Rabu, Januari 16, 2008

Ulasan Pasar 16 Januari 2008

Indeks Harga Saham Gabungan pada penutupan perdagangan rabu ini terkoreksi sangat signifikan sebesar 5,04% atau 137,72 poin dari level penutupan hari selasa sebelumnya membawa level IHSG ke posisi 2.592,31. Koreksi besar-besaran ini sebagai lanjutan dari koreksi sejak awal pekan ini akibat kekhawatiran pelaku pasar terhadap ancaman resesi AS yang semakin besar kemungkinan terjadinya berdasarkan tngkat pengangguran pada bulan Desember 2007 yang sebesar 5%, kemudian harga minyak yang sempat tidak terkendali mencapai level US$100 per barel dan yang lebh utama lagi adalah kerugian-kerugian yang diderita oleh beberapa perusahaan keuangan terkemuka AS seperti Citigroup dan Merril Lynch akibat krisis subprimen mortgage yang berdampak semakin sulitnya likuiditas keuangan di AS sehingga The Fed pun diprediksi akan menurunkan suku bunganya akhir bulan ini dan pemangkasan jumlah karyawan di Citigroup sebesar 20.000 orang. Keadaan ini semakin memperkuat keyakinan pelaku pasar bahwa kondisi daya beli masyarakat AS melemah. Dugaan ini pun cukup beralasan bila kita melihat ke laporan penjualan ritel AS yang menurun sebesar 0,4% pada bulan Desember 2007 menuju ke level paling rendah sejak 2002.

Pelaku pasar juga dapat menduga ancaman resesi AS yang semakin dekat ini dari pergerakan harga minyak yang menurun cukup dalam hingga ke level US$91 per barel yang juga adalah posisi terendah sejak 20 Desember 2007. Keadaan ini mencerminkan potensi menurunnya kegiatan produksi di negara adidaya tersebut dan resesi AS tentunya akan mempengaruhi nilai ekspor kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia dan menekan sejumlah harga komoditas ekspor serta memangkas pendapatan emiten-emiten di kawasan ini. Oleh karena itu, pelaku pasar Asia Pasifik pun terus melepas kepemilikan saham-saham mereka terutama untuk saham ritel, elektronik, dan komoditas yang berimbas terkoreksinya hampir seluruh indeks Asia Pasifik pada perdagangan kemarin seperti Hangseng dan Nikkei225 yang masing-masing turun 5,37% dan 3,35%, serta KOSPI yang terkoreksi sebesar 2,4%.

Beberapa harga komoditas di bursa komoditas London seperti timah dan nikel rata-ratat turun 3% dan bagi saham TINS dan INCO hal ini memberikan sentimen negatif berupa koreksi signifikan sebesar 5,4% dan 6% ke posisi Rp29.000 dan Rp9.450.

Harga minyak yang bergerak turun ke level US$91 akan berpotensi menurunkan permintaan terhadap komoditas alternatif pengganti bahan bakar minyak seperti minyak sawit untuk produk biofuel. Kondisi ini memberikan tekanan bagi saham CPO di BEI seperti AALI yang terkoreksi 8,5% ke posisi Rp30.350. Begitu juga dengan saham PGAS yang terkoreksi 9,2% ke posisi Rp 12.900.

Saham TLKM ikut melanjutkan koreksinya akibat rencana pemerintah untuk memangkas tarif interkoneksi sebesar 30% pada akhir bulan ini. TLKM kemarin ditutup turun 3,7% ke posisi Rp8.950 dan TLKM telah terkoreksi 11% dalam sepekan ini.

Harga saham Medco Energi Internasional ikut terpangkas akibat harga minyak yang bergerak turun ke level US$91 per barel, sebesar 11% ke posisi Rp4.550

Ancaman resesi AS, melemahnya indeks Asia Pasifik, serta beberapa faktor lain terkait harga komoditas dan kebijakan pemerintah di sektor telekomunikasi telah mempengaruhi keputusan para pelaku pasar di Bursa Efek Indonesia sejak awal pekan hingga hari ini dan koreksi melebihi 100 poin atas IHSG selain oleh faktor-faktor tersebut juga merupakan cerminan panic selling para pelaku pasar untuk meng-cut loss saham-saham mereka karena dalam dua hari sebelumnya IHSG telah bergerak turun 3,5% atau 100,23 poin.

Tidak ada komentar: