Jumat, Januari 18, 2008

Ulasan Pasar 14-18 Januari 2008

Indeks Harga Saham Gabungan pada penutupan perdagangan akhir pekan kemarin kembali terkoreksi dengan persentase sebesar 1,4% dari penutupan perdagangan hari kamis sebelumnya. IHSG ditutup pada level 2.611,13 lebih rendah 7,7% dari level penutupan sepekan sebelumnya.

Pergerakan IHSG dalam sepekan terakhir hampir sepenuhnya dibayangi oleh kekhawatiran pelaku pasar terhadap ancaman resesi AS akibat krisis subprime mortgage seperti yang dialami oleh perusahaan keuangan Merril Lycnh yang mengumumkan kerugian sebesar US$9,83miliar dan juga Citigroup yang berimbas pada pemutusan hubungan kerja sekitar 20.000 karyawannya. Kondisi ini memaksa ekonomi AS mengalami kesulitan likuiditas dan pelemahan daya beli masyarakat. The Fed pun seperti dipaksa untuk menurunkan suku bunganya hingga 50 bps pada akhir bulan ini dari level 4,25% untuk mendongkrak daya beli dan meningkatkan likuiditas. Namun, ekspektasi itu segera direspon negatif oleh investor yang mendorong mereka untuk mengalihkan dana ke aset emerging market yang memberikan imbal hasil jauh lebih tinggi seperti obligasi pemerintah dan swasta. Oleh karena itu, obligasi global pemerintah Indonesia senilai US$2miliar sebagian besar diborong oleh investor AS. Di lain pihak, mereka cenderung menghindari pasar saham emerging market karena pasti akan mengikuti pelemahan ekonomi yang terjadi di AS sehingga pasar saham emerging market pun semakin tertekan.

Selain itu, laporan penjualan ritel AS di bulan Desember 2007 yang menurun 0,4% dan pengangguran di bulan yang sama sebesar 5%, serta pergerakan harga minyak yang terus turun hingga ke level US$90 per barel mencerminkan melemahnya permintaan bahan bakar tersebut untuk kegiatan produksi di AS juga menambah kekhawatiran pelaku pasar saham terhadap masa depan ekonomi AS. Melemahnya daya beli di AS akan memperlemah nilai ekspor Indonesia dan juga negara-negara kawasan Asia Pasifik ke negari Paman Sam itu.

Selain resesi AS, ancaman inflasi dalam negeri akibat kenaikan harga bahan makanan terutama kedelai juga menekan pelaku pasar untuk berhati-hati dalam berinvestasi di pasar saham dalam sepekan kemarin. Pelaku pasar cenderung mengambil posisi aman dengan melepas sesegera mungkin dan meng-cut loss saham-saham mereka sambil menunggu kebijakan pemerintah dalam menangani ancaman pelemahan daya beli dalam negeri ini. Kondisi itu telah membuat IHSG terkoreksi 8,4% atau 237,95 poin dalam tiga hari pertama perdagangan pekan kemarin.

Dalam sepekan, seluruh sektor terkoreksi dan sektor yang paling tajam koreksinya adalah infrastruktur sebesar 10,8% dipengaruhi oleh tekanan koreksi atas saham telekomunikasi seperti Telekomunikasi Indonesia dan Indosat sebagai imbas dari rencana pemerintah untuk menurunkan tarif interkoneksi sebesar 30% pada akhir bulan ini. Saham Telkom terkoreksi 8,46% dan ditutup pada level Rp9.200, sedangkan saham Indosat terkoreksi 15,48% dan ditutup pada level Rp7.100 pada akhir pekan kemarin. Selain infrastruktur, sektor lainnya seperti pertanian turun 3,14%, pertambangan 8,49%, industri dasar 10,65%, aneka industri 6,5%, konsumsi 5,58%, properti 7,92%, keuangan 7,09%, perdagangan 3,78%, dan manufaktur 7,56%

Tidak ada komentar: