Senin, Oktober 19, 2009

Ulasan Pasar edisi 16 Oktober 2009
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intellgence Unit

Penguatan secara bertahap masih mewarnai pergerakan indeks BISNIS-27 hingga perdagangan ahri keempat dalam pekan ini, suatu pergerakan yang sangat baik untuk orientasi investasi jangka panjang. Indeks BISNIS-27 bergerak ke level 229,4 atau naik 0,23% dari posisi penutupan Rabu sebelumnya.

Investor terlihat berhati-hati dalam melakukan akumulasi beli saham-saham indeks BISNIS-27 yang dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang berada dalam tren penguatan hingga kemarin ke level US475,15 per barel, memicu aksi beli saham-saham pertambangan dan energi dalam portofolio BISNIS-27. Sikap hati-hati investor dipengaruhi ancaman inflasi dalam negeri dengan menguatnya harga minyak yang dapat memicu kenaikan biaya produksi dan impor bahan pangan seperti kedelai. Daya beli masyarakat tentu akan terganggu dengan naiknya harga bahan pokok.

Namun, penguatan rupiah terhadap dolar AS yang mencoba melewati level Rp9.300/US$ hingga akhir Oktober ini memberikan sentimen positif bagi penurunan biaya impor bahan mentah termasuk di dalamnya menjaga harga bahan pokok pangan. Tren penguatan rupiah tersebut juga memicu aksi beli investor asing yang berorientasi jangka pendek untuk mengejar keuntungan selisih kurs dalam investasi mereka di bursa saham.
Batas penguatan rupiah menjadi pemicu utama sikap prudent investor dalam melakukan aksi beli kemarin.

Sentimen menguatnya indeks Dow Jones (DJIA) yang berhasil melewati level 10.000 pertama kalinya dalam tahun ini atau kembali ke posisi sebelum krisis likuiditas dimulai, menjadi sentimen utama pendongkrak harga minyak dunia. Investor mulai percaya diri bahwa perekonomian mulai stabil dan kembali berada di kondisi normal sebelum terjadinya krisis tahun lalu.

Investor secara aktif memburu komoditas tersebut untuk keperluan hedging mengantisipasi menguatnya inflasi di AS dan dolar AS pun diprediksi akan semakin melemah seiring membaiknya perekonomian di negara tersebut. Membaiknya pendapatan perusahaan besar di AS seperti Intel Corp dalam kuartal ketiga tahun ini menjadi salah satu indikasi membaiknya perekonomian AS.

Beberapa sentimen tersebut menjaga minat beli investor dengan orientasi jangka panjang. Sedangkan untuk jangka pendek, faktor pergerakan rupiah akan menjadi pedoman utama investasi mengingat arus pembalikan arah (reversal) investor asing dapat terjadi dengan tiba-tiba secara masif.

Tidak ada komentar: