Selasa, Januari 29, 2008

Ulasan Pasar 29 Januari 2008

Indeks harga saham gabungan ditutup naik pada penutupan perdagangan Selasa ini dengan kenaikan sebesar 25,79 poin atau 1% ke level 2.607,84. Sentimen positif dari pergerakan indeks bursa regional yang positif memberikan pengaruh bagi kenaikan IHSG ini. Indeks Hang Seng naik 0,99%, Nikkei-225 naik 2,99%, dan KOSPI naik 0,66%. Indeks Singapura Straits Times juga ditutup naik 0,29% dan bursa Kuala Lumpur KLCI naik 0,58% ditopang oleh sentimen positif kenaikan harga CPO.

Indeks bursa kawasan Asia Pasifik bergerak naik menjelang FOMC The Fed yang diprediksi akan menurunkan level tingkat suku bunga (Fed’ Fund Rate) hingga ke level 3% atau turun 50 basis poin dari level saat ini 3,5%. Penurunan suku bunga The Fed diharapkan akan memperbaiki daya beli publik AS dan meningkatkan konsumsi sehingga akan menjaga arus ekspor kawasan ini ke AS.

Menjelang FOMC The Fed, pelaku pasar pun telah bersiap-siap untuk mengalihkan dana mereka ke bursa yang memberikan imbal hasil lebih tinggi seperti Indonesia yakni 8% dan secara otomatis akan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Potensi penguatan nilai rupiah terhadap dolar AS ini akan mendorong para pemodal dari luar Indonesia untuk memburu saham-saham di Bursa Efek Indonesia yang dinilai masih berpeluang untuk terus gain terutama emiten-emiten dari sektor pertambangan dan perkebunan serta memicu kenaikan IHSG. Oleh karena itu, pelaku pasar sejak hari ini telah bersikap buy atas saham-saham pertambangan dan perkebunan seperti BUMI yang naik 1,5%, ITMG 4,85%, AALI 4,2%, LSIP 4,8%, ANTM 2,4%. Sedangkan nilai rupiah terhadap dolar AS pada penutupan sesi I menguat 17 poin ke posisi Rp9.328/US$.

Rencana pemerintah untuk menerapkan insentif pajak bagi beberapa produk komoditas pangan seperti kedelai, jagung, dan terigu, setelah sebelumnya pemerintah juga menangung PPN minyak goreng untuk menekan harga pasar ikut memberikan sentimen positif pada pelaku pasar dengan harapan daya beli masyarakat akan segera pulih dan mengurangi kekhawatiran atas ancaman inflasi dari tekanan harga bahan pokok.

Tidak ada komentar: