Selasa, Oktober 27, 2009

Ulasan Pasar Selasa 27 Oktober 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Aksi jual berlanjut pada perdagangan hari kedua pekan ini, Selasa (27/10), indeks BISNIS-27 terkoreksi ke level 221,96 atau melemah 1,49%. Koreksi indeks didominasi oleh pelemahan harga saham-saham pertambangan dan energi.

Saham Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) melemah 4,1%, saham Timah Tbk (TINS) melemah 3,45%, saham Internasional Nickel Indonesia Tbk (INCO) turun 2,96%, saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun 2,94%, dan saham Indo Tambangraya Megah (ITMG) turun 2,74%.

Faktor harga minyak dunia yang bergerak melemah ke bawah level US$80 per barel yaitu US$79 per barel terendah dalam dua pekan terakhir dan diikuti oleh turunnya indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan indeks regional Asia Pasifik, menekan pergerakan indeks BISNIS-27 hingga penutupan perdagangan hari ini.

Koreksi harga minyak dipicu oleh profit taking investor di bursa komoditas minyak yang kekurangan sentiment positif dari perkembangan ekonomi global. Investor saham pun akhirnya mengikuti asumsi tersebut, melepas saham mereka karena sentimen positif perkembangan ekonomi global sangat minim.

Di dalam negeri, aksi jual saham oleh investor asing semakin menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga ke posisi Rp9.530/US$, dan sempat menyentuh level Rp9.560/US$.

Laju inflasi yang terjaga untuk Oktober akan menjadi sentimen positif bagi kenaikan indeks, selain laporan keuangan emiten.


Sehari sebelumnya, aksi jual mewarnai pergerakan indeks BISNIS-27 pada awal pekan ini, dengan diimbangi oleh selective buying pada beberapa saham pertambangan dan emiten pendukung kegiatan pertambangan. Investor asing pun membukukan beli bersih di Bursa Efek Indonesia (BEI), meskipun tergolong kecil hanya sebesar Rp51 miliar.

Indeks BISNIS-27 bergerak ke level 225,31 atau hanya melemah tipis 0,03% dari posisi penutupan akhir pekan kemarin. Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) bergerak naik cukup signifikan sebesar 3,68% ditopang oleh sentimen positif rencana pemerintah yang akan menurunkan porsi royalti atau Dana Hasil Produksi Batubara (DHPB) batubara berkalori rendah, dari yang selama ini 13,5% per ton menjadi hanya 9% dan 7,5% per ton atau sesuai dengan penjualan PTBA yang sebagian besar merupakan batu bara berkalori rendah yaitu di bawah 5.000 kkal/kg.

Penurunan DHPB penjualan domestik tersebut, akan memberikan stimulus kenaikan volume penjualan PTBA di pasar domestic yang merupakan pangsa pasar utamanya. Sejalan dengan sentimen positif PTBA, saham United Tractors Tbk (UNTR) bergerak naik sebesar 2,2% yang ditopang oleh prospek kinerja PT Pamapersada Nusantara, anak usahanya, untuk menopang penjualan PTBA. Saham Astra Internasional Tbk (ASII) yang merupakan induk usaha dari United Tractors Tbk, bergerak naik 1,38%.

Investor cenderung melakukan aksi beli selektif terhadap saham-saham yang berorientasi penjualan domestik, seperti emiten batu bara PTBA dengan dukungan kebijakan pemerintah baru yang memiliki misi utama pembangunan infrastruktur dan energi untuk mengurangi biaya transaksi ekonomi dalam negeri dan meningkatkan minat investasi asing.

Di sisi lain, tingkat imbal hasil investor berpeluang meningkat karena level BI rate yang akan tertahan di 6,5% hingga akhir tahun dan harga minyak dunia yang belum menampakkan tanda pelemahan dan tetap di kisaran US$80 per barel. Rupiah yang melemah seperti saat ini di level Rp9.450/US$ hingga Rp9.500/US$ menurunkan keuntungan yang diharapkan dari keuntungan selisih kurs, dan penurunan tersebut dibebankan pada kenaikan imbal hasil. Pada akhirnya akan mempersempit ruang kenaikan harga saham, dengan kata lain harga saham saat ini menjadi lebih mahal dibandingkan ketika rupiah masih di level Rp9.300/US$ dua pekan lalu.

Tidak ada komentar: