Senin, Oktober 19, 2009

Ulasan Pasar edisi 13 Oktober 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Koreksi masih menghampiri pergerakan indeks BISNIS-27 di awal pekan ini, dimotori oleh pembalikan arah rupiah terhadap dolar AS yang bergerak melemah ke level Rp9.480/US$ dari posisi penutupan akhir pekan kemarin di level Rp9.450/US$. Rupiah sempat mencapai level Rp9.300/US$ dalam pekan kemarin.

Indeks BISNIS-27 bergerak melemah ke level 223,62 atau turun 0,69% dari posisi penutupan akhir pekan lalu. Pembalikan arah rupiah telah dimulai sejak akhir pekan hingga awal pekan ini diperkuat oleh komentar Ben Bernanke (The Federal Reserve) yang akan menaikkan suku bunga The Fed atau dengan kata lain, AS segera meninggalkan kebijakan suku bunga rendahnya mengantisipasi penguatan laju inflasi dari membaiknya perekonomian negara tersebut.

Sejalan dengan rencana kebijakan The Fed, investor memburu komoditas favorit seperti minyak untuk keperluan lindung nilai (hedging) mengantisipasi inflasi di AS. Harga minyak dunia tetap menguat dan berada di level US$72,91.

Koreksi indeks BISNIS-27 terjadi di tengah penguatan indeks regional Asia Pasifik dan bahkan penguatan indeks Dow Jones (DJIA). Indeks STI Singapura naik 1,05%, indeks Nikkei-225 naik 1,87%, indeks DJIA naik 0,8%. Aksi jual investor asing di Bursa Efek Indonesia sangat menekan pergerakan indeks, seiring prospek perbaikan ekonomi AS yang ditandai dengan rencana suku bunga The Fed yang akan dinaikkan, sekaligus menarik kembali dolar AS masuk ke bursa New York. Kondisi tersebut yang turut memperlemah rupiah hingga kemarin.

Saham-saham perbankan menjadi penekan utama koreksi indeks dengan aksi jual yang dipicu oleh melemahnya rupiah membalikkan sentimen positif jangka pendek apresiasi rupiah terhadap dolar AS dalam dua pekan terakhir. Selain fluktuasi rupiah, faktor penguatan harga minyak juga memberikan sentimen negatif bagi perkembangan laju inflasi hingga akhir tahun.

Faktor politik turut menjadi sentimen negatif jangka pendek investor, seiring dengan penyusunan cabinet Presiden terpilih Soesilo Bambang Yudhoyono. Investor memilih posisi wait and see dengan mengharapkan susunan kabinet yang propasar.

Tidak ada komentar: