Selasa, Januari 22, 2008

Ulasan Pasar 22 Januari 2008

Indeks harga saham gabungan pada penutupan perdagangan hari kedua pekan ini terus melanjutkan koreksinya hingga 7,7% dari penutupan perdagangan hari sebelumnya. IHSG terkoreksi sebesar 191,35 poin tertekan ke level 2.294,52. Penurunan ini mengikuti pergerakan indeks bursa dunia termasuk regional Asia Pasifik yang turun dengan sangat drastis seperti hangseng yang terkoreksi 8,65%, Nikkei-225 5,65%, KOSPI 4,43% dan bahkan di tengah perdagangan hari ini bursa mumbai BSE sempat menghentikan perdagangan secara otomatis menghadapi penurunan indeks yang sangat luar biasa hingga mencapai 9,75%.

Di penutupan sesi I perdagangan BEI IHSG ditutup di level 2.259,65 turun 226,23 poin yang berarti terkoreksi 9,10% hanya dalam waktu kurang dari 3 jam perdagangan dan koreksi ini sekaligus merupakan catatan koreksi terburuk yang pernah di alami IHSG sepanjang sejarah bursa saham Indonesia.

Pelaku pasar dunia cenderung melepas kepemilikan saham mereka dan mengurangi komposisi portofolio di pasar saham seiring tidak jelasnya perkembangan ekonomi AS dan ancaman resesi di negara tersebut yang hingga kini belum ada tanda-tanda perbaikan. Ancaman likuiditas keuangan akibat krisis subprime mortgage menekan The Fed untuk menurunkan suku bunganya di akhir bulan ini yang akan membuat investor berbondong-bondong keluar dari bursa saham AS memburu aset-aset yang memberikan imbal hasil lebih tinggi seperti obligasi mata uang lokal seperti SUN di Indonesia atau obligasi global namun tindakan tersebut tentu akan melemahkan dolar AS terhadap mata uang negara lain. Dolar AS yang melemah akan semakin memperlemah daya beli publik AS dan menekan ekspor kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia ke AS.

Selain itu ancaman resesi AS juga menekan harga minyak ke level US$86 per barel dan mempengaruhi harga komoditas substitusi minyak seperti CPO yang akhirnya ikut tertekan ke level US$945 per metrik ton atau turun 4% dari perdagangan sebelumnya. Kondisi harga pasar CPO dunia ini memberikan sentimen negatif terhadap emiten CPO di BEI. Saham AALI turun 8,2% ke posisi Rp27.000, dan saham UNSP turun 12% ke posisi Rp2.050.

Harga komoditas logam di London juga ikut turun hingga 3,4% termasuk nikel dan timah yang akhirnya menekan harga saham INCO 9,9%, ANTM 12% dan TINS 14,3%. Menurunnya harga minyak dunia juga memberikan proyeksi negatif bagi permintaan batubara sebagai substitusi minyak selain CPO. Harga saham BUMI terkoreksi 6,93%.

Dari perkembangan dalam negeri, kenaikan harga kebutuhan sembilan pokok memberikan ancaman tersendiri bagi daya beli masyarakat yang pada akhirnya juga akan melemahkan pendapatan emiten dan memberikan sentimen negatif bagi perkembangan level BI rate ke depannya. Saham BBRI terkoreksi 6,67% dan saham BMRI turun 7,89%.

Investor jangka pendek bursa efek Indonesia-salah satu bursa emerging market yang sangat menarik untuk transaksi jangka pendek-pun tidak mau mengalami kerugian yang berlanjut sejak koreksi awal pekan. Mereka melanjutkan cut loss atas turunnya harga portofolio saham-saham mereka dan juga mengurangi ancaman kerugian mereka dari transaksi margin call dengan para broker. Ketakutan itu semakin mendorong IHSG menukik tajam hingga jatuh ke level di bawah 2.300

Tidak ada komentar: