Jumat, Januari 18, 2008

Ulasan Pasar 17 Januari 2008

Kabar baik akhirnya muncul dari penutupan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia hari kamis ini. IHSG ditutup naik 2,2% atau 56,97 poin dari penutupan hari rabu ke posisi 2.649,28. Seperti yang telah diduga sebelumnya, di penutupan perdagangan hari kamis ini akan terjadi pembalikan arah IHSG setelah dalam tiga hari sebelumnya terkoreksi 237,95 poin atau 8,4% dari penutupan akhir pekan Jumat 11 Januari.

Dengan kondisi harga saham yang terkoreksi sedemikian dalam sebesar 8,4% dan hanya dalam waktu tiga hari cukup membuat pelaku pasar terdorong untuk kembali memburu saham-saham unggulan seperti Telkom dan Astra Agro yang naik 2,79% dan 3,29% serta Indosat yang naik 3,57%. Saham-saham unggulan lain dari sektor perbankan juga tercatat naik cukup signifikan seperti Bank Mandiri yang naik 3,31% dan Bank BNI yang naik 6,56%. Dari sektor pertambangan, saham INCO terdongkrak naik 3,70% ke posisi Rp9.800. Kenaikan saham INCO juga terdorong oleh lebih murahnya harga saham emiten nikel tersebut seteleh stock split 1:10.

Kekhawatiran pelaku pasar terhadap ancaman resesi AS untuk sementara dapat dihilangkan dengan perburuan saham-saham unggulan tersebut yang tentunya juga akan dilepas kembali dalam waktu dekat. Hal ini terjadi karena memang ancaman resesi tersebut bukanlah suatu hal yang kecil kemungkinannya untuk terjadi. Bahkan data dari pemerintah AS seperti penjualan ritel bulan Desember 2007, dan ancaman kesulitan likuiditas akibat kerugian besar yang diderita oleh perusahaan keuangan Citigroup dan Merril Lynch dan mungkin akan ada lagi perusahaan yang melaporkan kerugiannya akibat krisis subprime mortgage menjadi pertimbangan yang menguatkan prediksi pelaku pasar akan terjadinya resesi tersebut. Penjualan ritel AS bulan Desember yang turun 0,4% merupakan segelintir laporan yang cukup mencerminkan betapa sedangnya melemahnya daya beli masyarakat di negara adidaya tersebut, sedangkan dalam kondisi normal bulan Desember meupakan momen yang mencatat penjualan ritel cukup besar seiring adanya perayaan natal dan tahun baru. Konsensus ekonom pun sebelumnya hanya memprediksi penurunan sebesar 0,1%. Melemahnya daya beli ini akan berpengaruh langsung kepada bursa Asia Pasifik yang mana sebagian besar produk ritel dan otomotif AS berasal dari kawasan ini. Potensi menurunnya The Fed hingga sebesar 50bps dari level sekarang 4,25% di akhir bulan ini untuk memperlonggar likuiditas di negara tersebut juga membuat investor cenderung mencari peruntungan di emerging market terutama untuk aset yang memiliki return tinggi seperti obligasi sehingga akan memperlemah aliran dana ke bursa saham.

Pelaku pasar juga mengamati pergerakan harga minyak di New York yang bergerak turun hingga di kisaran US$90-91 per barel yang memperkuat prediksi akan melemahnya kegiatan ekonomi di AS dalam tahun ini.

Dengan kondisi tersebut, kenaikan IHSG besar kemungkinan tidak akan lama dan cukup hingga akhir pekan ini dan kemudian cenderung kembali terkoreksi pada awal pekan mendatang.

Tidak ada komentar: