Selasa, Oktober 27, 2009

Analisis kinerja PTBA semester I-2009

Pergerakan saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) sepanjang semester I tahun ini menunjukkan kinerja yang stabil kembali ke kondisi sebelum krisis likuiditas 2008.

Perkembangan tersebut ditunjukkan dari kinerja sepanjang semester I/2009 di mana harga saham PTBA tercatat naik 68,12%, berbalik arah dari semester II/2008 yang mencatat koreksi sebesar 57,93%. Pertumbuhan harga saham di semester I/2009 jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan semester I/2008 yang sebesar 36,67%.

Kinerja saham PTBA selama semester I/2009 berbanding lurus dengan perkembangan faktor fundamental PTBA. Penjualan PTBA meningkat signifikan sebesar 55,83% yang ditopang oleh penjualan di dalam negeri. Penjualan ekspor pada semester I/2009 turun 20,19% menjadi sebesar Rp1,28 triliun dari sebesar Rp1,6 triliun pada periode yang sama 2008. Di sisi lain, penjualan domestik naik 151,32% menjadi sebesar Rp3,2 triliun dari sebesar Rp1,28 triliun pada periode yang sama 2008.

Penjualan pada pihak hubungan istimewa seperti PT Indonesia Power tercatat meningkat lebih dari dua kali lipat yaitu sebesar 151,49%, penjualan pada pihak ketiga hanya naik 3,97% termasuk penjualan ekspor.

Pertumbuhan nilai penjualan yang signifikan kepada Indonesia Power disebabkan adanya perubahan harga jual dalam perjanjian berjangka waktu 10 tahun antara PTBA dengan Indonesia Power yang habis masanya pada 31 Desember 2012. Perubahan harga jual ke PT Indonesia Power pada semester I/2009 adalah sebesar Rp884.000,00 per ton atau naik 78,9% dari rata-rata harga jual semester I/2008 yang sebesar Rp494.125,00 per ton. Berdasarkan perjanjian yang ada, harga jual batubara kepada Indonesia Power tetap sebesar Rp884.000,00 per ton hingga 31 Desember 2009.

Harga Pokok Penjualan (COGS) PTBA di semester I/2009 meningkat sebesar 26,06% menjadi Rp1,97 triliun, namun kemampuan menutup biaya overhead dan mencetak laba semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari Gross Profit Marjin pada semester I/2009 yang sebesar 56,25% atau lebih tinggi dari semester I/2008 yang sebesar 45,93%.

Kenaikan COGS tersebut dipengaruhi meningkatnya iuran produksi (royalti) ke pemerintah sebesar 75,36% menjadi sebesar Rp194,3 miliar.

Rasio DER (Debt to Equity Ratio) PTBA di semester I/2009 naik menjadi 47,97% dari 40,93% pada semester I/2008. Keefektifan PTBA dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan profit tercermin dari rasio ROA (return on asset) di semester I/2009 yang naik menjadi 22,55% dari sebesar 16,1% pada semester I/2008. Laba bersih PTBA naik 124,16% menjadi sebesar Rp1,59 triliun. Laba bersih per saham meningkat tajam sebesar 124,35% menjadi sebesar Rp691 per saham.

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, PTBA menghadapi risiko utama yaitu proses pengangkutan batu bara yang bekerja sama dengan PT Kereta Api (PTKA) dan strategi pemasaran PTBA yang menyangkut masalah pengapalan ke konsumen. Kerjasama dengan PTKA menjadi hal yang sangat penting bagi keberlangsungan kegiatan operasional dan pemasaran hasil produksi yang tepat waktu.

Ketidakpastian yang terkait penerapan Undang-undang Otonomi Daerah dan adanya perubahan UU Pertambangan, menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan. Di samping itu, masalah potensi perselisihan dengan masyarakat setempat yang mengajukan tambahan kompensasi dan masalah keamanan yang berkaitan dengan kegiatan penambangan liar, menambah deretan tantangan bagi kegiatan operasional PTBA.

Tidak ada komentar: