Senin, Januari 14, 2008

ulasan pasar 7-9 Januari 2008

Indeks Harga Saham Gabungan selama perdagangan tiga hari pekan kemarin ditutup naik 2,4% atau 65,67 poin ke level 2.830,26 ditopang oleh pergerakan harga minyak dunia di bursa New York yang belum stabil masih di kisaran US$97 per barel serta keputusan Bank Indonesia untuk menjaga level BI rate di level 8% seperti pada bulan Desember 2007 yang lalu.
Harga minyak dunia di bursa New York yang bergerak di level US$97 per barel dan cenderung bergerak menembus level US$100 per barel di tahun 2008 ini mendorong kenaikan harga komoditas minyak sawit sebagai sumber energi alternatif yang cukup murah dan dapat diandalkan berupa biofuel menggantikan posisi minyak bumi sebagai bahan bakar sektor industri. Harga minyak sawit atau CPO di bursa Malaysia pun telah menyentuh level US$980 per metrik ton naik US$25 dari pekan sebelumnya. Kenaikan harga pasaran dunia untuk CPO ini mendorong pelaku pasar dalam negeri memburu saham-saham emiten minyak sawit di Bursa Efek Indonesia seperti Astra Agro lestari, London Sumatera Plantations, dan Sinar Mas Agro Resources and Technology. Pada akhir perdagangan kemarin saham AALI ditutup pada posisi Rp32.950, saham LSIP di posisi Rp13.150, dan SMAR di level Rp9.450 per lembar saham.
Ekspektasi kenaikan penjualan London Sumatera, mengimbas pelaku pasar untuk turut memburu saham Indofood Sukses Makmur hingga ditutup ke level Rp3.175 atau naik Rp250 dari penutupan sehari sebelumnya. Hal senada juga dialami saham Astra Internasional yang terdongkrak naik dari ekspektasi kenaikan penjualan Astra Agro Lestari sehubungan dengan kenaikan harga CPO dunia. Di akhir perdagangan pekan kemarin, saham Astra Internasional ditutup di posisi Rp29.050 naik Rp1.400 dari penutupan sehari sebelumnya. Selain itu, saham Astra Internasional juga terdongkrak naik setelah PT Toyota Astra Motor mencatat kenaikan penjualan sebesar 22% selama tahun 2007 dibandingkan tahun 2006. Laporan tersebut ikut memberikan stimulus pelaku pasar untuk memburu saham berkode ASII ini.

Selain perkembangan positif dari naiknya harga minyak yang mengimbas pada kenaikan harga minyak sawit atau CPO dan mendongkrak harga-harga saham emiten minyak sawit di Bursa Efek Indonesia, perkembangan negatif dialami oleh saham-saham perbankan terutama saat Bank Indonesia memutuskan untuk menjaga level BI rate di level 8%. Pada penutupan perdagangan di hari yang sama pengumuman Bank Indonesia itu, pelaku pasar merespon negatif dengan loss tipis pada saham perbankan seperti Bank BCA dan BRI. Namun, reaksi negatif tersebut hanya berlangsung sementara karena pada hari berikutnya saham Bank BCA dan BRI ditutup naik Rp200 dan Rp300 ke posisi masing-masing Rp7.250 dan Rp7.800 per lembar saham. Hal yang mendorong pelaku pasar untuk me-rebound kembali saham-saham perbankan seperti BBCA dan BBRI itu tidak lain adalah kinerja sektor perbankan itu sendiri selama 11 bulan pertama tahun 2007 yang mencatat penyaluran kredit yang meningkat tajam hingga Rp187,1triliun melebihi target BI sebesar Rp150triliun. Peningkatan penyaluran kredit tersebut didongkrak oleh pemangkasan BI rate sebanyak 1,25% sejak awal 2007 yang berada di level 9,50% hingga November 2007 sebesar 8,25%. Oleh karena itu, pelaku pasar optimis dengan level BI rate yang sebesar 8% saat ini, akan dapat menjaga dan bahkan mampu untuk meningkatkan penyaluran kredit perbankan di tahun 2008 meskipun ancaman pelemahan daya beli masyarakat karena inflasi yang diakibatkan kenaikan harga minyak tetap perlu diawasi, namun di lain pihak pertumbuhan ekspor Indonesia diperkirakan juga akan meningkat sebesar 14,5% dengan dukungan utama dari sektor komoditas kelapa sawit dan sektor pertambangan.
Di akhir perdagangan pekan kemarin, pasar saham juga mendapatkan isu positif dari rencana Bakrie & Brothers mendapatkan dana segar Rp45triliun dengan melakukan penawaran umum terbatas (rights issue) dan hutang untuk mengakuisisi perusahaan tambang, properti, dan energi.

Tidak ada komentar: