Selasa, Januari 26, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 26 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Koreksi indeks BISNIS-27 masih berlanjut di awal pekan ini. Indeks BISNIS-27 bergerak turun ke level 238,75 atau posisi penutupan terendah sejak awal 2010. Pada penutupan kemarin, indeks melemah 0,83%.

Tekanan dari indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan indeks regional Asia Pasifik seperti Hang Seng, Nikkei-225 dan STI Singapura masih menjadi penggerak utama koreksi indeks BISNIS-27 pada perdagangan kemarin. Indeks DJIA ditutup melemah sebesar 2,09% pada perdagangan akhir pekan lalu waktu setempat. Indeks Hang Seng melemah 0,62%, indeks Nikkei-225 turun 0,74% dan indeks STI Singapura turun 0,28% di awal pekan ini.

Sentimen negatif berasal dari kebijakan China untuk meningkatkan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankannya untuk menghindari overheating pada ekonominya, serta rencana Presiden AS Barack Obama untuk membatasi proprietary trading perbankan berupa pembelian asset atau saham yang bertujuan keuntungan jangka pendek. Aturan Obama tersebut dipandang sebagai pengetatan likuiditas dolar AS dari industri perbankan negara tersebut ke bursa saham dan komoditas.

Dampak lebih lanjut akibat rencana AS dan China tersebut, harga komoditas favorit seperti minyak kembali tertekan ke level US$74,28 atau turun 2,36% dari posisi Kamis (21/1). Namun, harga emas dunia menguat menembus level US$1.100 per ounce. Pergerakan harga komoditas minyak mengindikasikan bahwa, pergerakan hedge fund yang relatif jangka pendek di bursa komoditas minyak juga akan cenderung melemah dan mengakibatkan tingkat fluktuasi harga minyak cenderung lebih rendah atau relatif stabil. Harga minyak akan semakin lama berada di bawah level resistensi US$82 per barel. Selain faktor likuiditas yang diperketat, kekhawatiran turunnya daya beli emerging market bila harga minyak dunia mencapai US$90 per barel juga menjadi penghambat minat beli investor di bursa minyak.

Sebaliknya, harga emas kembali menguat ditopang oleh peralihan dana bursa saham yang bergerak keluar dalam dua hari terakhir sejak Kamis pekan lalu. Investor cenderung memilih investasi yang relatif aman dan memliki tren positif sepanjang tahun.

Koreksi di Bursa Efek Indonesia dalam tiga hari terakhir sejak Kamis pekan lalu, disebabkan beralihnya dana asing ke bursa komoditas emas. Oleh karena itu, rupiah pun cenderung melemah dalam tiga hari terakhir dan pada perdagangan kemarin rupiah ditutup di level Rp9.348 per US$ dari posisi Rp9.305 per US$ pada Kamis (21/1).

Konstituen BISNIS-27 yang terkoreksi di antaranya Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sebesar 4,57%, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) sebesar 2,03%, Astra Internasional Tbk (ASII) sebesar 1,18%. Dari sektor perbankan, koreksi tertinggi dialami oleh saham Bank Danamon Tbk (BDMN) sebesar 6,19% terkait pengunduran diri Direktur Utama Bank Danamon Tbk Sebastian Paredes.

Posisi indeks BISNIS-27 yang terendah sejak awal 2010 pada penutupan kemarin, membawa indeks berada di posisi oversold yang membuka peluang beli. Koreksi sepanjang tiga hari terakhir telah memangkas return indeks sebesar 3,5%.

Tidak ada komentar: