Rabu, Januari 06, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 6 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Sentimen laju inflasi 2009 yang sangat terkendali dan sentimen harga minyak dunia yang bergerak menguat ke level US$81 per barel menjaga minat beli investor atas saham-saham konstituen BISNIS-27 pada perdagangan hari kedua tahun ini. indeks BISNIS-27 berhasil ditutup di level 242,53 atau menguat 0,88% dari posisi penutupan sehari sebelumnya. Beberapa saham tambang batu bara seperti Adaro Energy Tbk (ADRO) dan Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) melanjutkan kenaikan masing-masing sebesar 2,29 dan 3,9%.

Pergerakan harga minyak dunia yang mencapai US$81 per barel dilihat sebagai optimisme pelaku pasar global terhadap pemulihan ekonomi dunia pada 2010, selain kenaikan tersebut memang disebabkan meningkatnya kebutuhan bahan bakar untuk keperluan musim dingin di AS dan negara lainnya yang mengalami musim yang sama. Naiknya harga minyak akan mendorong kenaikan di beberapa komoditas seperti CPO dan juga emas yang dijadikan instrumen lindung nilai atau hedging. Harga emas dunia melonjak 3,6% dalam dua hari terakhir mencapai level US1.124,7 per ounce.

Minat beli investor juga dipengaruhi optimisme laporan keuangan konstituen BISNIS-27 sepanjang 2009 yang akan memberikan hasil positif dengan penguatan rupiah sepanjang 2009 dan juga BI rate dan laju inflasi yang menurun.

Saham perbankan dan barang konsumsi menjadi penggerak utama kenaikan indeks BISNIS-27 pada perdagangan Selasa kemarin, ditopang sentimen laju inflasi 2009 yang sangat rendah yaitu 2,78%, sehingga diharapkan akan menjaga BI rate di level saat ini 6,5% untuk periode Januari 2010, yang akan diumumkan pekan ini.

Saham Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) naik 5,26% ke level Rp800, saham Unilever Indonesia Tbk (UNVR) naik 3,17% ke level Rp11.400, saham Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) naik 2,04% ke level Rp3.750, saham Astra Internasional Tbk (ASII) naik 0,57% ke level Rp35.500.

Kenaikan indeks BISNIS-27 kemarin sebesar 0,88%, tidak sebesar Senin sebelumnya yang sebesar 1,97%. Hal ini menunjukkan sikap investor yang masih berhati-hati dengan posisi harga minyak dunia yang telah berada di level US$81 per barel atau cukup tinggi dan dapat memicu kenaikan BBM subsidi di dalam negeri. Level US$80 per barel merupakan level resistance harga minyak selama 2 bulan terakhir, yang diimbangi dengan tren bullish harga emas selama Oktober hingga Desember 2009 lalu. Kondisi tersebut menandakan bahwa harga minyak dunia masih sulit mencapai level US$85 per barel pada triwulan I/2010, mempertimbangkan daya beli emerging market sebagai penopang utama pemulihan ekonomi global dari krisis likuiditas 2008.

Bila harga minyak kembali melemah di bawah level US$80 per barel, akan memicu aksi jual saham-saham pertambangan dan komoditas seperti batu bara dan CPO. Di sisi lain, saham perbankan dan barang konsumsi akan berada dalam tren positif seiring harga minyak yang melemah.

Di sisi lain, harga emas masih berpeluang naik menembus level resistance yaitu US$1.300 per ounce dalam triwulan I/2010 yang didorong oleh motif lindung nilai para pelaku pasar global.

Tidak ada komentar: