Senin, Oktober 26, 2009

Ulasan Pasar edisi 22 Oktober 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 terkoreksi pada perdagangan hari ketiga pekan ini seiring sentimen positif dalam negeri yang sangat sedikit dan tekanan dari luar negeri meningkat akibat harga minyak dan data penjualan rumah di AS.

Indeks BISNIS-27 turun ke level 225,7 oleh aksi jual investor yang dimotori oleh aksi ambil untung setelah indeks bergerak bullish dalam tiga pekan terakhir akibat apresiasi rupiah terhadap dolar AS dan tren bullish harga minyak dan emas yang menopang saham-saham pertambangan dan energi.

Koreksi indeks pada Rabu kemarin melanjutkan koreksi hari kedua pada pekan ini, dan total koreksi indeks sejak Selasa sebelumnya adalah sebesar 1,84%.

Tekanan indeks dimulai dari aksi ambil untung investor dengan memanfaatkan momen sell on news pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada Selasa kemarin yang sekaligus semakin memperkuat gambaran komposisi kabinet mendatang yang dinilai cukup propasar, faktor kedua muncul dari pergerakan harga minyak dunia yang menyentuh level US$80 per barel tidak berhasil meningkatkan minat beli terhadap saham pertambangan dan energi karena pelaku pasar lebih mengkhawatirkan tekanan inflasi yang akan menurunkan valuasi saham. Naiknya biaya transportasi masyarakat karena kenaikan BBM seperti avtur akan berdampak naiknya biaya ekonomi dalam negeri.

Faktor luar negeri seperti data penjualan rumah di AS yang ternyata melemah pada menekan indeks Dow Jones dan memicu aksi ambil untung di bursa regional Asia Pasifik. Indeks STI Singapura turun 0,68%, indeks Nikkei-225 turun 0,03%, indeks Hang Seng turun 0,3%, dan indeks DJIA turun 0,5% sehari sebelumnya.

Aksi jual sejak Selasa hingga Rabu kemarin menekan rupiah ke level Rp9.480/US$, berpotensi menambah tekanan jual indeks BISNIS-27 terutama oleh investor asing hingga akhir pekan ini karena minimnya sentimen positif dalam negeri dan data perkembangan ekonomi yang positif dari luar negeri.

Tidak ada komentar: