebesar 0,45%. Sejak awal pekan ini, depresiasi rupiah terhadap dolar AS telah mencapai 1,7%. Total nilai pembelian bersih investor asing menunjukkan posisi yang melemah secara signifikan pada perdagangan Rabu dibandingkan pada Selasa sebelumnya yang sebesar Rp615,26 miliar, sedangkan pada Rabu hanya sebesar Rp72,59 miliar. Kondisi tersebut berlanjut pada perdagangan Kamis ini, investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp665,94 miliar.

Seperti pada Rabu sebelumnya, aksi jual investor asing pun masih didominasi oleh saham-saham pertambangan, seperti saham Aneka Tambang (ANTM), Adaro Energy (ADRO), Indo Tambangraya Megah (ITMG), dan Medco Energi Internasional (MEDC). Saham ANTM turun 4,04% ke level Rp2.375, saham ADRO turun 2,88% ke level Rp1.350, saham ITMG turun 2,04% ke level Rp23.950, dan saham MEDC turun 2,48% ke level Rp2.950.

Saham International Nickel Indonesia (INCO) turun sebesar 7,29% atau Rp350 ke level Rp4.450 setelah Vale Inco Limited, pengendali PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) melepas 2,07% kepemilikan sahamnya senilai Rp 925,56 miliar. Pelepasan ini dilakukan melalui transaksi tutup sendiri (crossing) di harga Rp 4.500 per saham.

Selain karena faktor depresiasi rupiah yang berlanjut, faktor minimnya sentimen positif di bursa dan harga saham yang telah overvalued serta ancaman inflasi juga menjadi pertimbangan investor. Kenaikan harga bahan pokok seperti gula dan juga barang kebutuhan pokok lainnya penunjang kebutuhan bulan puasa dan perayaan Idul Fitri berpotensi meningkatkan laju inflasi pada Agustus dan September mendatang.

Dari luar negeri, pelaku pasar tampaknya masih mengkhawatirkan perlambatan perekonomian Cina yang direspon negatif oleh beberapa indeks bursa regional Asia Pasifik seperti Hang Seng dan Nikkei-225. Indeks Nikkei-225 turun 1,56% dan indeks Hang Seng turun 1,04%. Indeks Shanghai melemah 0,71%. Harga minyak dunia bergerak melemah ke level US$71 per barel setelah pada Selasa sebelumnya mencapai US$74 per barel.

Rabu, Agustus 26, 2009

Indeks BISNIS-27 pada 27 Agustus 2009

Indeks BISNIS-27 mengalami koreksi pada penutupan hari ini sebesar 0,17% ditutup di level 213,15 dipimpin koreksi saham-saham pertambangan. Sementara itu, harga minyak dunia masih berada di dalam tren bullish setelah menyentuh level US$74 per barel Selasa kemarin.

Selain karena faktor profit taking oleh orientasi jangka pendek investor, aksi jual saham-saham pertambangan dipengaruhi oleh pergerakan rupiah yang bergerak melemah dalam beberapa hari terakhir. Nilai rupiah yang melemah terhadap dolar AS berdampak naiknya potensi rugi kurs pada nilai investasi para investor asing.

Beberapa saham tercatat mengalami aksi jual oleh investor asing kemarin, di antaranya saham Indo Tambangraya Megah (ITMG), saham Medco Energi (MEDC), saham Aneka Tambang (ANTM), dan saham Indika Energy (INDY).

Saham ITMG turun 2,59%, saham MEDC turun 1,63%, saham ANTM turun 1%, dan saham INDY turun 0,99%. Rupiah ditutup di level Rp10.075/US$ melemah 0,75% dari posisi penutupan Senin awal pekan ini.

Posisi harga minyak dunia yang semakin naik, meningkatkan kekhawatiran investor terhadap menguatnya laju inflasi atau turunnya daya beli masyarakat dan rupiah yang berpotensi melanjutkan depresiasi terhadap dolar AS. Pada pertengahan Agustus ini, pemerintah telah menaikkan BBM (Bahan Bakar Minyak) non-subsidi sebesar 8,4%.

Sementara itu, nilai pembelian bersih investor asing pada perdagangan Rabu ini berada jauh di bawah posisi dua hari sebelumnya. Pada penutupan hari ini, investor asing membukukan pembelian bersih hanya sebesar Rp72,593 miliar. Sedangkan total nilai pembelian bersih investor asing dua hari sebelumnya sebesar Rp715,75 miliar dengan jumlah terbesar yaitu pada Selasa yang sebesar Rp615,26 miliar.

Selasa, Agustus 25, 2009

Indeks BISNIS-27 pada 26 Agustus 2009

Indeks BISNIS-27 masih bergerak menguat pada perdagangan hari kedua pekan ini, meskipun beberapa indeks bursa regional Asia Pasifik bergerak melemah oleh aksi profit taking setelah investor mengambil posisi wait and see untuk laporan indeks kepercayaan konsumen AS yang akan dirilis Rabu (26/8), atau Selasa (25/8) waktu setempat. Indeks Nikkei-225 turun 0,79% dan indeks Hang Seng turun 0,49%.

Pada penutupan Selasa ini, indeks BISNIS-27 ditutup menguat 0,13% ke level 213,51 mengikuti indeks STI Singapura yang juga berhasil menguat 0,25%. Beberapa saham terutama saham Astra Internasional (ASII) dan Bank Mandiri (BMRI) terlihat mengalami koreksi profit taking setelah pada Senin sebelumnya mengalami penguatan oleh rencana kebijakan Bank Indonesia dan industri perbankan nasional yang akan menurunkan secara serentak suku bunga atau biaya dana pihak ketiga khususnya deposan besar.

Diharapkan kebijakan tersebut akan berimbas pada turunnya suku bunga kredit konsumsi sekaligus meningkatkan permintaan kredit dari masyarakat. Secara khusus bagi perbankan, kebijakan tersebut juga akan meningkatkan net interest margin (NIM) perbankan.

Saham ASII terkoreksi tipis sebesar 0,17% dan BMRI turun 0,6%. Di sisi lain, investor terlihat melakukan selective buying seperti pada saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM) dan juga Indocement Tunggal Prakasa (INTP). Saham TLKM naik 2,37% dan INTP naik 4,15%.

Sementara itu, nilai pembelian bersih investor melonjak tajam menjadi sebesar Rp615,26 miliar dibandingkan posisi Senin sebelumnya yang sebesar Rp100,49 miliar.

Senin, Agustus 24, 2009

Indeks BISNIS-27 pada 25 Agustus 2009

Indeks BISNIS-27 bergerak menguat di awal pekan ini dipengaruhi sentimen positif indeks bursa regional Asia Pasifik seperti Hang Seng dan Nikkei-225. Saham perbankan dan otomotif tercatat sebagai pendongkrak utama indeks. Di awal pekan ini, indeks BISNIS-27 ditutup menguat 2,09% ke level 213,23

Indeks Hang Seng dan Nikkei-225 menguat setelah investor global kembali optimis dengan perbaikan ekonomi di AS, sehingga mereka menuju pasar Asia Pasifik dan mencari pasar dengan prospek imbal hasil lebih tinggi. Indeks Hang Seng naik 1,67% dan Nikkei-225 naik 3,35%.

Dari dalam negeri, indeks BISNIS-27 ditopang oleh kebijakan Bank Indonesia dan industri perbankan untuk menurunkan biaya dana deposan besar menjadi sebesar 50 bps di atas suku bunga acuan BI rate dari sebelumnya yang sebesar 150 bps di atas BI rate.

Kebijakan tersebut akan berdampak turunnya suku bunga kredit perbankan dan meningkatkan pendapatan bunga perbankan seiring naiknya permintaan kredit dari masyarakat termasuk kredit pembiayaan untuk sektor riil yang dapat mempercepat perbaikan daya beli masyarakat. Selain itu, penurunan biaya dana pihak ketiga terutama deposito akan berdampak meningkatnya marjin bunga bersih perbankan atau net interest margin (NIM).

Saham-saham perbankan yang bergerak menguat di antaranya Bank Mandiri (BMRI) naik 3,07% dan Bank Internasional Indonesia (BNII) naik 1,27%. Saham semen ikut bergerak naik seperti Semen Gresik (SMGR) naik 3,45% dan Indocement Tunggal Prakasa (INTP) naik 1,58%. Potensi penurunan suku bunga kredit perbankan mendongkrak saham Astra Internasional (ASII) sebesar 3,15% pada penutupan hari ini. Penjualan Astra Internasional diharapkan meningkat dengan turunnya suku bunga kredit perbankan tersebut.

Kamis, Agustus 20, 2009

Indeks BISNIS-27 pada 20 Agustus 2009

Indeks BISNIS-27 kembali rebound pada perdagangan hari ini mengikuti pergerakan positif bursa regional Asia Pasifik termasuk indeks Shanghai China yang sehari sebelumnya mengalami koreksi tajam lebih dari 4%. Indeks BISNIS-27 ditutup menguat 2,38% ke posisi 208,09.

Koreksi indeks Shanghai kemarin diasumsikan investor sebagai masa konsolidasi bagi indeks tersebut untuk melaju lebih tinggi, mengingat hampir tidak ada faktor negatif yang membayangi perekonomian China di masa recovery dari krisis likuiditas seperti saat ini. Paket stimulus pemerintah China sebesar US$595 miliar semester I/2009 kemarin, setidaknya telah memberikan sentimen positif bagi indeks Shanghai tersebut dengan membukukan kenaikan di atas 70%.

Selain itu, aksi jual yang menerpa indeks BISNIS-27 dalam dua hari pertama perdagangan pekan ini yang membukukan koreksi signifikan sebesar 4,92%, dimanfaatkan oleh investor jangka menengah-panjang untuk mengkoleksi saham. Aksi beli mereka sempat tertahan sejak akhir Juli lalu hingga akhir pekan kemarin di mana indeks berada dalam tren bullish hingga membukukan gain sebesar 7,5%.

Pergerakan positif bursa regional Asia Pasifik hari ini juga memberikan sentimen positif sekaligus memicu investor yang berorientasi jangka menengah dan panjang untuk memborong saham indeks BISNIS-27.

Kenaikan harga bahan pokok dalam negeri seperti minyak goreng untuk kebutuhan puasa dan perayaan idul fitri mendongrak saham berbasis CPO seperti Astra Agro Lestari (AALI). Harga saham AALI ditutup menguat tipis 0,24% ke level Rp21.200 dipengaruhi harga minyak dunia yang melonjak ke level US$72 per barel setelah muncul laporan persediaan minyak Amerika Serikat (AS) yang turun 8,4 juta barel pekan lalu. Saham Medco Energi (MEDC) naik 3,36%, saham batu bara Indo Tambangraya Megah (ITMG) naik 3,86%.

Namun, investor tetap harus waspada dengan aksi profit taking jangka pendek yang dapat memperlemah lebih lanjut rupiah terhadap dolar AS. Meskipun pada perdagangan hari ini, indeks BISNIS-27 bergerak menguat, tetapi investor asing masih membukukan penjualan bersih yang jumlahnya meningkat dari Rabu kemarin. Hari ini, penjualan bersih investor asing senilai Rp103 miliar, sedangkan kemarin sebesar Rp61 miliar.

Rabu, Agustus 19, 2009

Indeks BISNIS-27 tertekan indeks Shanghai

Minimnya sentimen positif di bursa dan faktor valuasi saham dalam indeks BISNIS-27 yang cukup mahal (overbought) setelah rally sejak pekan terakhir Juni lalu, mendorong aksi jual pada perdagangan hari ini, Rabu (19/8). Koreksi tajam indeks BISNIS-27 telah dimulai pada perdagangan pertama pekan ini, Selasa (18/8), yang dipengaruhi koreksi indeks bursa saham regional Asia Pasifik sehari sebelumnya.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, indeks BISNIS-27 dibuka menguat tipis, tetapi koreksi indeks Shanghai China yang cukup tajam, memaksa investor kembali keluar dari bursa dan menekan indeks. Indeks BISNIS-27 ditutup melemah 2,43% ke level 203,24 yang sekaligus level terendah sejak 30 Juli lalu.

Aksi jual di bursa sejak Selasa kemarin hingga hari ini juga dilakukan oleh investor asing yang berimbas pada depresiasi rupiah ke level Rp10.135/US$. Rupiah telah melemah sebesar 2,06% dari level Rp9.930/US$ pada penutupan akhir pekan kemarin, Jumat (14/8). Total penjualan bersih investor asing sebesar Rp714 miliar dalam dua hari terakhir, dengan porsi terbesar terjadi pada Selasa yaitu sebesar Rp653 miliar.

Koreksi indeks Shanghai China memberikan sentimen negatif pada indeks saham di kawasan Asia Pasifik. Indeks Hang Seng Hongkong turun sebesar 1,73% dan indeks STI Singapura turun sebesar 1,63%. Indeks Nikkei-225 Jepang juga melemah 0,79%.

Ancaman inflasi pada bulan Agustus yang dipengaruhi meningkatnya kebutuhan bahan pokok di bulan Puasa dan menjelang Idul Fitri menjadi pertimbangan tersendiri bagi investor untuk merealisasikan gain dan menunggu sentimen positif pasar.

Indeks BISNIS-27 pada 18 Agustus 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 pada perdagangan Selasa kemarin, usai libur panjang menyambut kemerdekaan Republik Indonesia, bergerak melemah merespon koreksi tajam indeks bursa regional Asia Pasifik seperti indek Hang Seng, Nikkei-225, dan STI Singapura yang bergerak melemah di atas 3% pada 17 Agustus, di saat Bursa Efek Indonesia (BEI) libur menyambut hari Kemerdekaan RI. Indeks Hang Seng melemah 3,62%, indeks STI Singapura melemah 3,25%, dan indeks Nikkei-225 melemah 3,1%.

Pada perdagangan Selasa kemarin, indeks BISNIS-27 terkoreksi 2,55% ditutup di level 208,3 dan indeks BISNIS-27 sempat menyentuh level 205 pada penutupan sesi I. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp653 miliar, suatu jumlah yang cukup besar, hampir menyamai total pembelian bersih investor asing selama dua pekan terakhir yang sebesar Rp659 miliar di Bursa Efek Indonesia. Seiring dengan aksi jual investor asing tersebut, nilai rupiah melanjutkan depresiasi menembus level Rp10.000/US$.

Momentum koreksi kemarin merupakan konfirmasi dari signal jual investor asing yang mulai terindikasi oleh pola perdagangan sepekan kemarin yang mencatat tren penjualan investor asing serta rupiah yang bergerak melemah sejak awal pekan. Laporan sentimen konsumen dari Universitas Michigan AS yang jatuh menjadi 63,2 dari 66,0 pada Juli lalu menjadi pemicu koreksi indeks Dow Jones (DJIA) serta indeks saham regional Asia Pasifik yang mempunyai tujuan ekspor utama yaitu Amerika Serikat. Ekspektasi perbaikan daya beli dan pemulihan likuiditas di AS, apabila tidak didukung oleh persepsi positif konsumen terhadap pemulihan ekonomi, akan menjadi sia-sia. Konsumen akan tetap menjaga likuiditas mereka dan mengurangi konsumsi.

Kenaikan indeks yang cukup cepat dalam lima pekan terakhir yaitu sejak pekan terakhir Juni lalu, menjadikan harga-harga saham berada dalam posisi overbought dan menciptakan gelembung dalam pasar saham. Kondisi tersebut rawan koreksi bila tidak ada sentimen positif lain di bursa. Ancaman inflasi yang meningkat selama bulan Puasa dan menjelang Idul Fitri menjadi pertimbangan tersendiri bagi investor sekaligus mendorong mereka untuk menarik diri sejenak dari bursa saham.

Selasa, Agustus 18, 2009

Indeks BISNIS-27 Sepekan

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Selama sepekan kemarin, indeks BISNIS-27 bergerak fluktuatif dengan pola yang sama dengan pekan sebelumnya. Indeks BISNIS-27 menguat tipis 0,95% ditutup di level 213,76 di akhir pekan dan mencapai level tertinggi yaitu 216,23 pada penutupan Selasa (11/8).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan indeks BISNIS-27 selama sepekan di antaranya perkembangan positif data pengangguran di Amerika Serikat (AS) selama bulan Juli yang turun menjadi 9,4% dari Juni sebelumnya yang sebesar 9,5%. Harapan membaiknya ekonomi AS mendorong investor global mengalihkan dananya ke emerging market yang berpeluang menghasilkan return lebih tinggi. Investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp241,4 miliar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang juga ditopang oleh sentimen positif pertumbuhan ekonomi dalam negeri di triwulan II sebesar 4% (yoy) meski melambat dari triwulan I yang sebesar 4,4% tetapi melebihi ekspektasi ekonom yang sebesar 3,8%. Beberapa sentimen tersebut berhasil mendongkrak indeks BISNIS-27 di awal pekan sebesar 1,49% ke level 214,9.

Indeks BISNIS-27 kembali bergerak naik pada Selasa (11/8) sebesar 0,62%, namun investor asing mencatat penjualan bersih karena sentimen negatif indeks Dow Jones (DJIA) yang terkoreksi sebesar 0,3% oleh laporan dari Moody’s Investors Service yang menyebutkan nilai properti AS telah turun 35% sejak 2007. Saham emiten pertanian berperan besar mendongkrak indeks ditopang ekspektasi naiknya permintaan produk CPO dan produk turunannya serta bahan pangan lainnya pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Musim kering yang lebih lama karena El Nino juga menjadi pertimbangan investor untuk mengkoleksi saham-saham komoditas pertanian.

Aksi ambil untung mewarnai pergerakan indeks BISNIS-27 pada perdagangan Rabu dipengaruhi harga saham yang sudah cukup mahal (overbought), mendorong investor untuk merealisasikan gain. Faktor pembalikan arah (reversal) rupiah yang melemah terhadap dolar AS sejak awal pekan, menambah minat jual investor terutama asing pada perdagangan Rabu. Sejak Selasa (11/8), investor asing telah membukukan penjualan bersih sebesar Rp13 miliar dan melonjak tajam pada perdagangan Rabu yang mencapai level Rp300 miliar. Indeks BISNIS-27 turun 2,44% ke level 210,95 dan sejak awal pekan hingga Rabu, rupiah melemah 0,45% ke level Rp9.940/US$. Pada Jumat (7/8) pekan sebelumnya, rupiah berada di level Rp9.895/US$.

Optimisme The Fed bahwa resesi di AS akan segera berakhir dan rencana The Fed untuk memperlambat pembelian obligasi pemerintah AS senilai US$300 miliar yang seharusnya selesai September mendatang, memicu capital outflow dolar AS dan investor global pun mencari pasar yang berpeluang memberikan return lebih tinggi. Kawasan emerging market seperti Indonesia dan Singapura menjadi sasaran utama investor. Indeks beberapa bursa saham regional Asia Pasifik pada perdagangan Kamis pun bergerak positif. Indeks Hang Seng ditutup naik 2,08%, indeks Nikkei-225 ditutup naik 0,79%, indeks STI Singapura ditutup naik 1,67%, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 2,09%. Indeks BISNIS-27 naik sebesar 1,98% ke level 215,12. Investor asing kembali membukukan pembelian bersih sebesar Rp80 miliar di BEI.

Aksi profit taking menjelang libur panjang menyambut Kemerdekaan Republik Indonesia, menutup pergerakan indeks BISNIS-27 di akhir pekan lalu di level 213,76 atau melemah 0,63% dari posisi sehari sebelumnya. Namun, investor asing masih membukukan pembelian bersih sebesar Rp46 miliar.

Ulasan Pasar edisi 14 Agustus 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 berhasil rebound pada perdagangan kemarin ditopang oleh sentimen positif indeks Dow Jones (DJIA) yang ditutup menguat 1,3% sehari sebelumnya. Kemarin, indeks BISNIS-27 ditutup naik 1,98% di level 215,12. Keputusan The Fed (The Federal Reserve Amerika Serikat) untuk mempertahankan kebijakan suku bunga rendah di level 0,25% serta ekspektasi The Fed bahwa resesi AS segera berakhir direspon positif pelaku pasar global.

Harga minyak dunia melonjak ke level US$71 per barel didorong harapan membaiknya perekonomian AS tersebut. Indeks bursa saham regional Asia Pasifik pun bergerak positif pada perdagangan kemarin. Indeks Hang Seng ditutup naik 2,08%, indeks STI Singapura ditutup naik 1,67%, dan indeks Nikkei-225 ditutup naik 0,79%.

Optimisme The Fed bahwa resesi di AS akan segera berakhir, memicu capital outflow dolar AS dan mencari pasar yang memberikan return lebih tinggi. Kawasan emerging market seperti Indonesia dan Singapura menjadi sasaran utama investor. Selain itu, rencana The Fed untuk memperlambat pembelian obligasi pemerintah AS senilai US$300 miliar juga memicu outflow dolar AS, imbal hasil obligasi berjangka waktu 10 tahun naik 0,04% menjadi 3,72%.

Selain bursa saham, bursa komoditas minyak dimasuki investor karena biaya beli kontrak minyak yang berdenominasi dolar AS menjadi lebih murah, di samping karena harapan membaiknya ekonomi AS yang merupakan konsumer minyak terbesar di dunia.

Sebanyak 23 saham yang tergabung dalam indeks BISNIS-27 kemarin ditutup menguat dan empat saham tidak berubah posisi dari penutupan Rabu sebelumnya, yaitu saham Semen Gresik (SMGR), Kalbe Farma (KLBF), Bank Central Asia (BBCA), dan Bank Internasional Indonesia (BNII).

Meskipun indeks BISNIS-27 bergerak menguat pada perdagangan Kamis kemarin, investor perlu mewaspadai aksi profit taking yang dapat timbul di akhir pekan menjelang libur panjang menyambut Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus mendatang.

Kamis, Agustus 13, 2009

Ulasan Pasar edisi 13 Agustus 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Aksi ambil untung mewarnai pergerakan indeks BISNIS-27 pada perdagangan Rabu kemarin. Sebanyak 24 saham terkoreksi, satu saham yaitu Bank Internasional Indonesia (BNII) tidak berubah posisi dari penutupan sehari sebelumnya, dan dua saham ditutup naik yaitu Indo Tambangraya Megah (ITMG) dan United Tractors (UNTR) yang masing-masing naik tipis 0,61% dan 0,78%,

Faktor koreksi indeks di antaranya adalah harga saham yang sudah cukup mahal (overbought), mendorong investor untuk merealisasikan keuntungan dari selisih harga (gain). Aksi profit taking tersebut dipicu oleh minimnya sentimen positif dalam negeri pada pekan ini hingga menjelang bulan Ramadhan. Seluruh sentimen positif pendongkrak harga saham telah terefleksi hingga membawa indeks BISNIS-27 menyentuh level tertingginya yaitu 216,23 pada penutupan Selasa kemarin.

Faktor pembalikan arah rupiah yang melemah terhadap dolar AS sejak awal pekan ini, menambah minat jual investor terutama asing. Nilai rupiah yang melemah akan mengurangi potensi keuntungan kurs dari nilai investasi mereka di bursa saham. Investor asing membukukan nilai beli bersih yang positif di atas Rp300 miliar pada Kamis dan Jumat pekan lalu di saat rupiah berada di level Rp9.895/US$. Memasuki awal pekan ini, rupiah kembali melemah di atas Rp9.900/US$ dan kemarin di posisi Rp9.995/US$. Di awal pekan, investor asing membukukan pembelian bersih sebesar Rp241 miliar, namun pada Selasa membukukan penjualan bersih sebesar Rp13 miliar. Nilai tersebut melonjak tajam pada perdagangan Rabu kemarin mencapai level Rp300 miliar.

Pergerakan harga minyak dunia yang kembali melemah ke bawah level US$70 per barel, tepatnya US$69,14 per barel, memberikan sentimen negatif terhadap harapan perbaikan ekonomi global yang sempat mendongkrak harga minyak menembus level US$70 per barel dalam dua pekan terakhir. Kenaikan harga minyak dunia diasumsikan sebelumnya merupakan cerminan adanya ekspektasi kenaikan permintaan terhadap minyak seiring perbaikan ekonomi Asia dan juga global yang diindikasikan dengan pertumbuhan positif PDB Singapura dan China dalam kuartal kedua tahun ini. Namun, OPEC dan EIA (Energy Information Administration) AS memprediksi penurunan permintaan terhadap minyak tahun ini akan sebesar 1,71 juta barel dari proyeksi sebelumnya yang sebesar Rp1,56 juta barel.

Beberapa indikator dan informasi tersebut dijadikan investor untuk merealisasikan keuntungan dan menarik diri sejenak dari bursa pada perdagangan kemarin. Bursa regional Asia Pasifik bergerak melemah, indeks Hang Seng turun 3,03%, Nikkei-225 turun 1,42%, dan STI Singapura turun 1%. Pada penutupan sebelumnya, indeks Dow Jones (DJIA) turun 1,03%. Pergerakan negatif indeks regional Asia pasifik dan DJIA tersebut dijadikan acuan investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk profit taking. Aksi profit taking juga dipicu oleh prediksi terhadap kebijakan The Fed yang kemungkinan besar akan menjaga kebijakan suku bunga rendah untuk memicu perbaikan ekonomi AS.

Dari dalam negeri, faktor keamanan dan sikap berjaga-jaga terhadap gejolak sosial politik menghadapi putusan Mahkamah Agung (MK) yang menyangkut gugatan Pemilihan Presiden 2009 oleh kubu Megawati-Prabowo dan Jusuf Kalla-Wiranto, memaksa investor untuk menarik diri sejenak dari bursa saham.

Rabu, Agustus 12, 2009

Ulasan Pasar edisi 12 Agustus 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 kembali mengkonfirmasi tren bullish pada penutupan Selasa kemarin, mengabaikan sentimen negatif koreksi indeks Dow Jones (DJIA) yang terkoreksi sebesar 0,3% oleh laporan dari Moody’s Investors Service yang menyebutkan nilai properti telah turun 35% sejak 2007. Pada penutupan Selasa kemarin, indeks BISNIS-27 ditutup di level 216,23 naik tipis 0,62% dari penutupan Senin sebelumnya.

Pendongkrak indeks di antaranya saham-saham dari sektor pertambangan dan pertanian. Namun, saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Indika Energy Tbk (INDY) ditutup melemah yang dipengaruhi faktor jenuh beli sehingga memicu aksi profit taking jangka pendek. Saham Astra Internasional Tbk (ASII) terkoreksi tipis 0,63% karena faktor jenuh beli dengan harga menembus level Rp30.000 per saham dan level RSI (Relative Strenght Index) di atas 70 atau overbought. Namun, investor asing masih membukukan beli bersih untuk saham ASII. Saham PTBA ditutup turun 1,11% ke level Rp13.350 dan saham INDY ditutup turun 4,55% ke level Rp2.625.

Saham Astra Agro Lestari Tbk (AALI), BISI Internasional Tbk (BISI), dan PP London Sumatera Tbk (LSIP) bergerak naik ditopang oleh ekspektasi kenaikan permintaan CPO dan bahan pangan menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Musim kering yang lebih lama karena El Nino menjadi pertimbangan investor untuk mengkoleksi saham-saham komoditas pertanian. Saham AALI ditutup naik 4,98% ke level Rp22.150, saham BISI naik 3,7% ke level RP2.100, dan LSP naik 5,52% ke level Rp7.650.

Saham emiten batu bara Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) ikut terdongkrak oleh fenomena musim kering tersebut. Musim kering yang lebih lama akan mempercepat pertumbuhan produksi batu bara ITMG di semester kedua tahun ini. Saham ITMG kemarin ditutup naik tipis 0,2% ke level Rp24.450.

Selasa, Agustus 11, 2009

Ulasan Pasar edisi 11 Agustus 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Perkembangan positif data pengangguran di Amerika Serikat (AS) selama bulan Juli yang turun menjadi 9,4% dari Juni sebelumnya yang sebesar 9,5% menjadi pendongkrak sekaligus sentimen positif yang cukup kuat bagi indeks BISNIS-27 Senin kemarin. Setelah bergerak fluktuatif pekan lalu dan ditutup melemah 0,26% pada perdagangan Jumat (7/8), indeks di awal pekan ini ditutup rebound 1,49% ke level 214,9.

Posisi beli masih didominasi oleh investor asing yang mengkoleksi saham-saham pertambangan, pertanian, telekomunikasi dan otomotif. Faktor pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang membaik menjadi katalis penguatan harga saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM) dan Astra Internasional (ASII). Saham TLKM berhasil mencapai level Rp9.000 per saham naik 2,27% dan saham ASII naik 1,61% ke level Rp31.500. Menurut BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan II sebesar 4%, (yoy) meski melambat dari triwulan I yang sebesar 4,4% tetapi melebihi ekspektasi ekonom yang sebesar 3,8%.

Nilai pembelian bersih investor asing di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin sebesar Rp241,4 miliar. Saham Adaro Energy (ADRO), Indika Energy (INDY), Telekomunikasi Indonesia (TLKM), Astra Internasional (ASII), Semen Gresik (SMGR), Kalbe Farma (KLBF), Astra Agro Lestari (AALI), Bank Central Asia (BBCA), PP London Sumatera (LSIP), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), BISI Internasional (BISI), dan Timah (TINS), merupakan beberapa saham indeks BISNIS-27 yang membukukan pembelian bersih investor asing kemarin.

Sentimen penguatan indeks dipengaruhi penutupan indeks Dow Jones (DJIA) Jumat pekan lalu yang ditutup melonjak tajam 1,23% oleh laporan data pengangguran AS untuk bulan Juli. Penguatan DJIA segera direspon oleh bursa regional Asia Pasifik awal pekan ini yang dibuka menguat. Indeks Hang Seng dibuka menguat 1,88% dan indeks Nikkei-225 dibuka menguat 1,14%. Selain data penganguran AS yang memberikan ekspektasi positif perbaikan ekonomi ASl, Jepang mencatat surplus neraca berjalan hingga 2 kali lipat selama Juni sekaligus pertumbuhan surplus neraca berjalan pertama sejak 16 bulan terakhir.

Sentimen perkembangan ekonomi global yang positif baik di AS dan di Asia (Jepang), menjadi sentimen utama yang menggerakkan kenaikan harga saham indeks BISNIS-27. Ekspektasi perbaikan daya beli dan harapan meningkatnya kegiatan ekonomi dalam negeri di semester kedua tahun ini yang berasal dari belanja masyarakat dalam menyambut perayaan hari besar keagamaan seperti Puasa, Idul Fitri, dan Natal, serta dari belanja pemerintah yang biasanya akan melonjak menjelang akhir tahun, juga menjadi pertimbangan investor dalam mengkoleksi saham-saham indeks BISNIS-27 hingga perdagangan kemarin.

Senin, Agustus 10, 2009

Ulasan Pasar Sepekan edisi 10 Agustus 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pada perdagangan pekan pertama Agustus kemarin, indeks BISNIS-27 bergerak cukup fluktuatif dengan tren bullish masih tetap terjaga hingga penutupan akhir pekan. Aksi profit taking jangka pendek oleh investor asing mewarnai perdagangan Rabu pekan lalu, sekaligus membawa indeks ke level 211,74 di penutupan akhir pekan. Dalam sepekan, indeks bergerak menguat dari pekan sebelumnya sebesar 1,61%. Meskipun demikian, pertumbuhan indeks cenderung melemah dibandingkan pertumbuhan pekan sebelumnya yang mencapai 6,08% sekaligus menutup perdagangan akhir Juli 2009 di level 208,38.

Faktor koreksi indeks lebih disebabkan oleh aksi ambil untung investor asing setelah rupiah berhasil menyentuh level Rp9.895/US$ yang memperkecil peluang penguatan rupiah lebih lanjut bila mempertimbangkan kinerja ekspor emiten.
Selain pengumuman laju inflasi Juli, pekan kemarin juga diumumkan level BI rate yang diturunkan 25 bps ke posisi 6,5% atau terendah sepanjang sejarah BI rate. Faktor sell on news pengumuman BI rate pada Rabu (5/8) menjadi pemicu turunnya indeks BISNIS-27 sebesar 2,11% yang sekaligus koreksi terbesar indeks dalam sepekan.

Pergerakan harga minyak dunia yang mencapai level US$71 per barel dikhawatirkan akan meningkatkan kebutuhan dolar AS oleh Pertamina, sehingga berpotensi melemahkan rupiah. Inflasi terancam menguat dengan tren bullish harga minyak tersebut ditambah dengan ancaman El Nino yang berpotensi menunda masa tanam padi serta membuat harga kebutuhan bahan pokok meningkat. Selain itu, seiring kenaikan permintaan bahan pokok menjelang bulan Ramadhan menjadi pertimbangan tersendiri bagi investor. Harga kebutuhan pokok berpotensi naik dan dapat meningkatkan laju inflasi.

Di akhir pekan, indeks tertekan oleh koreksi saham-saham komoditas pertambangan dan pertanian. Koreksi teknis saham-saham di sektor pertambangan dan pertanian dipengaruhi kondisi overbought harga saham, sehingga konsolidasi pergerakan harga dibutuhkan untuk bergerak naik lebih lanjut. Investor asing masih membukukan beli bersih pada saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), Timah Tbk (TINS), PP London Sumatera Tbk (LSIP), dan International Nickel Indonesia Tbk (INCO). Aksi demo kerabat pekerja PT International Nickel Indonesia Tbk terkait rencana Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di lingkungan perusahaan tersebut, tidak memberikan sentimen negatif terhadap minat beli investor asing terhadap saham INCO.

Senin, Agustus 03, 2009

Ulasan Pasar Sepekan edisi 3 Agustus 2009

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 selama sepekan terakhir Juli tumbuh signifikan sebesar 6,08% ditopang oleh pertumbuhan harga saham di sektor perbankan dan pertambangan. Indeks BISNIS-27 pada akhir pekan kemarin ditutup di level 208,38 sekaligus level tertinggi sejak diluncurkan 27 Januari lalu. Pada Jumat pekan sebelumnya (24/7), indeks BISNIS-27 ditutup di level 196,44.

Secara umum, faktor ekspektasi yang cukup tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester II/2009 menjadi sumber utama tren buliish indek BISNIS-27 sejak awal pekan kemarin. Tidak adanya sentimen negatif baru memberikan optimisme bagi pemerintah Indonesia untuk menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,3% pada 2009.

Kinerja bursa saham Indonesia yang secara umum diindikasikan dengan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), berhasil mencatat pertumbuhan terbaik ketiga di dunia yang memicu aliran dana asing semakin agresif mengalir ke Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan terakhir. Selain itu, kestabilan bursa saham usai pasca bom Mega Kuningan menambah daya tarik BEI sebagai emerging market yang potensial untuk berinvestasi.

Nilai pembelian bersih investor asing di BEI bergerak positif pada pekan kemarin dan mengkonfirmasi tingginya ekspektasi tersebut. Total beli bersih investor asing selama sepekan sebesar Rp3,8 triliun dan di akhir pekan masih menunjukkan nilai di atas Rp1 triliun. Selama Juli lalu, total nilai beli bersih investor asing sebesar Rp3,08 triliun disebabkan pada pekan pertama dan kedua Juli, investor asing masih membukukan posisi jual bersih.

Seiring dengan meningkatnya aksi beli investor asing, rupiah berhasil stabil berada di level Rp9.900/US$. Rupiah terapresiasi sebesar 0,3% dalam sepekan dan ditutup di level Rp9.928/US$ di akhir pekan. Berdasarkan data Bank Indonesia, tekanan dari pelunasan kewajiban utang luar negeri swasta 2009 akan berkurang dalam semester II yang disebabkan sebanyak 75% atau sekitar US$14,7 miliar telah dilunasi di semester I/2009. Oleh karena itu, tren apresiasi rupiah dalam semester kedua tahun ini diperkirakan akan berlanjut

Nilai rupiah yang menguat akan mengurangi potensi rugi kurs pada emiten dan berdampak positif bagi penurunan biaya impor. Lebih lanjut, apresiasi rupiah akan mengurangi risiko pasar seiring laju inflasi yang terkendali dan daya beli masyarakat yang meningkat.

Dari faktor fundamental emiten, kinerja positif selama semester I/2009 menjadi pemicu kenaikan harga saham. Laba bersih Bank Mandiri (BMRI) tumbuh sebesar 12,1% menjadi sebesar Rp2,92 triliun. Laba bersih United Tractors (UNTR) di semester I/2009 tumbuh 5,22% menjadi sebesar Rp1,87 triliun. Selama sepekan kemarin, saham Indo Tambangraya Megah (ITMG) naik 20,73%, saham Bank Mandiri (BMRI) naik 14,38%, saham United Tractors (UNTR) naik 13,1%, saham PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) naik 11,93%.

Ekspektasi perbaikan perekonomian global di semester II/2009 mendorong investor untuk mengkoleksi saham-saham pertambangan terutama emiten batu bara sebagai produsen energi alternatif pengganti minyak. Aliran dolar AS ke emerging market membuat dolar AS terdepresiasi dan meningkatkan permintaan minyak dunia sebagai instrumen hedging.