Senin, Oktober 19, 2009

Ulasan Pasar Sepekan edisi 12 Oktober 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Batas penguatan rupiah pada akhirnya menjadi faktor penentu utama pergerakan indeks BISNIS-27 selama sepekan kemarin. Indeks BISNIS-27 bergerak cukup fluktuatif di level 225 – 230 dipengaruhi oleh aksi jual investor asing terhadap saham-saham indeks BISNIS-27.

Indeks BISNIS-27 selama sepekan tercatat bergerak menguat sangat tipis sebesar 0,04 poin atau 0,02% ditutup di level 225,18 pada Jumat kemarin. Meskipun demikian, indeks BISNIS-27 berhasil mencapai level 230 pada perdagangan Selasa sekaligus posisi tertinggi indeks sejak diluncurkan awal tahun ini. Indeks selanjutnya bergerak melemah oleh konsolidasi pelaku pasar merespon batas penguatan Rupiah terhadap dolar AS yang menyentuh level Rp9.300/US$ atau tertinggi sejak September 2008.

Rupiah akan kembali bergerak ke level keseimbangannya yang terbaru yaitu di level Rp9.500/US$ hingga akhir tahun ini dan memicu aksi jual investor asing pada pekan kemarin.

Selain posisi rupiah, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan indeks BISNIS-27 di antaranya harga emas dunia yang menembus level US$1.050 per ounce atau tertinggi sepanjang sejarah dan juga harga minyak yang kembali menguat di atas US$70 per barel. Saham Aneka Tambang (ANTM) tercatat sebagai emiten yang paling diuntungkan ketika harga emas melonjak ke level tertingginya tersebut pada perdagangan Kamis ketika sebagian besar emiten indeks BISNIS-27 mengalami koreksi cukup signifikan dan indeks BISNIS-27 ditutup di level 227,09 atau melemah 1,39% dari posisi penutupan Rabu sebelumnya. Penguatan ANTM juga ditopang minat Aneka Tambang untuk mengakuisisi saham tambang BHP Billiton di Kalimantan.

Harga minyak yang menguat di level US$70 per barel dan cukup stabil berada di level tersebut dalam satu bulan terakhir memberikan asumsi bahwa harga minyak akan bertahan di level tersebut hingga akhir tahun. Kondisi ini diperkuat dengan perbaikan ekonomi sektor jasa Amerika Serikat (AS) dan perilaku investor yang memanfaatkan emas, selain minyak, untuk keperluan hedging. Hal tersebut juga dapat disimpulkan bahwa dalam kuartal keempat tahun ini, pemulihan ekonomi global memang telah dimulai.

Ancaman inflasi menjelang akhir tahun akan lebih diprioritaskan oleh pelaku pasar dalam negeri, sehingga mereka memilih untuk wait and see sementara waktu menunggu pengumuman kabinet baru yang diharapkan akan diisi oleh para profesional yang propasar.

Tidak ada komentar: